cari

pengaruh media tanam dengan menggunakan kotoran sapi dan kotoran kambing terhadap pertumbuhan kacang tanah Arachis hypogaea L.



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Budidaya kacang tanah efektif dilakukan pada tanah gembur dengan kandungan unsur hara kalsium (Ca), nitrogen (N), kalium (K) dan pospat (P) yang cukup. Derajat kesaman (pH) ideal bagi tumbuhan ini sekitar 5-6,3. Tanah gembur dengan struktur yang ringan sangat baik untuk perkembangan ginofor, bakal buah yang tumbuh memanjang ke dalam tanah.Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yang ditanam. Secara umum media tanam yang digunakan haruslah mempunyai sifat yang ringan, murah, mudah didapat, gembur dan subur, sehingga memungkinkan pertumbuhan bibit yang optimum.Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan perkembangan akar serta tempat tanaman mengabsorpsi unsur hara dan air. Jenis dan sifat media tanam berperan alam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara lagi tanaman dan daya mengikat air tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut adalah unsur hara esensial, unsur hara ini dibedakan atas dua kelompok yaitu unsur hara esensial makro dan esensial mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang paling banyak digunakan dan diperlukan oleh tanaman. Pada kotoran ternak terdapat unsur hara yang sangfap penting dalam pertumbuhan kacang tanah. Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda-beda. Padahal makanan inilah yang menentukan kadar hara pupuk kandang. Jika makanan yang diberikan banyak mengandung hara N, P dan K maka kotorannyapun akan kaya dengan zat tersebut. Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar hara dalam kotorannya. berikut komposisi unsur hara kotoran dari berbagai jenis ternak. Setiap ternak menghasilkan kotoran dengan kadar hara yang berbeda hal ini yang melatar belakangi peneliti untuk mengkaji lebih lanjut perbandingan pertumbuhan kacang tanah mengunakan media kotoran sapi dan kotoran kambing.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:Bagaimana perbedaan pengaruh media tanam dengan menggunakan kotoran sapi dan kotoran kambing  terhadap pertumbuhan kacang tanah Arachis hypogaea L.?

1.3  Tujuan Penelitian
       Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Menjelaskan perbedaan pengaruh media tanam dengan menggunakan kotoran sapi dan kotoran kambing  terhadap pertumbuhan kacang tanah Arachis hypogaea L.

















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan disebabkan oleh adanya pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya pembesaran sel (pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif, yaitu dapat diukur menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berlangsung sepanjang hidupnya.
Perkembangan adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa atau terspesialisasinya sel-sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu atau proses perubahan bentuk (morfogenesis). Perkembangan ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang biak. Perkembangan bersifat kualitatif, hanya bisa diukur dari perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan.Pertumbuhan dan perkembangan selalu berjalan bersamaan. Terdapat tiga jenis fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase pembelahan sel, fase pembesaran ukuran sel, dan fase deferensiasi sel.
Pertumbuhan dan perkembangan awal dari tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji untuk tumbuh menjadi individu baru, yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio terdiri dari: radikula (embrio akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio pucuk), dan hipokotil (embrio batang).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan daun. Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam tipe perkecambahan, yaitu hipogeal dan epigeal.

a.  Perkecambahan Hipogeal.
Terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon tetap berada di dalam tanah.

b.  Perkecambahan Epigeal.
Terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah. Kotiledon berada di atas tanah.
Proses germinasi di mulai ketika biji menyerap air (imbibisi). Air menyebabkan pecahnya lapisan luar biji dan mendorong hormon & enzim aktif bekerja. Enzim akan mengambil oksigen untuk metabolisme sel, sehingga berlangsung proses oksidasi makanan dalam endosperm (kotiledon) biji hasil pertumbuhan biji.
Tahap-tahap dalam germinasi:
a.  Imbibisi.
b.  Sekresi hormon giberelin dan enzim amilase.
c.  Hidrolisis cadangan makanan.
d.  Pengiriman bahan makanan dan hormon ke titik tumbuh.
e.  Asimilasi (fotosintesis).
Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi: Pertumbuhan primer dan Pertumbuhan sekunder. Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi sifat genetik yang ada di dalam gen dan hormon yang merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor dari luar meliputi nutrien, air, cahaya, suhu udara, oksigen, kelembaban, dan media tanam.





2.2 Morfologi Kacang Tanah
Berdasarkan  klasifikasi tumbuhan, tanaman kacang tanah menempati kedudukan sebagai berikut  :
Divisi                   : Magnoliophyta
Kelas                   : Magnoliopsida
Ordo                    :Fabales
Famili                  :Fabaceae
Sub family          :Faboideae
Genus                 Arachis
Spesies               : Arachis hypogaea L.

Morfologi kacang tanah adalah sebgai berikut: Sistem akar merupakan akar tunggang yang telah berkembang menjadi baik dengan banyak akar-akar lateral, tidak memiliki rambut akar, dan memiliki bintil akar untuk mengikat nitrogen. Berbentuk cabang percabangan terdiri dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katofil yang terdapat pada 2 buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertier dapat berkembang dari cabang vegetatif primer. Daun pada batang utama tersusun spirat, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun 4, dengan 2 pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang berukuran 3 – 7 cm x 2 – 3 cm, panjang tangkai daun 3 – 7 cm, terdapat bagian yang menggembung pada dasar tangkai daun pada dasar setiap daun. Hal ini merupakan ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan.
Cabang perbungaa berbentuk tunggal pada katafil dan ketiak daun pada cabang vegetatif dan ada beberapa yang tumbuh pada buku teratas pada batang. Pada setiap perbungaan terdapat 2 – 5 bunga, bunga duduk berwarna kuning muda hingga jingga kemerahan.Buah polong berbentuk silindris, berisi 1 – 6 biji buah yang siap dipanen memiliki ciri warna coklat kehitam-hitaman. Setiap biji diliputi oleh selaput biji tipis berwarna antara putih hingga merah muda, merah, ungu, coklat kemerahan dan sedikit kecoklatan. Setiap biji memiliki dua keeping biji yang lebar, epikotil dengan daun dan tunas primordial, hipokotil dan akar primer.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim4sh4VIuXdsR8DLuqlDdVfzkc0lILQ2bhdpMteMLwQQoUfRVuQiEN4WPrBfZ_7XhPbpmHpeOCGOpAk9MXkjDBMuiZQRcTjxvd2AYc4WzwOizj_PQ0lAnVsSbe1HKCtDOhS9I56XqtRMg/s320/Klasifikasi+dan+Morfologi+Kacang+Tanah.jpg
Gambar.1 Kacang tanah
2.3 Faktor – faktor yang dapat Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut menentukan apakah proses pertumbuhan dan perembangan berjalan dengan baik ataau tidak. Faktor – faktor tersebut dapat terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tumbuhan itu sendiri yang meliputi nutrisi, cahaya, oksigen, air, suhu dan musim. Fator internal adalah faktor yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri yang meliputi gen dan hormon.
a. Faktor Eksternal
1. Nutrisi
Semua mahluk hidup memerlukan nutrisi untuk dapat bertahan hidup. Nutrisi juga merupakan salah satu faaktor utama bagi makhluk hidup agar dapat tumbuh dan berkembang. Oleh makhluk hidup, nutrisi diubah menjadi energi yang diperlukan tubuh. Tumbuhan yang kekurangan nutrisi akan mengalami defisiensi nutrisi yang menyebabkan terjadinya kelainan pada pertumbuhannya


.
2. Cahaya
Cahaya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkenmbangan tumbuhan. Cahaya yang diperlukan meliputi intensitas cahaya, kualitas, dan lama waktu penyinaran (fotoperiodisme). Cahaya, khususnya sinar mataahari, diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis. Sehinggaa tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
3. Oksigen
Semua makhluk hidup memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali organisme anaerob. Kekurangan oksigen daapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan. Jika tidak ada oksigen sama sekali tumbuhan akan mati. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tumbuhan pun merupakan tanah gembur yang mengandung banyak oksigen.
4.  Air
Air juga merupakan faktor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan atau kelebihan air pada tumbuhan dapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan.
5. Suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhaan kaarena berkaitan dengan kemampuan tumbuhan dalam melakukan proses bioligisnya. Suhu yang rendah atau tinggi dapat menyebabkan enzim berfungsi untuk mengedarkan cadangaan makanan keseluruh bagian tumbuhan.
6.  Musim
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan juga terpengaruhi oleh musim. Sebagai contoh, ada tumbuhan yang berbunga atau berubah hanya pada musim tertentu. Pergantian musim dapat memengaruhi dormansi pada biji dan tunas. Musim juga memengaruhi dalam hal reproduksi, fotoperiodisme, dan pengguguran daun.


b. Faktor Internal
1. Auksin
Hormon auksin alami yang umum ditemukan pada tumbuhan adalah indolacetia Acid (IAA). Auksin diproduksi dimaristem apikal, selain itu juga ditemukan pada daun muda, bunga, dan buah. Auksin merangsang pertumbuhan melalui pemanjangan sel. Auksin yang terdapat dalam maristem apikal batang dapat menghambaat pertumbuhan tunas lateral dan menyebabkan dominasi apikal. Auksin yang diproduksi oleh biji menyebabkan pematangan buah. Selama auksin terkonsentrasi paada buah dan daun, buah dan daun tersebut tidak akan jtuh aatau gugur, auksin juga merangsang pembelahan sel pada jaringan pengangkutan sehingga menumbuhkan jaringan xilem dan fleom yang baru.
2. Giberelin
Giberelin ditemukan pada tahun 1926 oleh Ewiti Kurosawa. Giberelin merupakan hormon yaang dapat merangang pertumbuhan batang melalui pemanjangan dan pembelahan sel. Hormon tersebut bekerja bersama-sama auksin dan sitokonin. GA3 merupakan hormon alami dari giberelin. Giberelin dihasilkan oleh beberapaa organ yang berad seperti daun muda, embrio, dan akar. Giberelin juga merangsang perkecambahan dan perkembangan kecambah. Selain itu, giberelin juga memengaruhi pertumbuhan ukuran buah, merangsang perbungaan, dan merangsang pembentukan tabung polen.
3. Sitokinin
Secara umum, sitokinin berfungsi untuk merangsang pembelahan dan diferensiasi sel. Sitokinin dihasilkan didaerah akar dan ditransportasikan melalui xilem kebagian tumbuhan disebelah atas. Sitokinin mempunyai efek yang berlawanan dengan auksin. Auksin menghambat pertumbuhn tunas lateral, sebaliknya sitokinin merangsang pertumbuhan lateral.
Sitokinin juga mempunyai efek memperlambat penuaan organ ataau jaringan. Misalnya, pada daun, sitokinin memperlmbat penuaan daun dengan melakukan perombakan klorofil. Pada bunga dan buah, penuaan diperlambat oleh sitokinin dengan cara menaikkan kecepatan transpor nutrisi. Zeatin merupakan bentuk sitokinin alami nyang dapat ditemukan pada biji jagung.
4. Asam Absisat (ABA)
Asam Absisat (ABA) disebut juga stress hormone. Hormon tersebut mempunyai kerja yang berlawanan dengan hormon-hormon yang lain, yaitu mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan sel. Dengan demikian, ABA dapat menyebabkan biji dan tunas berada dalam keadaan dorman. Selain itu, ABA juga menyebabkan penutupan stomata. Hal tersebut, membantu tumbuhan dalam menghadapi kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
Selama musim dingin, ABA dapat dijumpai pada kuncup-kuncup tumbuhan. Sehingga menghambat pada kerja hormon auksin dan giberelin. Pada lingkungan dengan suhu tinggi, ABA dapat mengurangi tingkat fotosintesis dan memperlambat penuaan serta membantu dormansi biji.
5.  Gas Etilen
Salah satu fungsi gas etilen adalah merangsang pematangn buah dengan meningkatkan aktivitas enzim yang membantu melunakkan buah. Buah yang matang, selanjutnya, akan menghasilkan gas etilen sehingga jika satu buah masak diletakkan bersama buah lain yang belum masak maka buah yang masak tersebut akan merangsang pematangan buah yang belum masak.
Selain itu, gas etilen juga berfungsi untuk merangsang penebalan batang sebagai respons terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya angin yang terlalu kencang. Gas etilen juga bekerja sama dengan hormon-hormon lain untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya gas etilen dan ABA mengatur pengguguran daun, gas etilen dan auksinmerangsang pembentukan bunga, gas etilen dan giberelin mengatur perbandingan jumlah bunga jantan dan betina pada tumbuhan monoesis (berumah satu).



2.4 Pemeliharaan Tanaman
1.  Penyiangan
Rerumputan dan pertumbuhan liar yang tumbuh dibedengan tentu sangat merugikan, karena disamping mereka ikut menyerap makanan yang terkandung didalam tanah, rerumputan juga merupakan tempat hinggap dan berlindungnya hama. Maka, sebelum gulma tumbuh merajalela, sebaiknya penyiangan (rumput dicabut dan dibenamkan dalam tanah). Dilakukan setelah tanaman kacang tanah berumur 3 – 4 minggu. Setelah dicabut, rumput-rumput itu kemudian dibenamkan dalam tanah. Rerumputan yang dibenamkan akan membusuk dan sangat bermanfaat sebagai pupuk bagi tanaman.
Disamping penyiangan pada saat itu sekaligus juga dilakukan pendangiran (mengaduk, membalik-balik tanah) untuk menggemburkan tanah, sehingga kondisi tanah tetap subur, selalu terangin-angin serta selalu terkena sinar matahari langsung, dan jasad renik yang akan merugikan akan mati.
Tanah akan menjadi subur, apabila terjadi persenyawaan antara tanah dengan unsur N yang banyak terdapat diudara, kemudian berkokontaminasi langsung dengan tanah melalui pori-pori tanah yang gembur. Kemudian unsur N diikat oleh bintil-bintil akar menjadi suatu senyawa yang sangat dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan fisiknya.
2.  Pengairan
Keadaan air pada bedengan kacang tanah harus selalu dijaga agar tetap lembap dan tidak kering, sebab kacang tanah yang termasuk tanaman yang berakar dangkal selalu menghendaki tanah yang lembab. Namun demikian kandungan air dalam tanah yang terlalu jenuh pun tidak dikehendaki, sebab kondisi semacam ini justru akan merusak pertumbuhan akar. Akibatnya akar akan menjadi busuk, lama -  kelamaan tanaman akan menjadi layu dan akhirnya akan mati. Untuk mengatasi ini perlu dibuat bedengan. Bedengan ini berfungsi untuk melancarkan jalannya air, sehingga tanaman kacang tanah bisa terhindar dari genangan air.
Tanaman kacang tanah membutuhkan air sejak tanaman berumur tiga minggu. Air diperlukan untuk pembentukan bunga, pertumbuhan ginofora dan pembentukan polonng. Bila dianggap perlu pada musim kemarau kegiatan pengairan dapat dilakukan lebih frekuen, antara 6 – 8 kali. Frekuensi pengairan pada musim kemarau ini sebaiknya disesuaikan dengan banyaknya curah hujan. Kadang-kadang curah hujan itu tidak sesuai dengan musimnya. Walaupun waktu sudah menginjak musim kemarau, yakni bulan Mei atau Juni, hampir tiap 1 -2 minggu masih juga turun hujan.
Tanaman kacang tanah tidak perlu digenangi air terus-menerus, tetapi sebentar saja secukupnya, asal tanah menjadi lembab. Adapun pengairan itu dilakukan dengan cara sebagai berikut: semua pintu air yang keluar ditutup sementara, etelah air merata diseluruh lahan, segera genangan itu dibuang dengan jalan membuka kembali semua lubang yang tadi telah ditutup.
3.  Pemupukan
Khusus unntuk tanaman kacang tanah, kebangyakan para petani tidak melakukan pemupukan. Untuk memperoleh hasil yang baik mereka cukup mengatur kebutuhan air, pemeliharaan lahan dan bibit unggul. Kacang tanah dapat mengisap zat-zat makanan dari dalam tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah, sehingga dapat menguruskan tanah untuk tanaman berikutnya. Dalam beberapa hal tanaman kacang tanah itu dipupuk secara tidak langsung maupun langsung.    
Kadang-kadang petani nmenjumpai kondisi tanah lahan yang sangat padat. Apabila keadaan tanah lahan yang akan ditanami sudah terlalu padat, maka petani harus mengusahakan terciptanya kondisi tanah yang lembab, gembur dan remah.
Sebagai langkah awal, petani biasanya melakukan pemupukan dasar tersebut bisa dipakai pupuk kandang. Kompos atau pupuk hijau, pemupukan ini dilakukan dengan cara menaburkan tutup disekitar lubang atau dibenamkan 2 lubang. Banyaknya pupuk dasar yang diperlukan 14 – 15 ton/Ha. Apabila pupuk dasar ini pupuk hijau yang berasal dari tanaman kacang-kacangan, seperti ( rotolaria dan lain sebagainya, maka pupuk hijau tersebut harus dibenamkan dalam tanah. Bahan tersebut akan mudajh sekali membusuk dan mengadakan persenyawaan dengan unsur hara dalam tanah.
4. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Ada beberapa hama dan penyakit yang sangat merugikan tanaman kacang tanah. Dari hasil penyelidikan ternyata yang menjadi sasaran penyerangan adalah bagian bawah tanaman, yaitu perakaran, buah (polong) dan bagian atas yaitu daun.
Kendatipun demikian bagian batang juga tidak akan luput dari sasaran lalat penggerek batang. Tetepi jumlah hama semacam ini tidak begitu banyak dan penyebarannya pun tidak begitu luas, mereka hanya aktif pada periode waktu tertentu.
Dibandingkan dengan faktor gangguan penyakit, gangguan penyakit perlu diperhatikan lebih daripada faktor ganguan hama. Agar pemberantasan hama/penyakit ini dapat berhasil, maka perlu dipelajari masing-masing kelompok hama/penyakit yang sangat merugikan tersebut, terutama mengenai penyebarannya, cara masuknya, gejala-gejala serta persentase kerusakan yang ditimbulkan, kemudian baru dilaksanakan pemberantasannya.                      
















BAB III
Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian lain.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 November – 18 Desember 2015. Dan Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sribantolo.

3.3 Alat dan Bahan
1.  Alat–alat yang di gunakan adalah sebagai berikut:Buku,cangkul,gayung,penggaris pena
2.   Bahan yang di perlukan adalah : pupuk kotoran sapi,pupuk kotoran kambing biji kacang tanah dan tanah serta polibag





BAB IV
Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil Penelitian
Setelah menjalankan prosedur penelitian dan mencatat setiap pertumbuhan pada setiap sampel. Baik pada tanaman kacang tanah  yang ditanaman dengan media perbandingan pupuk yang berbeda, maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini:
No
Tanggal
Hari ke
Tinggi Pertumbuhan Kacang Tanah
Kotoran kambing
(sampel 1)
 Kotoran Sapi
(sampel 2)
1
8 November 2015
1
0
0
2
14 November 2015
7
5 cm
6 cm
3
21 November 2015
14
7 cm
12 cm
4
30 November 2015
23
12  cm
16  cm
Tabel Hasil Penelitian
4.2  Pembahasan
Kotoran sapi (Bahasa Jawa: Cletong) merupakan pupuk kandang limbah dari peternakan sapi yang mempunyai kandungan serat tinggi , karena terdapat Serat atau selulosa dalam kadar tinggi pada kotoran ternak ini baik dalam bentuk padat dan air kencing sapi, sumber nitrogen kalium dan pospat dalmjumlah yang cukup.
Menurut Widodo (2008:05) kotoran kambing atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan kadar rendah.

Kotoran Kambing

Kualitas bokashi dari kotoran sapi akan semakin bagus jika pencampuran kotoran kambing sebelum proses fermentasi di mulai. Peningkatan kandungan unsur hara baik makro atau mikro akan mengalami peningkatan dan lebih komplek berkat mancampur pupuk kandang dari sapi dan kotoran kambing.Seperti tabel komposisi kandungan kimiawi makro & mikro antara kotoran hewan sapi dan kambing memiliki keunggulan pada unsur makro Nitrogen (N) , Kalium (K) serta kalsium (Ca). Namun semui itu tergantung juga, dari jenis tanaman apa yang akan di pupuk menggunakan bokashi yang terbuat dari campuran kotoran sapi dan kambing. Selain kotoran Kambing padat , air kencing kambing juga sangat baik untuk dijadikan pupuk organik cair. Memang jumlah urine kambing tidaklah sebanyak air kencing sapi , namun kandungan berbagai jenis unsur hara makro dan mikro pada urin kambing lebih bagus.Pada hasil penelitian didapatkan Bahwa Pertubuhan Pada Media Yang Di pupuk dengan kotoran sapi lebih subur dari pada media yang di pupuk dengfan kotoran kambing. Dengan demikan menunjukan hasil terbaik dari hasil studi pustaka yang menyatakan kandungan unsure hara dalam kotoran kambing lebih tinggi dari pada kotoran sapi.Hal ini bisa terjadi karena dalam penelitian ini waktu penelitian tergolong singkat dengan demikian unsure hara dalam kotoran kambing yang memiliki tekstur keras belum terurai sehingga belum menampakkanpengaruh pada tanaman kacang tanah.

 

 

 

 

 

 

BAB V
PENUTUP


1.1   Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan Dapat disimpulkan dalam beberapa hal berikut ini:
1.    Bahwa pertumbuhan pada tanaman kacang tanah  yang dipupuk dengan kotoran sapi memiliki pertumbuhan yang lebih baik daripada tanaman kacang tanah yang diberi perlakuan pupuk  kotoran kambing.
2.    Jenis pupuk mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanman kacang tanah.

1.2   Saran
Dari kesimpulan yang telah diambil maka peniliti menyarankan agar :
1.    Pemilihan pupuk yang tepat akan sangat menentukan tingkat pertumbuhan pada tanaman kacang tanah.
2.    Ada penelitian yang lebih lanjut mengenai perbandingan ini sehingga mendapat hasil yang lebih baik.












DAFTAR PUSTAKA

http://leniblogs.blogspot.com/2012/12/taksonomi-kacang-tanah_13.html
http://tentangkacang.blogspot.com/2012/11/klasifikasi-kacang-tanah.html
 Pratiwi, DA. Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S. 2006. Biologi SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
W.J.S, Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta : Balai Pustaka






GAMBAR HASIL TERAKHIR PENELITIAN