cari

pengaruh air gula dan vetsin terhadap pertumbuhan cabai (Capsicum Frutescence L.)



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Tanaman cabai (Capsicum Frutescence L.). adalah tanaman budidaya, kadang-kadang ditanam dipekarangan sebagai tanaman sayur atau tumbuh liar ditegalan dan tanah kosong. Tanaman cabai menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5 -1,25 M. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berseling. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, Buahnya tegak, kadang-kadang merunduk. Berbentuk memanjang lurus atau bengkok, ujung merundung, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Bijinya banyak, bulat pipih, berwarna kuning kotor. 
Dalam pertumbuhan semua jenis tanaman dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor seperti factor internal yaitu factor yang berasal dari tanaman itu sendiri, dan juga factor eksternal yaitu factor yang berasal dari lingkungan atau luar. Dalam penelitian ini, penulis mengarahkan penelitian pada pengaruh factor luar seperti air dengan menambahkan campuran bahan pelarut yaitu vetsin / MSG (Monosodium Glutamate) dan gula. MSG merupakan garam natrium dari asam glutamate, glutamate ini berfungsi untuk pembentukan asam amino dan penyehatan tanaman. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan mempunyai rasa manis. Gula berfungsi untuk menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel-sel (manusia, hewan dan tumbuhan) untuk melakukan metabolisme.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apakah pengaruh air gula dan vetsin terhadap pertumbuhan cabai  (Capsicum Frutescence L.)?
2.    Bagaimanakah laju pertumbuhan cabai (Capsicum Frutescence L.) saat pemberian larutan gula, vetsin dan air murni?

1.3.    Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.    Menjelaskan pengaruh air gula dan vetsin terhadap pertumbuhan cabai (Capsicum Frutescence L.)?
2.    Menjelaskan laju pertumbuhan cabai (Capsicum Frutescence L.) saat pemberian larutan gula, vetsin dan air murni?
.
1.4 Hipotesis
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditentukan maka kerangkan hipotesis penulis adalah: pemberian perlakuan gula dan vetsin akan mempengaruhi pertumbuhan  tanaman cabai.



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1  Pertumbuhan
 Pertumbuhan adalah suatu proses penambahan biomasa atau ukuran  (berat, volume atau jumlah) yang bersifat irreversible atau tidak dapat balik lagi dan juga bersifat kuantitatif atau dapat diukur.
Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang bersifat irreversible karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel, dapat pula disebakan keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.
2.2  Perkembangan
 Perkembangan adalah proses perubahan yang menyertai pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan tingkat kematangan suatu makhluk hidup baik dalam sel, jaringan, organ dan jenis kelamin.
Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan  fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan, perkembanagan awal suatu tumbuahan secara garis besar melalui tiga tahap yaitu : pembelahan sel,morfogenesis dan diferensiasi seluler.
2.3  Tanaman cabai
Tanaman cabai (hot pepper) berasal dari daratan Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Tanaman tumbuh kira-kira sejak 2500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan mengembangkan cabai adalah orang Inca di Amerika Selatan, orang Maya di Amerika Tengah, dan orang Aztek di Meksiko. Mereka memanfaatkan cabai sebagai bumbu masakan. Christopher Colombus yang mendarat di pantai San Salvador pada tanggal 12 Oktober 1492 menemukan penduduk setempat banyak yang menggunakan buah merah menyala berasa pedas sebagai bumbu masakan. Kemudian Columbus membawa cabai dari benua Amerika ke Spanyol untuk dipersembahkan kepada Ratu Isabella sebagai hasil temuannya di benua Amerika. Pada tahun 1500-an, bangsa Portugis mulai memperdagangkan cabai ke Makao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina, dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki menduduki wilayah Portugis di Hormuz, teluk Persia. Saat Turki menduduki Hongaria, cabai pun dibudidayakan di Hongaria.
Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan tanaman ini dibawa masuk ke Indonesia. Menurut dugaan, kemungkinan komoditas cabe dibawa oleh saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber lain menyebutkan bahwa cabai masuk ke Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis. Cabai termasuk tanaman semusim (annual) yang berbentuk perdu, tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman dewasa antara 65–170 cm dan lebar tajuk 50–100 cm.Dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Plantarum), tanaman ini tergolong dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta). Biji cabai tertutup oleh kulit buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Lembaga pada bijinya terbagi dalam dua daun lembaga, sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae). Hiasan bunga cabai termasuk lengkap, yaitu terdiri atas kelopak dan mahkota, dengan daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu, sehingga dimasukkan dalam sub-kelas Sympetalae. Cabai termasuk dalam keluarga terung-terungan (Solanaceae).

