Herman
J. Waluyo
Menurut
Herman J. Waluyo menyatakan bahwa puisi ialah sebuah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan suatu pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian sebuah
struktur fisik dan struktur batinnya.
Djoko
Pradopo
Menurut
Djoko Pradopo menyatakan bahwa puisi ialah sebuah hasil aktivitas pemadatan,
yaitu suatu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu
memadatkannya (kondensasi).
Menurut
Hudson (dalam Aminuddin, 2011: 134), puisi adalah salah satu cabang sastra yang
menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan
imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam
menggambarkan gagasan pelukisnya. Ketika kita membaca suatu puisi sering kali
kita merasakan ilusi tentang keindahan, terbawa dalam suatu angan-angan,
sejalan dengan keindahan penataan unsur bunyi, penciptaan gagasan, maupun
suasana-suasana tertentu.
PUISI
Puisi
adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas
puisi lama dan puisi baru.
A.
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh
aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
1. Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
2. Jenis dan Contoh Puisi
Lama
a) Mantra
adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh : Assalammu’alaikum putri
satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun
anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh : Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina
adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh : Dahulu parang, sekarang
besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka
adalah pantun berkait. Contoh : Lurus
jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat. Contoh : Kurang
pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Contoh : Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g)
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh :
Kalau
anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau
anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. Ciri-ciri dari jenis
puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
Berirama
akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Bersifat
lisan, sakti atau magis
Adanya
perulangan
Metafora
merupakan unsur penting
Bersifat
esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
Lebih
bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
b) Pantun
Ciri – ciri :
Setiap bait terdiri 4 baris
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
Baris 3 dan 4 merupakan isi
Bersajak a – b – a – b
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku
kata
Berasal dari Melayu (Indonesia)
c) Karmina
Ciri-ciri karmina
Setiap
bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Bersajak
aa-aa, aa-bb
Bersifat
epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Tidak
memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Semua
baris diawali huruf capital.
Semua
baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Mengandung
dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
d) Seloka
Ciri-ciri seloka
Ditulis
empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Namun
ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
e) Gurindam
Ciri-ciri
gurindam
Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
baris
kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris
pertama tadi.
f) Syair
Ciri-ciri syair
Terdiri
dari 4 baris
Berirama
aaaa
Keempat
baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
g) Talibun
Ciri-ciri:
Jumlah barisnya lebih dari empat
baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris,
susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satu bait berisi delapan baris,
susunannya empat sampiran dan empat isi.
Apabila enam baris sajaknya a – b – c
– a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris,
sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
B. PUISI
BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang
teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak
pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra
(kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata
(sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2. Jenis-jenis dan Contoh
Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada
adalah puisi berisi kisah/cerita. Contoh : Puisi
karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang Pemberontak”
b)
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau
pahlawan. Contoh :
Bahkan
batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan
nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat
derita pada lekuk dan liku
bawah
sayatan khianat dan dusta.
Dengan
hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan
darah dari tangan dan kaki
dari
mahkota duri dan membulan paku
Yang
dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa
luka-luka yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah
mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu
tersalib di datam hati.
(Saini
S.K)
c) Ode
adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Contoh :
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan
kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) Epigram
adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Contoh :
Hari ini tak ada tempat
berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa
yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak
sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) Romance
adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi
adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Contoh :
Ini
kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
g)
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Contoh :
Aku
bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur
jidad penyair-penyair salon,
yang
bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara
ketidakadilan terjadi
di
sampingnya,
dan
delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu
dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
1.
Debu
(Emha
Ainun Nadjib)
Debu
yang menempel di keningmu
Biarkan,
jangan diusap
Jika
usai rakaat terakhir
Teruskan
berdzikir
Disuruh
oleh Allah butir-butir debu itu
Agar
menyerap kotoran dari gumpalan otakmu
Jika
telah penuh muatannya
Akan
tanggal dengan sendirinya
Nanti
pikiranmu mengkaca benggala
Beningnya
tak terbilang kata
Cahaya
Allah menembusnya
Memantul
darimu ke wajah buram dunia
Kalau
engkau bersujud hingga rakaat tak terhingga
Wajahmu
sirna, menjelma cahaya
Kepada
para malaikat, alam dan manusia
Tak
bisa kau sodorkan apa pun kecuali cahaya
Cahaya
hanya satu
Namanya
satu
Kau
dengar Allah menyapa, Muhammad menyapa
Dari
dalam diri, yang bukan lagi pribadi
2.
Layang-layang
(D.
Zamawi Imron)
sederhana
sekali naiknya layang-layang itu
membawa
harapan, membawa nama-nama
(angin mengukir gunung
dengan nilai-nilai
di pusat lembah yang teduh
ada tempayan purba dibasuh)
dalam
takdir yang amat rahasia
maka
putuslah layang-layang itu
sejumlah
anak telah menunggu
dan
siap memperebutkannya
pada
hingar-bingar yang seperti sorak dunia
layang-layang
itu koyak-moyak tak tentu bentuknya
(angin mengetuk jantung
nilai-nilai pun bangkit
setangkai mawar jatuh
dari segumpal kesedihan)
3.
Hujan
(Soni
Farid Maulana)
Hujan,
curahkan berkahmu yang hijau pada lembah hatiku.
Puaskan
dahaga akar tumbuhan
Agar
jiwaku
Terasa
segar membajak kehidupan
Di
pinggir jendela kuingat benar tahun lalu
Aku
masih kanak bersenda-gurau, bernyanyi riang
Memutar-mutar
payung hitam di bawah curahmu
Yang
berkilau bagai perak tersentuh bulan
O,
hujan, puaskan dahaga jiwaku agar berubah
Agar
hidup menyeruak
Bagai
tumbuhan
Menjemput
cahaya maha cahaya
4.
Diponegoro
(Chairil
Anwar)
Di
masa pembangunan ini
Tuan
hidup kembali
Dan
bara kagum menjadi api
Di
depan sekali tuan menanti
Tak
gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang
di kanan, keris di kiri
Berselempang
semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini
barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan
tanda menyerbu
Sekali
berarti
Sudah
itu mati
Maju
Bagimu
negeri
Menyediakan
api
Punah
di atas menghamba
Binasa
di atas ditindas
Sungguh
pun dalam ajal baru tercapai
Jika
hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
5.
Nyanyian Jiwa
(Fauzi
Arifin)
akulah
hati yang bimbang
oleh
petuah dan ajaran
akulah
rindu yang melata
di
bumi berkalung duka lara
akulah
sepi yang mengaji
bertengger
di keluasan jagat raya
akulah
burung yang berkulik itu
berkabar
tentang diri yang ada
akulah
gelisah yang terjaga
mabuk
dan menari separuh irama
akulah
lirik dan lagunya
meratap
menggemakan takbir di sudut-sudut dunia
6.
Lagu Gadis Itali
(Sitor Situmorang)
Kerling
danau di pagi hari
Lonceng
gereja bukit Itali
Jika
musim tiba nanti
Jemput
Abang di Teluk Napoli
Kerling
danau di pagi hari
Lonceng
gereja bukit Itali
Sedari
Abang lalu pergi
Adik
rindu setiap hari
Kerling
danau di pagi hari
Lonceng
gereja bukit Itali
Andai
Abang tak kembali
Adik
menunggu sampai mati
Batu
tandus di kebun anggur
Pasir
teduh di bawah nyiur
Abang
lenyap hatiku hancur
Mengejar
bayang di salju gugur
7.
Gadis Peminta-minta
(Toto
Sudarto Bachtiar)
Setiap
kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu
terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah
padaku, pada bulan merah jambu
Tapi
kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin
aku iku, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang
ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup
dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira
dari kemayaan riang
Duniamu
yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas
di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa
begitu murni, terlelu murni
Untuk
bisa membagi dukaku
Kalau
kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan
di atas itu, tak ada yang punya
Dan
kotaku, ah kotaku
Hidupnya
tak lagi punya tanda
8.
Perpisahan
(Elha)
Akhirnya
peluit pun dibunyikan
Buat
penghabisan kali kugenggam jarimu
Lewat
celah kaca jendela
Lalu
perlahan-lahan jarak antara kita
Mengembang
jua
Dan
tinggalah rel-rel, peron dan lampu
Yang
menggigil di angin senja
9.
Kembang Setengah Jalan
(Armijn
Pane)
Mejaku
hendak dihiasi
Kembang
jauh dari gunung
Kau
petik sekarangan kembang
Jauh
jalan panas hari
Bunga
layu setengah jalan
10.
Doa
(Amir
Hamzah)
Dengan
apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan
senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik
Setelah
menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan
Melambung rasa menayang pikir
Membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku
terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya
Kalbuku
terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadamu dengan cahyamu
Biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!
CONTOH
PUISI KARANGAN Taufiq Ismail dalam Sajak Ladang Jagung
11. BUNGA ALANG - ALANG
Bunga alang-alang
Di tebing kemarau
Menggelombang
Mengantar
Bisik cemara
Dalam getar
Di jalan setapak
Engkau berjalan
Sendiri
Ketika pepohon damar
Menjajari
Bintang pagi
Sesudah topan
Membarut
Warna jingga
Dan seribu kalong
Bergayut
Di puncak randu
Di bawah bungur
Kaupungut
Bunga rindu
Sementara awan
Menyapu-nyapu
Flamboyan
Kemarau pun
Berangkat
Dengan kaki tergesa
Dalam angin
Yang menerbangkan
Serbuk bunga.
1963
11. BUNGA ALANG - ALANG
Bunga alang-alang
Di tebing kemarau
Menggelombang
Mengantar
Bisik cemara
Dalam getar
Di jalan setapak
Engkau berjalan
Sendiri
Ketika pepohon damar
Menjajari
Bintang pagi
Sesudah topan
Membarut
Warna jingga
Dan seribu kalong
Bergayut
Di puncak randu
Di bawah bungur
Kaupungut
Bunga rindu
Sementara awan
Menyapu-nyapu
Flamboyan
Kemarau pun
Berangkat
Dengan kaki tergesa
Dalam angin
Yang menerbangkan
Serbuk bunga.
1963
12. Taufik Ismail Kembalikan
Indonesia Padaku
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan
Indonesia
padaku
13. AKU BERADA KEMBALI
Karya
: Chairil Anwar
Aku
berada kembali. Banyak yang asing:
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa
laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari lain.
juga disinari matari lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga
kiri masih terpaling
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh
1949
14.
PADA SUATU HARI NANTI
Karya
: Supardi Djoko Damono
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
15.
DARI BENTANGAN LANGIT
Karya :Emha Ainun Najib
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
1997
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
1997
16.
SEBUAH JAKET BERLUMURAN DARAH
karya:
Taufik Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.
17. HANYA DALAM PUISI
karya : Ajip Rosidi
Dalam
kereta api
Kubaca puisi: Willy dan
Mayakowsky
Namun kata-katamu
kudengar
Mengatasi derak-derik
deresi.
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan
gunung-gunung
Lalu sajak-sajak
tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang
terbungkuk sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi.
Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit
dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari
mencari Hawa.
Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga
ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada
situasi?
Dalam lembah
menataplah wajahmu
yang sabar.
Dari lembah
mengulurlah tanganmu
yang gemetar.
Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari
besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir:
Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.
Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.
1968
Kubaca puisi: Willy dan
Mayakowsky
Namun kata-katamu
kudengar
Mengatasi derak-derik
deresi.
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan
gunung-gunung
Lalu sajak-sajak
tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang
terbungkuk sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi.
Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit
dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari
mencari Hawa.
Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga
ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada
situasi?
Dalam lembah
menataplah wajahmu
yang sabar.
Dari lembah
mengulurlah tanganmu
yang gemetar.
Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari
besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir:
Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.
Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.
1968
18. SURAT DARI IBU
Karya : Asrul Sani
Pergi
ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi
ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan
warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
menutup pintu waktu lampau.
Jika
bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !
Kembali
pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
19. SEBELUM
LAUT BERTEMU LANGIT
karya : Eka Budianta
karya : Eka Budianta
Seekor penyu pulang ke laut
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.
Puisiku – telur-telur penyu itu-
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja
Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya
Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu
Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi
Jakarta, 2003
20. IBU
Karya:
D. Zawawi Imron
kalau aku merantau lalu datang
musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun
gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang
tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta
kenakalanku
di hati ada mayang siwalan
memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak
kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di
sini
saat bunga kembang menyemerbak
bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian
ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang
mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut
pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat
dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang
laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya
tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut
paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang
angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah
kukenal
ibulah itu bidadari yang
berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.
Ciri-ciri pusi secara umum
Sebelum
membahas secara detail tentang ciri-ciri puisi kontemporer maupun ciri-ciri
puisi lama, sebaiknya kita semua mengetahui terselebih dahulu pengertian puisi
secara umum.
Secara umum ciri-ciri puisi dapat disimpulkan sebagaimana berikut ini!
1. Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang terdiri atas baris-baris, bukan bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat, dan indah.
3. Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.
4. Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya rima dan persajakan.
5. Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapan
Secara umum ciri-ciri puisi dapat disimpulkan sebagaimana berikut ini!
1. Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang terdiri atas baris-baris, bukan bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat, dan indah.
3. Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.
4. Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya rima dan persajakan.
5. Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapan