cari

Peran Guru dalam Membantu Kesulitan Belajar Siswa



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar agama, namun kesulitan ini belum diketahui secara pasti faktor penyebab yang menjadikan siswa mengalami kesulitan. Sehingga penulis mengidentifikasikan antara lain: kemampuan mengajar guru yang belum sesuai dengan penggunaan metode dan penguasaan materi yang diajarkan. Hal ini juga membuat penulis untuk membuat karya ilmiah dengan judul “faktor penyebab sulitnya memahami pelajaran agama islam di Kelas”.
Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar siswa adalah faktor intern atau dari dalam diri siswa itu sendiri, karena siswa memiliki pengetahuan agama yang minim karena kurang mendapatkan pendidikan agama sebelumnya baik pendidikan formal maupun non formal. Dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan menggunakan metode pengajaran yang tepat, melakukan pengelolaan belajar yang baik, serta memberikan berbagai upaya bimbingan dan memberikan penekanan terhadap siswa yang malas dan sering bolos sekolah dengan harapan siswa benar-benar dapat memahami pelajaran agama Islam dengan baik.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah peranan guru membimbing siswa dalam mengatasi kesulitan belajar agama?
2.    Apa faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar agama?

1.3  Tujuan
1.    menjelaskan peranan guru membimbing siswa dalam mengatasi kesulitan belajar agama
2.    Menjelaskan faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar agama


1.4  Manfaat
1.    megetahui peranan guru membimbing siswa dalam mengatasi kesulitan belajar agama
2.    mengetahui faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar agama




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Landasan Teori
Terwujudnya kehidupan yang maju dan berwawasan, hanya bisa dicapai melalaui pendidikan khususnya pendidikan agama, karena pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa disamping sebagai pelengkap dan pengamalan ibadah sehari-hari. Salah satu sistem yang memungkinkan proses belajar kependidikan Islam secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapi tujuannya adalah institusi atau kelembagaan pendidikan Islam (Abuddin Nata, 1997: 111)
Pendidikan juga dapat diartikan dengan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam membangun manusia seutuhnya dan pendidikan akan terbentuk generasi muda yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan akhlak mulia.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 1995: 1).
Tujuan dari pendidikan agama Islam di sekolah agar siswa memiliki pengetahuan tentang agama Islam, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupanya yang nantinya diharapkan dapat menjadi manusia muslim yang sejati yaitu manusia yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, atau yang disebut dengan manusia muslim yang sempurna (Zakiah Daradjat, 1992: 51).
Guru tidak semata-semata sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Oleh karenanya guru dituntut untuk bisa tanggap dan mengarahkan kepada anak bagaimana cara belajar yang baik, agar anak didik tidak mengalami kesulitan dalam belajarnya. Akan tetapi, peran guru dalam upaya mengatasi kesulitan belajar tidaklah sebaik apa yang diharapkan, sehingga seringkali mengalami berbagi hambatan misalnya apa yang disebut sebagai masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar secara garis besar terdiri atas dua faktor penyebab yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal yaitu hal-hal yang muncul dari siswa, sedangkan faktor eksternal yaitu hal-hal yang muncul dari luar siswa (Muhibbin Syah, 1999: 165 ).
Faktor internal kesulitan belajar itu disebabkan, karena belum bisa membaca huruf arab, belum mempunyai kepandaian menulis arab, belum bisa mengucapkan lafal atau kalimah Al-Qur’an, kecerdasan anak yang berbeda, kurangnya bahan di perpustakaan, kesulitan dalam menghafal suratan beserta artinya dalam Al-Qur’an, sulitnya dalam mengimplementasikan materi agama dalam kehidupan sehari-hari.
Gejala lain yang sering nampak terjadi adalah kebiasaan besar siswa yang melakukan kesibukan, bercakap-cakap sendiri diantara mereka ketika pelajaran sedang berlangsung.
Faktor eksternal kesulitan belajar siswa adalah  pertama faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadan ekonomi keluarga. Kedua faktor sekolah yaitu guru dalam memberikan metode pengajaranya kurang bisa dipahami siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari pendidikan agama Islam. Faktor masyarakat antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat yaitu dalam bergaul dengan teman, bentuk kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini selaku guru PAI yaitu bapak Jamaludin dan bapak Solechan Asy’ari memberikan beberapa upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut yaitu memberikan pelajaran tambahan yaitu les yang dilakukan pada jam setelah pembelajaran, mengadakan ekstrakurikuler Baca Tulis Al Qur’an, guru menambah metode pembelajaran yang tadinya hanya ceramah monoton ditambah dengan  diskusi kecil, bermain peran dan demonstrasi atau praktek, menambah buku-buku pegangan sebagai penunjang pembelajaran, memotivasi siswa dengan cara memberikan ganjaran dan hukuman.