2.4 Beberapa ulasan jenis – jenis cabe di indonesia.
Jenis cabe memang banyak sekali dan beragam rasa dan penkonsumsianya, namun hanya sebagian jenis varietas yang bisa di budidayakan, yakni cabe besar, cabe rawit dan cabe hibrida.

Indonesia
Cabai, cabe merah, lombok gede,  cabe.
Inggris
chili pepper
Pilipina
Siling Haba
Cina
la jiao
Kingdom
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
Asteridae
Ordo
Solanales
Famili
Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus
Capsicum
Spesies
Capsicum annum L.
2.4 Jenis cabe besar (Capsium annum L)
Beberapa jenis cabe besar yang berada di indonesia, yang sering di budidayakan dan di minati oleh pasaran. Cabe besar sering di gunakan sebagai bumbu masakan oleh masyarakat indonesia. Di antaranya varietas dan jenis cabai besar yang populer di indonesia adalah :

a.    Cabe merah besar.
Berbentuk panjang dan besar, membujur lancip panjang besar. Permukaan kulis mulus mengkilat dan tebal seperti ada lilin pada kulitnya. Varietas yang sering di budidayakan adalah : Prabu F1,Maraton F1,Kresna F1,Adipati F1,Sultan F1,Senopati F1,Provost F1,Astina F1,dan wibawa F1.Berikut deskripsi masing-masing varietas tersebut.
b.    Cabe merah keriting (Capsicum Annum var longum)
Bentuknya panjang tetapi memiliki diameter yang kecil di bandingkan dengan cabai besar, ujungnya lancip cenderung runcing. Kulit buahnya tidak mulus melainkan bergelombang atau keriting. Kulit buahnya relatif tipis. Cabai merah keriting sering di jadikan bumbu masak dan komoditas tanaman yang penting dalam hal kenaikan pendapatan petani, memiliki peluang eksport.Syarat Tumbuh Caba merah keritaning
·         Iklim
Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
·         Suhu udara 16° – 32 ° C
·         Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar matahari cukup (10 – 12 jam).
·         Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
·         Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 – 7,0
·         Tanah tidak becek/ ada genangan air
·         Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.


c.    Cabe hijau.
Cabai hijau merupakan cabai merah besar tetapi di panen pada saat warna padah cabai masih hijau. Pemanenan yang masih muda dan tida pada matang yang maksimal, di karenakan pada daerah yang kurang memenuhi syarat tumbuh, atau pemanenan singkat untuk pengiriman cabe pada lokasiu yang cukup jauh. Karena cabai merah pada curah hujan yang tinggi dan kelembaban yang tinggi sangat susah sekali untuk mencapai warna hijau.
Cabai hijau di bandingkan dengan cabai merah mulai dari segi rasa memiliki perbedaan rasa dan harga, harga cabe hijau lumayan murah di bandingkan dengan caba hijau. Walaupun sebenarnya pada penelitian cabe ini bisa di tanam di daerah tinggi dan rendah, dengan pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, pada cabe.
Di anjurkan sebelum menanam cabe, pembudidaya harus memiliki kemampuan dan syarat tumbuh caba, karena mengingat tanaman ini sangat sensitif sekali pada hama dan penyakit. Menanam jenis cabe ini memerlukan keterampilan dan pengalaman khusus, khususnya jika anda ingin menanam dengan jumlah yang sangat besar. Mungkin karena resiko menanam cabe cukup tinggi, sehingga pada saat-saat bisa saja terjadi kekurangan pasokan. Hal yang menyebabkan harga yang meleset karena faktor–faktor pengalaman dan pengetahuan mengenai berbudidaya.
2.5 Jenis cabe rawit (Capsium frutescens)
Cabe ini berukuran kecil “mini”, dengan panjang sekitar 2-4 cm. Cabe ini hampir keseluruhan lebih pedas di bandingkan jenis cabe besar, tetapi tidak semua cabe rawit semuanya pedas. Cabe rawit memiliki keunikan dengan warna yang beragam, mulai dari hijau, merah, kuning hingga oranye.
Berbuah sepanjang tahun, semua musim cabe rawit berbuah. Tanaman yang tergolong kuat dan dapat tumbuh di daerah rendah maupun di dataran tinggi. Tetapi yang beredar di pasaran dengan jenis yang cukup baik yaitu varietas lokal. Dengan di perbanyak dan di semaikan oleh petani lokal.
2.6 Jenis cabe hibrida
Cabe hibrida termasuk jenis cabe besar. Tetapi yang membedakan cabe hibrida melalui persilangan moderen yang menghasilkan varietas baru melalui seleksi tanaman yang di kembangkan. Hasil persilangan tersebut jenis cabe hibrida di katakan manja di bandingkan dengan cabe pada umumnya. Yaitu tidak tahan terhadap lahan yang terbuka.
Jenis cabe ini dapat tumbuh di (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 – 270 C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C.
Keunggulan dari cabe ini dalam hal produktivitas, bentuk dan ketahanan terhadap penyakit tertentu. Beberapa jenis cabe hibrida yang populer adalah:
Cabe merah:
·                Hot beauty, Emerald, Horison, Imperial, Biola, Inko hot. Cabe keriting:
·                Lembang-1, Tanjung-1, Tanjung-2, Kunthi, Papirus. Cabe rawit:
·                Discovery, Bara, Taruna, Dewata, Juwita. Paprika:
·                Hairloom, Edison, Suniya.

