BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Untuk tumbuh, setiap makhluk hidup baik tumbuhan maupun
hewan, membutuhkan nutrisi dan kondisi yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya
tumbuhan akan selalu membutuhkan air, unsur hara dan sinar matahari untuk tetap
hidup dan berkembang.Terung termasuk jenis tanaman yang relatif
mudah termasuk tanaman yang relatif mudah untuk ditanam karena tidak tergantung
pada iklim tertentu. Dengan memperhatikan kecukupan faktor-faktor eksternal
seperti air dan mineral, kelembaban, suhu serta cahaya, Terung dapat tumbuh
dengan baik.
Pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
adalah air. Air mutlak diperlukan tumbuhan, karena di dalam hidupnya tak
mungkin tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang tanpa memerlukan air. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada seledri adalah air.
Pemberian intensitas air berbeda akan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda
pula. Berdasarkan hal tersebut peneliti pun tertarik untuk meneliti pengaruh
intensitas pemberian air terhadap pertumbuhan tanaman seledri..
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar
belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana Perbandingan Pertumbuhan tanaman seledri yang diberi intensitas air yang berbeda
?”
1.3 Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini Untuk menjelaskan adanya perbedaan
pertumbuhan pada tanaman seledri yang
diberi intensitas air yang berbeda.
1.4 Manfaat
Penelitian
Dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca sehingga:
1. Mengetahui adanya
perbedaan pertumbuhan pada tanaman seledri
yang diberi intensitas air yang berbeda.
2.
Mengetahui kebutuhan air yang baik untuk
pertumbuhan tanaman seledri.
1.5 Hipotesis
Dari latar belakang
yang telah disampaikan dan dari perumusan masalah yang telah ditentukan maka
penulis mengambil sebuah hipotesis bahwa ada pengaruh antara intensitas pemberian
air terhadap pertumbuhan tanaman seledri.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari berbagai proses fisiologi, melibatkan faktor genotipe yang berinteraksi dalam tubuh tanaman dengan faktor lingkungan. Proses tersebut yaitu pertambahan ukuran, bentuk, dan
jumlah. Ciri-ciri pertumbuhan
pada tanaman yang tampak sebagai fenotipe utamanya dipengaruhi oleh faktor genotipe, sedangkan ciri-ciri lainnya ditentukan oleh pengaruh
lingkungan sehingga pertumbuhan merupakan fungsi dari genotipe x lingkungan.
Dalam usaha pertanian, aspek pertumbuhan tanaman mengacu pada tujuan utamanya
yaitu memaksimalkan laju pertumbuhan dan hasil
panen melalui manipulasi genetik dan lingkungan.
Secara umum, pertumbuhan didefinisikan sebagai proses
pembelahan dan pemanjangan sel Pertumbuhan
tanaman dalam arti
terbatas menunjuk pada pertambahan ukuran yang tidak dapat balik, mencerminkan
pertambahan protoplasma dan bobot kering pada tanaman. Pertambahan bobot kering
umumnya digunakan sebagai penunjuk ciri pertumbuhan karena pada umumnya hal
tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang paling besar.
Adapun parameter lain di antaranya adalah tinggi, volume, dan luas daun juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya pertumbuhan ada tanaman. Adapun parameter lain yaitu bobot basah tidak banyak digunakan karena angkanyaberfluktuasi walaupun pada kepentingan tertentu, parameter ini menjadi penting daripada bobot kering (digabung dengan
faktor kualitas) terutama pada studi dan produksihortikultura.
Analisis pertumbuhan tanaman merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis
yang diukur dengan luas daun dan produksi bahan kering. Kuantitas lain dalam analisis diperoleh
melalui perhitungan. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman
dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui prosesfotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan.
Distribusi akumulasi bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagiangeneratif, dapat mencerminkan produktivitas
tanaman.
Salah satu manfaat menggunakan analisis pertumbuhan tanaman adalah
mengetahui pengaruh perlakuan dan faktor-faktor dalam budidaya tanaman terhadap kualitas pertumbuhan dan hasil tanaman. Kuantitas analisis pertumbuhan tanaman
yang diperoleh dari bobot dan luas daun tanaman yaitu Laju
Pertumbuhan Relatif (Relative Growth
Ratio), Nisbah Luas Daun (Leaf Area Ratio), Luas Daun Khas (Spesific Leaf Area), Bobot Daun Khas (Spesific Leaf Weight),Indeks
Luas Daun (Leaf Area Index), Laju Asimilasi
Bersih (Net Assimilation Rate), Laju
Pertumbuhan Tanaman (Crop Growth Rate), Laju
Pertumbuhan Relatif (Relatif Growth Rate), Lamanya Luas Daun (Leaf Area Duration), dan Lamanya Biomassa (Biomass Duration).
2.2 Klasifikasi Dan Morfologi Tanaman Seledri
Klasifikasi
tanaman seledri (Apium graveolens L.) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L. (Backer C.A, 1995)
Tanaman
seledri (Apium graveolens L.)
termasuk tanaman dikotil (biji berkeping dua) dan merupakan tanaman setahun
atau dua tahun, yang berbentuk rumput atau semak. Tanaman seledri tidak
bercabang, susunan tubuhnya terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan
buah.Akar tanaman seledri (Apium graveolens L.)
yaitu akar tunggang dan memiliki serabut akar yang menyebar kesamping dengan
radius sekitar 5-9 cm dari pangkal batang dan akar dapat menembus tanah sampai
kedalaman 30 cm, berwarna putih kotor (Haryoto, 2009 : 14).
Batang
Seledri (Apium graveolens L.)
memiliki batang tidak berkayu, memiliki bentuk bersegi, beralur, beruas, tidak
berambut, bercabang banyak, dan berwarna hijau.Daun tanaman seledri (Apium
graveolens L.) daun majemuk
menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai, anak daun bertangkai yang
panjangnya 1-2,7 cm tangkai daun berwarna hijau keputih- putihan, helaian daun
tipis dan rapat pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit, panjang
2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau muda
sampai hijau tua.
Bunga tanaman seledri (Apium graveolens L.) adalah bunga majemuk berbentuk
payung berjumlah 8-12 buah kecil-kecil berwarna putih tumbuh dipucuk tanaman
tua. Pada setiap ketiak daun dapat tumbuh sekitar 3-8 tangkai bunga, pada ujung
tangkai bunga ini membetuk bulatan. Setelah bunga dibuahi akan terbentuk bulatan
kecil hijau sebagai buah muda, setelah tua buah berubah warna menjadi coklat
muda (Haryoto, 2009:14). Buah tanaman seledri berbentuk bulatan kecil
hijau sebagai buah muda, setelah tua buah berubah warna menjadi coklat muda.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Tanaman
Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan
– Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik itu terhadap tumbuhan
maupun manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhinya berupa faktor dari dalam
(internal) maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor dalam yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah gen dan zat pengatur tumbuh.
a. Faktor Gen
Faktor penurunan sifat pada
keturunan terkandung di dalam gen. Informasi genetik pada gen mengendalikan
terbentuknya sifat penampakan secara fisik (fenotip) melalui interaksinya
dengan faktor lingkungan.
b. Zat pengatur tumbuh (hormon)
Zat pengatur tumbuh (hormon) pada
tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berupa
senyawa organik yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan
mengubah proses fisiologis tumbuhan. Pada konsentrasi tertentu hormon dapat
memacu pertumbuhan, tetapi pada konsentrasi yang tinggi dapat menekan pertum-
buhan. Macam-macam hormon sebagai berikut.
·
Auksin
Auksin mula-mula ditemukan oleh
Darwin, dengan percobaan pengaruh penyinaran terhadap koleoktil. Auksin adalah
hormone yang berperan merangsang pembelahan sel dan pengembangan sel. Hormon
auksin/IAA memiliki sifat menjauhi cahaya.
Hormon ini diproduksi pada ujung
tunas akar dan batang. Pengaruh hormon auksin dalam konsentrasi yang berbeda
pada bagian tubuh tanaman mengakibatkan terjadinya pertumbuhan yang tidak
seimbang. Bagian yang mengandung auksin lebih banyak memiliki kecepatan tumbuh
yang lebih besar.
Adapun bagian yang kekurangan akan
mengalami pertumbuhan lebih lambat. Jika ini terjadi pada pucuk batang, terjadi
pembengkokan arah pertumbuhan. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel
memperlihatkan bahwa auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan
permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada
dinding-dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plas-tisitas,
mengembangnya dinding sel.
Dilihat dari segi fisiologi, hormon
auksin berpengaruh pada:
1. Pengembangan sel
2. Fototropisme
3. Geotropisme
4. Pertumbuhan akar
5. Partenokarpi
6. Pembentukan batang.
·
Giberelin
Giberelin merupakan jenis hormon
sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang mula-mula
ditemukan oleh Kuroshawa dari Jepang. Hormon ini berpengaruh terhadap sifat
genetik, pembungaan, penyinaran, dan mobilisasi karbohidrat selama
perkecambahan. Hormon ini berperan dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas
kambium mendukung pembentukan RNA baru, dan sintesis protein.
·
Sitokinin
Sitokinin ditemukan oleh Kinetin.
Sitokinin berfungsi untuk:
1.
Merangsang
pembelahan sel
2.
Merangsang
pembentukan tunas
3.
Menghambat
efek dominasi apikal oleh auksin pada batang
4.
Mempercepat
pertumbuhan memanjang.
·
Etilen
Dalam keadaan normal, etilen akan
berbentuk gas dan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada
suatu tanaman. Hormon ini berperan pada proses pematangan buah. Hubungan etilen
dengan auksin yaitu etilen memengaruhi pembentukan protein yang diperlukan
dalam aktivitas pertumbuhan.
·
Inhibitor
Inhibitor adalah faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang dapat menghambat pertumbuhan
pada tanaman inhibitor. Sering dijumpai pada proses perkecambahan, pertumbuhan
pucuk, atau dalam dormansi. Beberapa jenis inhibitor yaitu asam absisat dan
plant growth retardant. Asam absisat terdapat pada daun, batang, akar, umbi,
tunas, buah, dan endosperm. Zat ini mempunyai fungsi berlawanan dengan auksin,
giberelin, dan sitokinin. Plant growth retardant adalah inhibitor yang
berlawanan dengan kegiatan giberelin pada perpanjangan batang.
Faktor luar yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan adalah faktor lingkungan, misalnya nutrisi, air,
cahaya, suhu, dan kelembapan.
a. Nutrisi
Nutrisi terdiri atas unsur-unsur
atau senyawa-senyawa kimia sebagai sumber energi dan sumber materi untuk
sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Nutrisi
umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion dan kation, sebagian lagi
diambil dari udara.
Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak disebut unsur makro (C, H, O, N, P, K, S, Ca, Fe, Mg).
Adapun unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsure mikro
(B, Mn, Mo, Zn, Cu, Cl). Jika salah satu kebutuhan unsur-unsur tersebut tidak
terpenuhi, akan mengakibatkan kekurangan unsur yang disebut defisiensi.
Defisiensi mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat.
b. Air
Air berperan di dalam melarutkan
unsur hara dalam proses penyerapan. Air dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut
bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan dan sebagai medium reaksi
enzimatis. Sebagai pelarut, air juga memengaruhi kadar enzim dan substrat
sehingga secara tidak langsung memengaruhi laju metabolisme. Kekurangan air
pada tanah menyebabkan terhambatnya proses osmosis. Proses osmosis akan
terhenti atau berbalik arah yang berakibat keluarnya materi-materi dari
protoplasma sel-sel tumbuhan, sehingga tanaman kering dan mati.
c. Cahaya
Cahaya mutlak diperlukan dalam
proses fotosintesis. Cahaya secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan
setiap tanaman. Pengaruh cahaya secara langsung dapat diamati dengan
membandingkan tanaman yang tumbuh dalam keadaan gelap dan terang. Pada keadaan
gelap, pertumbuhan tanaman mengalami etiolasi yang ditandai dengan pertumbuhan
yang abnormal (lebih panjang), pucat, daun tidak berkembang, dan batang tidak
kukuh. Sebaliknya, dalam keadaan terang tumbuhan lebih pendek, batang kukuh,
daun berkembang sempurna dan berwarna hijau.
Dalam
fotosintesis, cahaya berpengaruh langsung terhadap ketersediaan makanan.
Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil, sehingga
daun menjadi pucat.
d. Suhu
Suhu sebagai faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, berpengaruh terhadap fisiologi
tumbuhan, antara lain memengaruhi kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan. Suhu yang paling baik untuk
pertumbuhan disebut suhu optimum (100–38 derajat Celcius).
e.
Kelembapan
Tanah dan udara yang lembap
berpengaruh terhadap pertum-buhan. Pada keadaan lembap, banyak air yang diserap
oleh tumbuhan dan sedikit penguapan yang terjadi sehingga meng-akibatkan
pertumbuhan menjadi cepat. Akibat pemanjangan sel-sel yang cepat, tumbuhan
bertambah besar.Pada kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena
transpirasi yang kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan
beradaptasi dengan memiliki permukaan helaian daun yang lebar.
Demikian penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan, pada tumbuhan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti
adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari
metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya
kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan
desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain
yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat.
Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel,
mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari
penelitian-penelitian lain.
3.2
Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan penelitian akan memerlukan alat
dan bahan sebagai berikut ini:
1. Benih seledri
2. Tanah humus
3. 3 Gelas air kemasan
4. Air
5. Penggaris
6. Alat tulis
3.3 Prosedur Penelitian
Untuk
mempermudah proses penelitian maka penelitian akan dilaksanakan berdasarkan
prosedur berikut ini:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukan tanah humus pada setiap
gelas
3. Pemberian benihseledri pada setiap
gelas
4. Pemberian perlakuan penyiraman air
dengan intensitas berbeda selama 19 hari
5. Catat setiap perkembangan dari
setiap sampel.
3.4 WaktuPenelitian dan tempat
penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 15-29
November 2015. Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Bakti, Kecamatan Belitang
III, Kabupaten OKU Timur.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah
dijalankan sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ditetapkan, mengenai
pengaruh perlakuan perbedaan intesitas air pada penyiraman tanaman. maka
didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini:
Tabel Hasil
Penelitian
No
|
Hari penelitian
|
Pertumbuhan seledri (CM)
|
||
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
||
1
|
Hari
pertama
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Hari
Ke-1
|
2
|
2
|
1
|
3
|
Hari
Ke-2
|
5
|
4
|
3
|
4
|
Hari
Ke-3
|
8
|
7
|
5
|
5
|
Hari
Ke-4
|
10
|
9
|
7
|
6
|
Hari
Ke-5
|
12
|
11
|
9
|
7
|
Hari
Ke-6
|
15
|
14
|
11
|
8
|
Hari
Ke-7
|
18
|
15
|
13
|
Keterangan
|
hidup
|
hidup
|
hidup
|
1.
Sampel
1 = tanaman kentang dengan penyiraman 25 cc setiap hari
2.
Sampel
2 = tanaman kentang dengan penyiraman 20 cc setiap hari
3.
Sampel
3 = tanaman kentang dengan penyiraman 15 cc setiap hari
4.2 Pembahasan
Dari
tabel hasil penelitian kita dapat mengamati perkembangan setiap sampel pada
setiap harinya. Dengan mudah dapat kita ketahui jika semakin besar intesitas
air yang diberikan maka pertumbuhan tanaman seledri semakin baik dan subur.
Dari hasil ini cukup menjelaskan bahwa intesiteas air yang cukup akan memberi
pengaruh pada tingkat pertumbuhan yang baik pada tanaman. Dari berbagai sumber
berikut akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Dari berbagai sumber berikut
akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan. Air adalah
salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 % dari bobot segar
sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air (Maynard dan Orcott, 1987).
Noggle dan Frizt (1983) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu :
1.
sebagai
senyawa utama pembentuk protoplasma,
2.
sebagai
senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan
sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke
bagian sel lain,
3.
sebagai
media terjadinya reaksi-reaksi metabolik,
4.
sebagai
rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam
trikarboksilat,
5.
sebagai
penghasil hidrogen pada proses fotosintesis,
6.
menjaga
turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel,
7.
mengatur
mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan
menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu,
8.
berperan
dalam perpanjangan sel,
9.
sebagai
bahan metabolisme dan produk akhir respirasi, serta
10.
digunakan
dalam proses respirasi.
Kehilangan air pada jaringan tanaman
akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta
senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan
potensi aktivitas kimia air dalam tanaman (Mubiyanto, 1997). Peran air yang
sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak
langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses
metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman.
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya
menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode
pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati.
Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa
kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat mengimbangi kecepatan
penguapan air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup besar dan
penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan mengalmi
kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan mengalami kelayuan
tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent wilting
percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan karena
sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia.
Jadi air sangat penting bagi tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Kebutuhan air yang cukup akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman khususnya tanaman seledri. Hal ini membenarkan
hipotesis yang telah diambil bahwa air mempengaruhi pertumbuhan tanaman
seledri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
serta hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya mengenai
pengaruh intesitas pemberian air terhadap pertumbuhan tanaman seledri,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Air adalah senyawa pelarut mineral-mineral
dalam tanah untuk diproses dalam fotosistesis dan meyebarkan hasi fotosintesis
keseluruh bagian tumbuhan dan menkan didnding turgor tumbuhan untuk melakukan
perkembangan.
2.
Air sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
seledri, semakin besar jumlah intensitasair maka akan memberikan pertumnbuhan
lebih baik pada tanaman seledri.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil
maka penulis menyarankan agar:
1. Memperhatikan
dan intensitas pemberian air yang sesuai dalam proses budidaya tanaman seledri.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan
yang lebih koprehensif, agar mendapat hasil yang lebih mendetail.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1,
2008. Bahan Penyubur Tanaman.
(Online), http://pinginpintar.com/.
Anonim2,2008.Beras.(Online),http://id.wikipedia.org/wiki_beras.
Bewley,
Derek J. 1997. Seed Germination and
Dormancy. The Plant Cell, Vol. 9 1055-1066 America Society of
Plant Physiologist.
Diah,
Ayulina, dkk. 2011. BIOLOGY 3A for Senior High School Grade II Semester
1. Jakarta. Esis
Heddy,
Suwasono; Soemitro, Sutiman; Soekariomo, Sardjono. 1990. Pengantar Ekologi.
Jakarta: Rajawali.
Wilkins, M. B. 1992.
Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa, Jakarta.
Firdaus
L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Meyer,
B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant
Physiology. D Van Nostrand Company Inc., New York.
Srikini,
Suharno, dkk. 2006. BIOLOGI untuk SMA Kelas XII. Jakarta. Penerbit
Erlangga
GAMBAR
PENELITIAN
Gambar perkembangan sampel 1
Gambar perkembangan sampel 2
Gambar
perkembangan sampel 3