2.2 Penegasan Istilah

Untuk diketahui bahwa fungsi pokok dari judul adalah untuk menunjukan kepada pembacanya hakikat dari obyek penyelidikan, wilayahnya serta metode yang digunakan (Amirul Hadi dan Haryono, 1998: 114), oleh karenanya diberikan penjelasan mengenai judul tersebut. Untuk menghadapi kesimpangsiuran dalam memahami pengertian skripsi ini, maka akan penulis berikan penegasan istilah dalam judul yaitu :
1.    Upaya Guru Agama Islam
Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud memecahkan persoalan, mencari jalan keluar). (W.J.S Poerwadaminta, 1993: 995).
Guru merupakan profesi atau jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Uzer Usman, 2008: 5).
Guru PAI secara konstitusional adalah semua orang yang diangkat sebagai guru agama oleh Departemen Agama. Pada umumnya guru agama ini mengajar di perguruan agama seperti MI, MTs dan MA. Namun demikian ada juga yang bertugs di sekolah umum yang didirikan oleh selain Departemen Agama.
2.    Kesulitan Belajar
          Kesulitan adalah kedaan sulit, sesuatu yang sulit, kesukaran, kesusahan (W.J.S Poerwadaminta, 1993: 866). Sedangkan belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kepandaian atau suatu pengertian (Ngalim Purwanto, 1994: 84). Sementara kesulitan belajar adalah suatu kedaan dimana siswa atau peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 74).
          Dengan demikian yang dimaksud mengatasi kesulitan belajar disini adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengeluarkan peserta didik dari kesulitan belajar.
3.    Pendidikan Agama Islam
          Pendidika Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2005: 132).
          Menurut Zakiah Daradjat memberikan pengertian tentang pendidikan agama Islam sebagai berikut : Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Zakiah Daradjat, 1992: 86).  
          Jadi yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam oleh penulis adalah pendidikan dan bimbingan yang dilakukan secara sadar untuk membimbing anak didik kearah  kepribadian muslim yang memiliki nilai-nilai agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
2.3  Masalah Belajar

          Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.
          Perkembangan siswa tidak selalu berjalan dengan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka mengahadapi kesulitan dan hambatan yang dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah. Setiap gejala masalah ada sesuatu yang melatarbelakanginya, demikian juga dengan masalah belajar.
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar.
Ada beberapa kriteria untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar:
a.    Siswa dikatakan gagal apabila, dalam waktu tertentu tidak mencapai ukuran keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah di tetapkan oleh orang dewasa atau guru.
b.    Siswa dikatakan gagal apabila dalam waktu tertentu tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya.
c.    Siswa tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya.
d.    Siswa tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan belajarnya
Untuk dapat mengatasi kesulitian belajar yang terjadi terhadap siswa, maka hendaknya seorang guru mengetahui hambatan–hambatan dalam belajar yaitu:
a.    Tidak tahu caranya belajar
Sebenarnya dalam belajar ada kiat–kiat yang harus diketahui, yaitu cara belajar yang benar, siswa yang tidak mengetahui cara belajar yang benar akan berputar–putar dengan banyak materi yang harus dikuasainya. Sehingga banyak waktu yang terbuang percuma dan tidak efektif.
b.     Kehilangan minat belajar
Dalam belajar, minat menempati posisi yang penting, karena dari minat, siswa dapat memotivasi belajarnya untuk lebih baik. Akan tetapi, banyak faktor yang menyebabkan siswa kehilangan minat belajarnya, baik itu dari dalam diri siswa, maupun dari luar diri siswa.
c.    Konsentrasi yang hilang
Saat pertama kali memulai suatu proses belajar, seringkali anak tidak berkonsentrasi. Ini terjadi karena ada proses peralihan dari suasana bermain ke suasana belajar. Tak jarang pula proses belajar terhenti karena anak gagal melalui masa transisi ini. Maka dari itu konsentrasi yang hilang saat belajar memang sangat mengganggu . Terlebih lagi jika saat musimnya ujian. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, dalam belajar diperlukan konsentrasi.
d.     Stress pada anak
Stress dapat menimpa siapa saja dan kapan saja. Demikian juga anak-anak. Anak yang sedang stress tentu saja tidak dapat belajar dengan konsentrasi, bahkan ia pun tidak memiliki selera untuk belajar. Penyebab stress ini bisa terjadi karena tuntutan yang terlalu tinggi terhadap anak, bisa datang dari orangtua dan guru. Tuntutan kedua pihak yang menuntut siswa untuk berprestasi ini bisa membebani anak. Banyak dari siswa yang justru enggan belajar karena terlalu terbebani oleh tuntutan ini.
e.     Belajar hanya saat menghadapi ujian
Banyak siswa yang menganggap bahawa belajar hanya perlu di lakukan bila akan menghadapi ujian saja. Padahal seharusnya tidak demikian, ada atau tidak ada ujian, seorang siswa harus belajar teratur.