2.7  Vetsin/MSG
Mononatrium glutamat (juga disebut monosodium glutamat; disingkat MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat . Funsginya adalah sebagai penyedap rasa. Satu ion hidrogen (dari gugus —OH yang berikatan dengan atom C-alfa) digantikan oleh ion natrium. Nama merek dari mononatrium glutamat termasuk Ajinomoto, Vetsin, danAccent. Glutamat ini juga berfungsi untuk pembentukan asam amino lain seperti gluthation, arginin dan praline dan penyehat tanaman (Peter J. Reeds et.al.,2000).

2.8  Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristalsukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelian kualitatif. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode eksperimen. Dengan merangkai alat kemudian diuji coba dalam sebuah percobaan. Secara lebih rinci pengertian Metode eksperimen adalah suatu cara penelitian, di mana peneliti melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan dalam sebuah laporan.
3.2 Prosedur Penelitian
Adapun langkah kerja dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.    Siapakan media/peralatan tanam untuk cabai (Capsicum Frutescence L.) yang berupa : 3 buah polybag yang sudah berisi tanah, pupuk organic dan tanaman cabai (Capsicum Frutescence L.) yang berusia 10 hari.
2.    Pada hari pertama berikanlah perlakuan dengan larutan vetsin pada polybag 1 (Kontrol positif),  larutan gula pada polybag 2 (control negatif) dan air murni pada polybag 3 (Tanaman Kontrol).
3.    Dalam pemberian perlakuan, usahakan larutan baik vetsin, gula maupun air murni dalam keadaan sudah banyak berkurang.
4.    Pengukuran tinggi atau laju pertumbuhan dilakukan dalam periode tiga (3) hari sekali, dengan memberikan tanda pada masing-masing tanaman menggunakan spidol.
5.    Setelah hari ke-22 hentikan pengukuran, hal ini dikarenakan masa pengukuran  pada objek yang akan diteliti sudah selesai.
6.    Jagalah selalu tanaman cabai (Capsicum Frutescence L.)  dari gangguan organisme pengganggu disekitarnya.
7.    Lakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur (penggaris dan meteran) untuk mengetahui tingkat laju pertumbuhan cabai (Capsicum Frutescence L.).
8.    Catatlah hasil pengukuran yang telah didapat, lalu dianalisis.
9.    Lakukan pemberhentian  pemberian larutan (vetsin, gula dan air) jika salah satu tanaman mati.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 November – 30 November 2015. Penelitian akan dilakukan di rumah peneliti di Desa Cahya Mas, Kec. Mesuji makmur OKI.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Setelah menjalankan prosedur penelitian dan mencatat setiap hasil pengamatan pada setiap sampel pengaruh air gula dan vetsin terhadap pertumbuhan cabai (Capsicum Frutescence L.), maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini :
No
Hari pengamatan
Perkembangam tanaman cabai
Air vetsin
(sampel 1)
Air gula
(sampel 2)
Air biasa
1
Hari Pertama
-
-
-
2
Hari ke- 4
-
-
-
3
Hari ke- 5
0,2
0,2
0,2
4
Hari ke- 7
2
0,8
1
5
Hari ke- 9
2,5
1,5
2
6
Hari ke- 11
5
3
3,5
7
Hari ke- 14
7
3,5
5
Keterangan
hidup
hidup
Hidup

Tabel hasil penelitian

4.2 Pembahasan
Dari percobaaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan air penyiraman air vetsin memberikan pertumbuhan dan ksuburan tanaman, hal ini dapat dilihat dari  tinggi tanaman dan perkembangan tanaman dari hari penelitian ke-7 hingga ke 14 tanaman yang mendapat perlakuan penyiraman vetsin memliiki laju pertumbuhan tanaman yang baik,dibandingkan sampel  lainnya.
Hal ini dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini, Bisa kita pahami dengan seksama darai data laju pertumbuhan tanaman cabai(Capsicum Frutescence L.)  yang disajikan dalam bentuk table diatas, pertumbuhan dengan pemberian perlakuan dengan air murni, tanaman tumbuh dan berkembang relative, hal tersebut terjadi karena kandungan kimia dari air mineral tersebut yang sudah bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.
            Sedangkan pada tanaman cabai (Capsicum Frutescence L.)  yang diberikan perlakuan larutan vetsin, tanaman tubuh dan berkembang dengan sangat cepat baik dari segi akar batang dan pemunculan daunnya. Hal tersebut terjadi karena vetsin banyak mengandung senyawa glukosa dan glutamate yang merupakan salah satu dari 20 asam amino penyusun protein yang berfungsi sebagai bahan penyehat tanaman. Selain itu terdapat juga unsure Natrium dan air Berikut adalah reksi kimia yang terjadi:

CO2 + Unsur Hara + C6H12O6 + O2
Keterangan:
C6H12O6: Glukosa
O2: Air

Skema diatas menunjukkan bahwa glukosa dan air sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman, baik pertumbuhan akar, batang, daun. Hal tersebut sangat relevan dengan kandungan glukosa, asam amino dan air sehingga jika Larutan vetsin diberikan oleh tumbuhan akan berakibat baik. Selain itu kandungan unsure Natrium (Na) akan membantu mempercepat tumbuhnya akar pada tanaman cabai (Capsicum Frutescence L.)
            Selanjutnya tanaman yang diberikan perlakuan laritan gula, tanaman tumbuh dengan signifikan atau lebih lambat dibandingkan dengan pemberian larutan vetsin. Hal tersebut terjadi karena senyawa gula terhadap tanaman seringkali dikaitkan dengan kegiatan metabolisme gula. Namun dari referensi didapatkan bahwa gula dapat berperan sebagai isyarat pengatur yang mengontrol ekspresi beberapa gen yang terlihat dalam siklus kimia tumbuhan.

             Glukosa yang merupakan suatu hasil produksi dari senyawa sukrosa dengan enzim yang terhidrolisis asam dapat berguna sebagai bahan penyimpan energi yang akan digunakan oleh sel-sel untuk melakukan metabolisme. Selain itu gula juga terlibat dalam control tumbuhan dan penuaan tanaman. Dengan tidak tersedianya glukosa dari luar menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada tanaman hanya pada tahap perkembangan daun saja
b612_tempblackberry_20160105_064240.jpg     b612_tempinstagram_20160105_064354.jpg



BAB V
Penutup


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, serta hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya mengenai perbandingan tingkat pertumbuhan pada tanamancabai dengan perlakuan penyiraman air gula dan vetsin. Dapat disimpulkan dalam beberapa hal berikut:
1.    Pertumbuhan pada sampel cabai yang diberi perlakuan penyiraman air vetsin memiliki pertumbuhan dan perkembangan lebih baik  dari sampel yang disiram air biasa
2.    Pertumbuhan pada sampel cabai yang diberi perlakuan penyiraman air gula memiliki pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat  dari sampel yang disiram air biasa

5.2 saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat maka peneliti menyarakan hal-hal berikut:
1.    Penyiraman air vetsin dan air kelapa baik untuk pertumbuhan tetapi harus sesuai kebutuhan tanaman itu sendiri karena kelebihan akan memberi pertumbuhan yang kurang baik.
2.    Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam untuk mendapati hasil yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2008. Bahan Penyubur Tanaman. (Online), http://pinginpintar.com/.
Anonim2,2008.Beras.(Online),http://id.wikipedia.org/wiki_beras.
Bewley, Derek J. 1997. Seed Germination and Dormancy. The Plant Cell, Vol. 9 1055-1066   America Society of Plant Physiologist.
Diah, Ayulina, dkk. 2011.  BIOLOGY 3A for Senior High School Grade II Semester 1. Jakarta. Esis
Heddy, Suwasono; Soemitro, Sutiman; Soekariomo, Sardjono. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta: Rajawali.
*      Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa, Jakarta.
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc., New York.
Srikini, Suharno, dkk. 2006. BIOLOGI untuk SMA Kelas XII. Jakarta. Penerbit Erlangga

Tidak ada komentar: