cari

Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Informasi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi saat ini berkembang dengan sangat luar biasa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Penemuan material pendukung, pengembangan software mendukung teknologi informasi menjadi lebih memudahkan kehidupan umat manusia. Namun disisi lain dampak teknologi informasi juga memberikan dampak yang kurang baik bagi kehidupan manusia terutama dalam segi moral dan agama. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat teristimewa kaum muslim.
Kemajuan sains dan teknologi yang didalamnya terdapat perkembangan teknologi komunikasi, telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Karena Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains teknologi. ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dari pemaparan latar belakang tersebut penulis mencoba untuk membuat Karya Ilmiah yang bertemakan “Pandangan Islam terhadap Perkembangan Teknologi Informasi”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, maka timbul perumusan masalah, sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah  pandangan islam terhadap perkembangan teknologi informasi?
2.    Bagaimanakah upaya pencegahan dampak negatif teknologi informasi?

1.3  Batasan Masalah
Agar pembahasa dalam karya ilmiah ini tidak menyimpang dari rumusan masalah yang telah ditentukan maka perlu adanya sebuah batasan, dalam karya ilmiah ini pembahasan masalah dibatasi pada bagaimana pandangan islam terhadap  perkembangan teknologi informasi dan upaya pencegahan dampak buruk dari perkembangan teknologi informasi.
1.4  Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
Tujuan penulisan dari Karya Ilmiah ini adalah:
1        Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi.
2        Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah dampak buruk dari perkembangan teknologi informasi.
1.5  Sistematika
Untuk mempermudah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, maka menulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah
1.2 Batasan masalah
1.3 Tujuan penulisan karya ilmiah
1.4 Sitematika

Bab II Pembahasan
2.1 Pandangan islam terhadap perkembangan teknologi informasi
2.2 Upaya-upaya pencegahan dampak buruk dalam perkembangan teknologi informasi

Bab III Tanggapan
3.1 Tanggapan terhadap pandangan islam terhadap perkembangan teknologi informasi
3.2 Tanggapan mengenai upaya-upaya pencegahan dampak negatif terhadap perkembangan teknologi informasi

Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
Daftar pustaka







BAB II
Pembahasan

2.1 Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat, tanpa diiringi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya. (Ahmad Y. Samantho.2004).
Peradaban Barat modern dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju (kelompok G-8) saja dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah kekuatan IPTEK, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur & Selatan.
Kemajuan Teknologi Komunikasi dan teknologi Informasi (IPTEK) di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (IPTEK) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur. Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan IPTEK yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim. Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebuntukan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju. Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemana harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi negara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya. Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Teknologi Komunikasi dan Teknologi Informasi (IPTEK) untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191). “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 ).
Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda) ke-Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasul Allah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu dan akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta –yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan–, dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah saw yang dipelajari melalui agama– , adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah swt, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
2.2 Upaya pencegahan dampak negatif perkembangan teknologi informasi.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dewasa ini tidak hanya menimbulkan dampak positif terhadap kehidupan manusia, tetapi juga banyak menuai dampak negatif yang cukup besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu, Adapun solusi yang dapat di dikembangkan dalam meminimalisir dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi adalah sebagai berikut:
1.      Penanaman nilai agama harus kembali ditinggkatkat, masyarakat harus diberikan pemahaman tentang cara menggunakan teknologi informasi dengan baik dan tidak melanggar etika dan terutama norma agama. Sehingga teknologi informasi dapat dimanfaatkan dengan semestinya.
2.      Pemerintah harus membuat suatu peraturan yang tegas terhadap setiap pelanggaran penggunaan teknologi informasi yang merugikan orang lain dan negara.
3.      Masyarakat juga harus di beri penyuluhan untuk menggunakan teknologi yang di kuasai untuk menjalin hubungan yang lebih intents dengan teman atau orang-orang yang sebelumnya telah di kenal didunia nyata. Jangan terobsesi untuk mencari teman-teman baru di Facebook, twitter , atau social media yang lain karena kecenderungan yang terjadi, mereka yang hanya anda kenal didunia maya tidak akan memberikan nilai persahabatan yang mutualisme atau saling mensupport antara satu dan yang lain didunia nyata.





Bab III
Tanggapan

3.1 Tanggapan pertama mengenai pandangan islam terhadap perkembangan teknologi informasi.
Tanggapannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan  dan teknologi didunia manusia tetap saja diliputi rasa ketidaktahuan berdasarkan rasa ,daya cipta yang dimilikinya.dalam perkembangan teknologi informasi yang luar biasa menyebabkan manusia menjadi lupa diri,individual,egois,baik terhadap diri sendiri,sesama masyarakat,alam lingkungan,bahkan terhadap sang penciptanya sendiri.karena itulah filsafat ilmu pengetahuan dihadirkan ditengah-tengah keanekaragaman IPTEK untuk meluruskan jalan dan menetapkan fungsi bagi kehidupan manusia di dunia,kemajuan teknologi informasi telah memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia dan jugasebagai sarana bagikesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-nya,Allah telah mengaruniakan anugrah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling melengkapi di dalam Agama maupun di teknologi informasi karena di dalam perkembangan teknologi dari ilmu yang dapat di tunjukkan dalam hasil nyata dan canggih dan juga dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju.
Agama dan Ilmu pengetahuan-teknologi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Namun, terlepas dari semua itu, perkembangan teknologi tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama Islam. Sebagaimana adigum yang dibangun oleh Fisikawan besar, Albert Einstin yang menyatakan: “Agama tanpa ilmu akan pincang, sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”. Demikian pula dengan ajaran Islam, yang tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, serta analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram, kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya.
3.2 Tanggapan mengenai upaya-upaya mencegah dampak negatif pandangan islam terhadap perkembangan teknologi informasi
Mencegah adalah lebih baik dari mengobati demikian kalimat sebuat pepatah yang sering kita dengar. Dalam hal ini islam kemudian memandang bahwa dampak tidak seimbang dengan manfaat. Semua orang memang perlu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya teknologi informasi, tetapi perlu diingat agar jangan sampai mengenyampingkan Al-Quran dan Hadist. kedua hal tersebut lah yang menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Cara pandang dan perilaku yang menyimpang disebabkan oleh kesalahan informasi dan penyalahagunaan informasi. Dalam Al-Quran telah dijelaskan pada surat Al-Hujurat ayat:6 diakatakan: " hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" pencegahan dalam penyimpangan akibat dampak negatif teknologi informasi”terutama pada (akses video porno) dapat dilakukan dengan cara yang islami, seperti : puasa (karena puasa belajar menahan diri dari segala hawa nafsu), dzikir, dan yang paling utama adalah dengan cara meminta dengan segala kerendahan hati kepada Allah SWT agar dijauhkan dari segala hal-halbyang bersifat negatif.
Hal penting yang dan harus diingat adalah membentengi diri sendiri untuk tidak terjerumus kedalam hal-hal negative sesuai dengan perintah Allah. Kita tahu cukup sulit untuk mengendalikan banyak orang sekalipun dengan undang-undang dan peraturan pemerintah sekalipun tetapi hal yang paling menugkin dilakukan oleh kita adalah mengendalikan diri sendiri, dengan memperkuat iman dan meperdalam ketaatan kita terhadap Allah SWT, demikian tanggapan saya.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah memahami isi dari uraian Pembahasan permasalahan yang telah disampaikan mengenai tanggapan islam terhadap perkembangan teknologi informasi dan upaya pencegahan dampak negative yang ditimbulkan maka penulis dapat mengambil kesimpulan berikut ini:
1.         Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains teknologi.
2.         Untuk menghindari efek atau dampak dari perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi, sebagai umat Islam yang bijak dan taat pada aturan ajaran agamanya, hendaknya berawal dari diri sendiri dalam menyikapi terpaan perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Pergunakanlah manfaat yang postifnya apabila dampak dari perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi itu bisa bermanfaat dalam kehidupan umat Islam. Dan Jauhilah atau buanglah manfaat negatifnya apabila dampak dari perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi informasi itu cenderung bersifat menjerumuskan kedalam kebathilan. Dikarenakan agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,  juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di zaman lampau di masa sekarang,  maupun di waktu-waktu yang kan datang. 


Daftar Pustaka


Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1998.
Effendy, Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005.
Amir, Mafri. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam.
Situs    : www.google.com