2.4  Faktor yang memengaruhi Belajar
Usaha dan keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau lingkungan
a.     Faktor-faktor dalam individu
Faktor-faktor dalam diri siswa menyangkut aspek jasmaniah dan rohaniah. Aspek jasmaniah menyangkut kondisi fisik dan kesehatan jasmani. Kondisi fisik sangat berpengaruh, ada yang tahan belajar selama berjam-jam, tapi ada juga yang kuat hanya 1-2 jam saja.
Aspek psikis juga berpengaruh juga dalam belajar, aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis bisa berupa keterbatasan kemampuan, ketidakseimbangan, emosional seperti ada tekanan batin, frustasi, merasa tidak nyaman dan gangguan-gangguan perasaan.
Faktor psikis diatas sangat besar pengaruhnya apalagi kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut berlangsung di sekolah yang berlatarbelakang Kristen. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi lebih terasa berat bagi siswa dan guru Pendidikan Agama Islam sendiri. Sehingga berdampak pada kehidupan sosialnya terutama pada system-sistem yang berlaku di sekolah tersebut.
Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat juga penguasaan siswa akan pelajaran. Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain baik guru, teman, orang tua maupun orang-orang di sekitarnya.
b.     Faktor-faktor lingkungan
Keberhasilan belajar juga sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara keseluruhan, faktor yang bisa berpengaruh negatif terhadap anak adalah:
a).  Sekolah: SMP Remaja Parakan temanggung merupakan sekolah milik yayasan Kristen sehingga proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi kurang efektif.
b).   Orang Tua: Cara orang tua mendidik yang tidak mapan, hubungan orang tua dan anak yang tidak lancar, contoh sikap orang tua yang kurang baik
c).   Suasana rumah: suasana rumah yang ramai, selalu tegang dan sering cekcok
d).  Keadaan ekonomi keluarga: Kalau keadaan ekonomi keluarga kurang berarti kebutuhan dan perlengkapan belajar kurang terpenuhi dan tempat belajar tidak baik atau bahkan tidak ada, maka anak tidak dapat belajar dengan baik.
e).  Masyarakat: media masa, teman bergaul, suasana lingkungan rumah, dan corak kehidupan tetangga.
f).    Sekolah: cara penyajian belajar yang kurang baik, bisa dari guru, metode ataupun sarana belajar. Hubungan guru dan siswa yang kurang baik, hubungan siswa dengan temannya

Mengatasi kesulitan belajar merupakan salah satu tugas guru Pendidikan Agama Islam, yaitu sebagaian pembimbing. Pemberian bimbingan guru Pendidikan Agama Islam itu meliputi bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap keAgamaan. Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap murid diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap.
Berikut ini akan diuraikan cara mengatasi kesulitan belajar siswa sesuai dengan faktor penyebabnya:
a.    Faktor Internal
1)     Siswa memiliki kemampuan belajar yang lemah
Dalam mengatasi siswa yang lemah dalam belajar, guru sebaiknya memberikan motivasi, memberikan hatinya dan menambah kepercayaannya terhadap diri sendiri. Maka tindakan yang tepat adalah memberikan bantuan pengajaran secepatnya dengan cara yang tepat pula, manakala telah diketahui letak kelemahannya.
Sehubungan dengan hal bantuan untuk siswa yang lemah ini, di sekolah–sekolah yang menggunakan ‘’modul’’ telah dikembangkan pula program perbaikan agar mereka dapat menguasai bahan.
2)    Siswa yang lambat
Adapun bantuan terhadap siswa yang lambat, antara lain dapat dilaksanakan dalam bentuk sebagai berikut:
a).  Memberikan penjelasan secara individual dengan cara yang bijak, misalnya: dengan pertolongan alat peraga dan lain sebagainya
b).  Memberikan kesempatan untuk mempelajari kembali terhadap materi yang belum dikuasai
c).   Mempergunakan tutor sebaya untuk membantu siswa yang lemah, sementara guru melayani siswa yang lain
d).  Menyederhanakan materi pelajaran, agar siswa lebih mudah memahaminya.
e).  Membiasakan bekerja dengan cerma

Untuk menanggulangi kesulitan dalam belajar yang disebabkan oleh faktor internal, dipergunakan bimbingan belajar. alasan penggunaan bimbingan belajar adalah karena kesulitan dalam belajar itu termasuk masalah pribadi, jadi akan lebih tepat bila melaksanakan bimbingan belajar[1]
2.    Faktor Eksternal
Untuk menanggulangi kesulitan dalam belajar yang disebabkan oleh faktor eksternal A.Tabrani Rusyan mempergunakan cara dengan mengubah lingkungan, yaitu sesuatu yang berada di luar diri anak, yaitu sikap orang tua dan pergaulan anak. Untuk tujuan tersebut di atas perlu diadakan hubungan dengan orang tua anak di dalam membantu memecahkan masalah kesulitan anak.
B. Simanjutak dan I.L Pasaribu dalam Bukunya Psikologi Perkembangan, mengemukakan sebagai berikut:
Pada tiap usaha penyehatan, syarat utama adalah bahwa kita sanggup dengan cara yang tepat berbicara dengan orang tua yang salah terhadap anaknya dari keadaan ekstern dan intern. Mengapakah orang tua mengadakan kesalahan–kesalahan dalam mendidik anaknya? Makin kita kenl orang tua dan anak, ternyata makin banyak sekali faktor yang kita pergunakan sebagai titik berangkat dalam mengubah lingkungan.

2.5         Menanggulangi Masalah Belajar
Siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya menunjukan gejala-gejala yang mudah diamati oleh guru. Beberapa tanda adanya kesulitan belajar pada siswa, misalnya :
1. Menunjukan prestasi yang rendah/ di bawah rata-rata prestasi yang dicapai oleh kelompok kelas
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha belajar dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal, mengerjakan pekerjaan rumah, dan tugas-tugas lainnya.
4. Menunjukan sifat yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dll.
5. menunjukan tingkah laku yang berlainan, seperti : mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.

Dari gejala-gejala yang nampak tersebut dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.Beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini antara lain :
 a. pengajaran perbaikan,
 b. kegiatan pengayaan,
 c. peningkatan motivasi belajar,
 d. pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.

a. Pengajaran perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalahan pengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Guru harus berupaya memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

b. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan guru kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah, memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.

c. Peningkatan Motifasi Belajar
Salah satu bantuan yang dapat diberikan guru dalam mengatasi masalah belajar siswa adalah dengan memberikan motivasi belajar. Prosedur-prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.    Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa .akan terdorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan–tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
2.    Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa.
3.    Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan .
4.    Memberikan hadiah ( penguatan ) dan hukuman bila mana perlu.
5.    Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dan murid.
6.    Melengkapi sumber dan peralatan belajar.

d. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua siswa. Upaya selanjutnya yang dilakukan guru dalam pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah :
1.  Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
2.  Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
3.  Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti buku-buku teks dan referensi lainnya.
4.  Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kapan membaca secara garis besar, kapan secara terinci, dan sebagainya.
5.  Untuk tidak segan-segan bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahui kepada guru, teman atau siapa pun juga.







BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Tujuan dari pendidikan agama Islam di sekolah agar siswa memiliki pengetahuan tentang agama Islam, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupanya yang nantinya diharapkan dapat menjadi manusia muslim yang sejati yaitu manusia yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, atau yang disebut dengan manusia muslim yang sempurna. Namun karena adanya masalah dan hambatan dalam proses pengajaran, maka pendidikan agama islam susah untuk diterima oleh siswa.
3.2  Saran
Salah satu antisipasinya pihak sekolah atau guru, harus memberi perhatian khusus terhadap perbedaan kemampuan individual siswa tersebut. Perhatian yang dimaksud yakni dengan menyelenggarakan tes diagnostik. Jika tes itu dilaksanakan dengan efektif dan efesien, penulis yakin permasalah perbedaan kemampan siswa akan terselesaikan dengan baik.








DAFTAR PUSTAKA











LAMPIRAN
Agar dikelas tidak terjadi seperti pada gambar ini :
exam4.gif
Maka semangat guru dan antusias siswa dalam belajar harus seimbang
proses-pembelajaran-kelas.jpg