BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Guru sebagai sosok pendidik bagi
anak-anak di sekolah merupakan bagian yang menjadi pokok dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Peran guru yang sangat strategis dalam pembelajaran tentunya
harus dibarengi dengan kemampuan guru sebagai pendidik. Kemampuan guru di sini
meliputi bagaimana mengelola peserta didik, mengelola kelas dan kemampuan dalam
berkreativitas.
Dewasa ini pendidikan dipandang
sebagai suatu aktifitas yang bersifat antisipatoris, aktifitas yang ada
diarahkan untuk menyongsong perkembangan-perkembangan yang diperhitungkan akan
terjadi di masa depan. Salah satu kecenderungan yang terlihat dengan jelas
adalah dinamika kehidupan manusia dewasa ini ialah perubahan-perubahan yang
dihasilkan kehidupan manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berlangsung lebih cepat.
Jumlah penemuan yang dihasilkan
pertahun diberbagai bidang ilmu pengetahuan makin lama makin bertambah sejajar
harapan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Implikasi dari
segenap perubahan yang terjadi mempengaruhi aspek pendidikan di Indonesia.
Bangsa Indonesia dituntut untuk merancang sistem pendidikan yang lebih kreatif,
dinamis dan responsif terhadap perubahan serta kecenderungan-kecenderungan yang
sedang berlangsung.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat
mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil
pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan
pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan
pendidikan merupakan komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi
sentral (Hamalik,2003:3). Dengan
demikian hasil belajar sangatlah penting untuk mengetahui apakah tujuan
pendidikan sudah tercapai secara optimal Tujuan pendidikan disusun secara
bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum sampai ke
tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional, yaitu:
(1) Tujuan
Pendidikan Nasional,
(2) Tujuan
Institusional,
(3) Tujuan
Kurikulum,
(4) Tujuan
Pembelajaran.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diurakan maka dambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengaruh kreativitas guru dalam kegiatan belajar siswa ?
2. Bagaimana peranan kreativitas guru dalam meningkatkan pembelajaran siswa?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah yang telah diambil tujuan dari penulisan karya ilmiah
1. Menjelaskan pengaruh kreativitas guru dalam kegiatan
belajar siswa
2. Menjelaskan peranan kreativitas guru dalam meningkatkan pembelajaran siswa
1.4 Manfaat
1. Mengetahui manfaat kreativitas guru dalam kegiatan belajar siswa
2. Mengetahui peranan kreativitas guru dalam meningkatkan pembelajaran siswa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kreativitas
Menurut kamus Webster dalam Anik Pamilu (2007:9) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat
imajinatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:599), kreativitas adalah
kemampuan untuk mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan. Menurut James J.
Gallagher dalam Yeni Rachmawati
(2005:15) mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an
individual crates new ideas or products, or recombines existing ideas and
product, in fashion that is novel to him or her “ (kreativitas merupakan
suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru,
atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnyakan melekat pada
dirinya).
Menurut Supriadi dalam Yeni Rachmawati (2005:15)
mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang tealah ada. Kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir,
ditandai oleh sukses, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara tahap
perkembangan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau daya
cipta (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 456), kreativitas juga dapat
bermakna sebagai kreasi terbaru dan orisinil yang tercipta, sebab kreativitas
suatu proses mental yang tercipta, sebab kreativitas suatu proses mental yang
unik untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinil. Kreativitas
merupakan kegiatan otak yang teratur komprehensif, imajinatif menuju suatu
hasil yang orisinil.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan,
proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif,
fleksibel, suksesi, dan diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang
untuk pemecahan suatu masalah. Jadi kreativitas merupakan bagian dari usaha
seseorang. Kreativitas akan menjadi seni ketika seseorang melakulan kegiatan.
Dari pemikiran yang sederhana itu, penulis melakukan semua aktivitas yang
bertujuan untuk memacu atau menggali kreativitas. Menurut Sri Narwati (2011:11) ciri-ciri guru kreatif
adalah
a) Guru yang fleksibel
Kecerdasan majemuk, keragaman gaya belajar, dan perbedaan
karakter siswa menuntut guru harus fleksibel. Guru harus luwes menghadapi
segala perbedaan ini agar mampu menumbuhkan segala potensi siswa.
b) Guru yang optimis
Guru harus optimis bahwa setiap siswa memang memiliki
potensi dan setiap anak adalah pribadi yang unik. Keyakinan guru bahwa
interaksi yang menyenangkan dalam pembelajaran akan mampu memfasilitasi siswa
berubah menjadi lebih baik dan akan berdampak pada perkembangan karakter siswa yang
positif.
c) Guru yang cekatan
Anak-anak yang selalu aktif dan dinamis harus diimbangi
oleh guru yang aktif dan dinamis pula, sehingga bisa muncul saling pemahaman
yang kuat dan akan berdampak positif bagi proses dan hasil pembelajaran.
d) Guru yang humor
Humor-humor yang dimunculkan guru disela-sela
pembelajaran tentunya akan menyegarkan suasana pemebelajaran yang membosankan.
Dengan humor-humor yang segar akan membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
e) Guru yang inspiratif
Fasilitasilah setiap siswa agar mampu menemukan hal-hal
baru yang bermanfaat. Jadikanlah setiap siswa menjadi pribadi yang bermakna dengan
menemukan sesuatu yang positif untuk perkembangan kepribadiannya.
f) Guru yang lembut
Kelembutan akan membuahkan cinta,dan cinta akan semakain
merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Jika siswa merasakan kelembutan
setiap kali berinteraksi dengan guru maka hal ini akan membuat pembelajaran menjadi
lebih efektif.
g) Guru yang disiplin
Ketika seorang guru membuat kebijakan kedisiplinan, maka
ingatlah tujuan awal yang diharapkan terhadap perubahan sikap siswa kearah yang
lebih positif. Disiplin tidak harus selalu identik dengan hukuman. Menurut Lou Nne Jonson metode hukuman mungkin
dapat mengubah perilaku siswa sementara waktu, tetapi tidak mendorong siswa
untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka.
h) Guru yang responsif
Guru hendaknya cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi baik pada anak didik, sosial budaya, ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Misalnya ketika muncul demam facebook, maka guru harus kreatif mamanfaatkan
untuk mendukung pembelajaran.
i) Guru yang empatik
Guru yang empatik pastilah bisa memahami bahwa siswa yang
beragam memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Dengan empatinya
guru harus mampu membantu siswa yang mungkin kurang cepat dalam menerima
pembelajaran.
j) Guru yang nge-friend dengan siswa
Kedekatan menguatkan ikatan. Jangan hanya jadikan siswa
sebagai teman dinas, tetapi jadikanlah siswa sebagai teman sejati kita.
Hubungan yang nyaman antar guru dan siswa tentunya akan membuat anak membuat
anak lebih mudah menerima pembelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.
k) Guru yang penuh semangat
Aneh rasanya ketika guru mengharapkan siswa belajar
dengan aktif, tetapi guru terlihat loyo dan ogah-ogahan. Maka, sebelum
memotivasi siswa hendaknya guru pun memancarkan semangat saat berinteraksi
dengan siswa.
l) Guru yang komunikatif
Guru kreatif tentunya tidak sekedar menjalin komunikasi
dengan siswa yang hanya ada kaitannya dengan profesi, menegur masalah
kedisiplinan, kerapian, dan tugas-tugas. Sapalah siswa deanagan bhan komunikasi
yang ringan untuk biasa memecah kebekuan dan semakin mendekatkan hubungan guru
dan siswa.
m) Guru yang pemaaf
Menghadapi siswa tidak selalu manis, terkadang kita sering
bertemu demngan siswa yang bersikap menjengkelkan. Dalam situasi seperti ini,
guru tidak boleh hanyut dalam emosi negatif, apalagi sampai memberikan klaim
negtif terhadap siswa tertentu. Menurut Abdullah Munir klaim-klaim negatif akan
menyebabkan hubungan antara guru dan murid menjadi tersekat, tidak netral,
bahkan penuh pra konsepsi negatif. Untuk menghindari hal tersebut, guru harus
menjadi sosok yang pemaaf.
n) Guru yang sanggup menjadi teladan
Tidak asing lagi bahwa guru sering diartikan sebagai seseorang
yang digugudan ditiru. Susah rasanya saat kita mengharapkan siswa bisa tepat
waktu, tetapi guru tidak memberi contoh untuk tepat waktu. Guru merupakan orang
kedua setelah orang tua yang bisa menjadi contoh dan panutan seorang anak. Tak
peduli betapa luar biasanya rencana seorang guru, rencana itu tidak akan
berjalan kalau guru tidak memberikan contohnya. Maka seorang guru kreatif
hendaknya fleksibel dalam menghadapi siswa yang beragam karakteristiknya,
tetapi optimis mampu memfasilitasi keseragaman siswa agar sukses dalam
pembelajaran. Guru kreatif juga respect dan cekatan agar mampu menyisipkan
humor-humor dan inspiratif dengan lembut. Dalam menegakkan disiplin guru
kreatifpun cukup responsif, empatik, dam nge-friend dengan siswa,
sehingga bisa menghindari penggunaan kekerasan dalam membimbing siswa untuk
tertib, maka sikap penuh semangat, komunikatif, dan pemaaf seorang guru kreatif
menjadikannya teladan bagi siswa.
2.2
Tujuan mengembangkan kreativitas
Tujuan mengembangkan kreativitas anak adalah sebagai berikut :
1. Mengenal cara mengekspresikan diri melalui hasil karya
dengan menggunakan teknik-teknik yang dikuasainya.
2. Mengenalkan cara dalam menemukan alternatif pemecahan
masalah.
3. Membuat anak memiliki sikap keterbukaan terhadap berbagai
4. pengalaman dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang
sangat tinggi terhadap ketidakpastian.
5. Membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang
dilakukannya dan sikap menghargai hasil karya orang lain.
6. Membuat anak kreatif, yaitu anak yang memiliki :
a. Kelancaran untuk mengemukakan gagasan
b. Kelenturan untuk mengemukakan berbagai alternatif
pemecahan masalah
c. Orsinalitas dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran
d. Elaborasi dalam gagasan
e. Keuletan dan kesabaran atau kegigihan dalam menghadapi
rintangan dan situasi yang tidak menentu.
2.3
Pegertian Kegiatan Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan menyangkut banyak hal,
sehingga hampir semua ahli psikologi mempunyai tafsirannya sendiri-sendiri
tentang apa yang dimaksud dengan belajar, tafsiran itu sering berbeda satu sama
lain, berdasarkan tekanan yang mereka berikan di dalam proses dan kegiatan
belajar itu.
Menurut pandapat Purwanto (1990: 84) bahwa : ”Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman
berulang-ulang dalam situasi itu”. Jadi setiap selesai kegiatan belajar
maka akan terjadi tiga jenis perubahan yang diharapkan, yaitu:
1) Perubahan
tingkah laku
2) Perubahan
mengenai pengetahuannya
3) Perubahan
mengenai keterampilannya
Sejalan
dengan hal tersebut di atas, Syamsudin
(1985: 70) berpendapat bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan prilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”
a). Pengertian
belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
TR Mc. Connel (3rd ed: 288) terdapat dalam Tim Pengembangan MKDK IKIP SEMARANG (1990:27) menyatakan belajar adalah pemodifikasian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Dalam mengartikan belajar sebagai pemodifikasian tingkah laku, atau pengubahan tindak tanduk, seseorang tidak hanya melakukan tindakan-tindakan luar yang nampak oleh mata tetapi juga melakukan tindakan-tindakan dalam seperti berpikir dan berimajinasi.
TR Mc. Connel (3rd ed: 288) terdapat dalam Tim Pengembangan MKDK IKIP SEMARANG (1990:27) menyatakan belajar adalah pemodifikasian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Dalam mengartikan belajar sebagai pemodifikasian tingkah laku, atau pengubahan tindak tanduk, seseorang tidak hanya melakukan tindakan-tindakan luar yang nampak oleh mata tetapi juga melakukan tindakan-tindakan dalam seperti berpikir dan berimajinasi.
b). Gagne dalam Slameto (2003:13) memberikan 2
(dua) definisi yaitu:
1)
belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
2)
Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Berdasarkan pendapat dari beberapa
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
2.4
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar menurut
Slameto (2003:27-28) antara lain:
a. Berdasarkan
prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan
partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional
2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement
dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional
3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana
anak dapat mengembangkan kemampuan dan belajar dengan efektif
4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan
lingkungannya
b. Sesuai
hakikat belajar
1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap
demi tahap menurut perkembangannya
2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi,
eksplorasi dan discovery
3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan
antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan.
c. Sesuai
materi/bahan yang harus dipelajari
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus
memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan
tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat
keberhasilan belajar
1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga
siswa dapat belajar dengan tenang.
2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan
berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
2.5
Teori
Belajar
Ada
beberapa teori belajar, diantaranya:
a. Teori
belajar Gestalt dalam Slameto
(2003:9) yaitu Teori yang menyatakan bahwa dalam belajar yang penting adalah
adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal
yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.
b. Teori
Conditioning dalam Ngalim
Purwanto (1999:89) yaitu Teori yang menyatakan bahwa belajar merupakan
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian
menimbulkan respon dan reaksi. Yang terpenting dalam teori ini adalah latihan
latihan yang kontinyu.
c. Teori
Connectinism
dalam Ngalim Purwanto (1990:89)
yaitu dalam teori ini terdapat dua proses yaitu: Trial and error (mencoba dan gagal) dan low of effect berarti segala tingkah laku yang berakibat suatu
keadaan yang memuaskan, yang diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan
teori-teori di atas, maka yang digunakan dalam belajar mata pelajaran produktif
adalah gabungan teori Gestalt dan
teori Conditioning. Memakai teori Gestalt karena mata pelajaran produktif
memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam. Sedangkan menggunakan teori
conditioning mengingat mata pelajaran
produktif sebagian besar adalah praktek sehingga memerlukan latihan-latihan
yang kontinyu.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Kreativitas Guru dalam Kegiatan
Belajar Siswa
Pengertian
kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh para ahli berdasarkan pandangan yang
berbeda-beda, seperti yang dikemukakan oleh Utami Munandar (1992: 47)
menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan beberapa perumusan yang
merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas. Pertama, kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau
unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir
divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia,
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanaannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban
(Utami Munandar, 1992: 48). Ketiga secara operasional kreativitas dapat
dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan. Slameto (2003: 145)
menjelaskan bahwa pengertian kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu,
mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu
yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah
laku, bangunan, dan lain-lain.
Menurut Moreno dalam
Slameto (2003: 146) yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan
sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk
kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus
merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya
seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia
pakai.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189), kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila konsep ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah (Djamarah, 1995: 126). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang 16baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189), kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila konsep ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah (Djamarah, 1995: 126). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang 16baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah.
Kreativitas secara
umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki,
sikap dan minat yang positif dan tinggi terhadap bidang pekerjaan yang
ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas.
Mengajar adalah suatu
perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan
personil, profesional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar
mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integrasi
penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa.
Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan
nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Jadi seorang guru
professional harus memiliki kreativitas dalam melakukan kegiatan pendidikan.
Sikap kreativitas seorang guru ini diperlukan, untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan materinya, selain dari itu sikap kreativitas seorang guru sangat
diperlukan agar proses pembelajaran tidak terlalu monoton, sehingga siswa dapat
lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Dan hal ini sangat berpengaruh
dalam meningkatkan kualitas siswa didiknya.
3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Seorang Guru Professional Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kreativitas dapat
ditumbuh-kembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari
beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani
Rusyan (1991:189-190) kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh
adanya berbagai kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif dan
tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan
tugas-tugas. Tumbuhnya kreativitas di kalangan guru professional dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya:
·
Iklim kerja yang
memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam
melaksanakan tugas.
·
Kerjasama yang cukup
baik antara berbagai personel pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
·
Pemberian penghargaan
dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para
guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
·
Perbedaan status yang
tidak terlalu tajam di antara personel sekolah sehingga memungkinkan
terjalinnya hubungan manusiawi yang lebih harmonis.
·
Pemberian kepercayaan
kepada para guru untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan
kreatifnya.
·
Menimpakan kewenangan
yang cukup besar kepada para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas
·
Pemberian kesempatan
kepada para guru untuk ambil bagian dalam merumuskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam merumuskan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah yang
bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.
3.3 Peran Guru dalam Meningkatkan
Kualitas Belajar Siswa
Upaya guru dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut
kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa
memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Guru yang
kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya
kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan
penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan
ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru
harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung
memberikan penilaian terhadap jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik
”brainstorming”. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan didalam
mengembangkan sikap kerjasama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa
setelah dikelompokkan dapat merupakan beberapa hipotesa terhadap masalah.
Selanjutnya guru boleh menggugah inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen.
Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak
tepat. Yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan
pendapatnya, termasuk didalam hal ini daya imajinasinya.
Seorang
guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi
dalam hal:
a.
Merumuskan tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam perencanaan proses
belajar mengajar, perumusan tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting,
sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang
dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Dibidang kognitif siswa
diharapkan mampu memahami secara analisa, sintesa, dan mampu mengadakan
evaluasi tidak hanya sekedar ingatan atau pemahaman saja. Disamping itu
diharapkan dapat mengembangkan berpikir kritis yang akhirnya digunakan untuk
mengembangkan kreativitas.
b.
Memilih buku
pendamping bagi siswa selain buku paket yang ada yang benar-benar berkualitas
dalam menunjang materi pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk
menentukan buku-buku pendamping diluar buku paket yang diperuntukkan siswa
menuntut kreativitas tersendiri yang tidak sekedar berorientasi kepada
banyaknya buku yang harus dimiliki siswa, melainkan buku yang digunakan
benar-benar mempunyai bobot materi yang menunjang pencapaian kurikulum bahkan
mampu mengembangkan wawasan bagi siswa dimasa datang.
c.
Memilih metode
mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun
kondisi siswa yang ada. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan
berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan
tercapainya tujuan dengan 26baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode
yang menuntut kreativitas pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat
siswa dalam belajar. Suatu misal penggunaan metode diskusi akan lebih efektif
dibanding dengan menggunakan metode ceramah, karena siswa akan dituntut lebih
aktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar nantinya.
d.
Menciptakan media
atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga
atau media pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru
diusahakan untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga
akan lebih menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Penggunaan media/alat peraga yang menarik akan membangkitkan motivasi belajar
siswa. Diusahakan seorang guru mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih
menarik dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun
bentuknya lebih sederhana.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kreativitas
merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode
ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, fleksibel, suksesi,
dan diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan
suatu masalah.
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan menyangkut banyak hal,
sehingga hampir semua ahli psikologi mempunyai tafsirannya sendiri-sendiri
tentang apa yang dimaksud dengan belajar, tafsiran itu sering berbeda satu sama
lain, berdasarkan tekanan yang mereka berikan di dalam proses dan kegiatan
belajar itu.
Kreativitas
secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai kemampuan yang
dimiliki, sikap dan minat yang positif dan tinggi terhadap bidang pekerjaan
yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Sehingga dapat4 meningkatkan
prest4asi belajar siswa dengan rajin memberifkan tugas-tugas kepada siswa,
4.2 Saran
Dengan dibuatnya karya ilmiah ini maka penyusun
menyarankan kepada pembaca agar dapat
mengembangkan kreatifitas dalam proses mengajar
baik anak, murid, maupun junior agar dapat menciptakan suasana belajar yang
menarik dan menyenakan bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Guru
yang mengajar dengan metode yang menyenangkan akan membuat muridnya merasa
senang saat belajar
Guru
yang mengajar dengan metode ceramah