BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Proses belajar padat dan kompetitif dalam
kehidupan mengelola sangat mempengaruhi emosinya. Kecerdasan memilih keputusan
atas gejolak emosi phsikologi mengelola akan sangat mempengaruhi pola hidup mengelola
tersebut. Terlebih dalam kehidupan belajar kecerdasan mengambil keputusan emosi
akan sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Untuk itu pengembangan kecerdasan
emosi adalah hal penting dalam lembaga pendidikan untuk tetap menjaga prestasi mengelola
tetap stabil.
Banyak
contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak
saja, memiliki gelar tinggi, belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan.
Seringkali justru yang berpendidikan formal lebih rendah, banyak ternyata yang
berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal
(IQ), padahal diperlukan pula bagaimana mengembangkan kecerdasan emosi seperti:
ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi.Pada sekolah unggulan
pengembangan kecerdasan emosi mengelola dijadikan pondasi pretasi mengelola.
Eratnya ikatan antara kecerdasan emosi dan prestasi mengelola disekolah
unggulan ini menarik penulis untuk menyusun karya tulis ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Dari latar belakang yang telah di uraikan maka, yang menjadi tujuan
penulisan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan Manfaat
Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Siswa
2.
Menjelaskan metode
Pengembangan
Kecerdasan Emosional Memenuhi
tugas sekolah dalam pembelajaran mengenai sekolah unggulan sebagai pengganti
studi banding.
1.3 mANFAAT pENULISAN
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah
diambil maka penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.
Pembaca
memahami faktor yang mempengaruh nilai moral pelajar.
2.
Pembaca
dapat memahami mekanisme Pengembangan Nilai Moral dan Agama Sebagai
Metode Membagun sekolah Unggul.
3.
Penulis
dapat belajar mengenai sekolah unggulan.
Bab ii
isi
2.1 lKITASAN tEORI
2.1.1 Definisi
Kecerdasan Emosi
Menurut Devies dan rekan-rekannya, bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri dan orang lain,
dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir serta
perilaku seseorang. Adapun Eko Maulana Ali Suroso (2004:127) mengatakan, bahwa kecerdasan emosional adalah sebagai serangkaian kecakapan untuk memahami
bahwa pengendalian emosi dapat
melapangkan jalan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Kecerdasan emosi merupakan kapasitas manusiawi yang
dimiliki oleh seseorang dan sangat berguna untuk menghadapi, memperkuat diri,
atau mengubah kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang
wajar untuk diatasi.
Kecerdasan emosional mencakup
pengendalian diri, semangat dan ketekunan, kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri, dan empati pada perasaan orang lain. Orang yang cerdas emosinya, akan menampakkan kematangan
dalam pribadinya serta kondisi emosionalnya
dalam keadaan terkontrol. Kecerdasan
emosional merupakan daya dorong
yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi, dan mengaktifkan
aspirasi nilai-nilai kita yang paling dalam “inner beauty”, mengubahnya dari
apa yang dipikirkan menjadi apa yang kita jalani.
Jadi, kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan kemampuan sosial untuk
menghadapi seluruh aspek kehidupan manusia. Kemampuan emosional meliputi, sadar akan
kemampuan emosi diri sendiri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan
memotivasi diri, kemampuan menyatakan perasaan orang lain, dan pkitai menjalin
hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini, merupakan kemampuan yang unik yang
terdapat di dalam diri seseorang, karenanya hal ini merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam kemampuan psikologi seseorang. Dan apabila kemampuan untuk
memahami dan mengendalikan emosi
mengelola dalam belajar sudah baik, maka hal itu akan menumbuhkan semangat,
motivasi, dan minat untuk belajar pada diri mengelola.
2.1.2 Kompetensi
Kecerdasan Emosional
Dalam menelaah kompetensi seseorang yang didasarkan pada
tingkat kecerdasan emosional, maka dapat dikelompokkan ke
dalam empat dimensi, yaitu:
1. Kesadaran diri sendiri
Kemampuan seseorang sangat tergantung kepada
kesadaran dirinya sendiri, juga sangat tergantung kepada pengendalian emosionalnya. Apabila seseorang dapat
mengendalikan emosinya dengan
sebaik-baiknya, memanfaatkan mekanisme berpikir yang tersistem dan kontruksi
dalam otaknya, maka orang tersebut akan mampu mengendalikan emosinya sendiri dan menilai kapasitas
dirinya sendiri. Orang dengan kesadaran diri yang tinggi, akan memahami betul
tentang impian, tujuan, dan nilai yang melkitasi perilaku hidupnya.
Apabila seseorang telah mengetahui akan
dirinya sendiri, maka akan muncul pada dirinya kesadaran akan emosinya sendiri, penilaian terhadap
dirinya secara akurat, dan percaya akan dirinya sendiri.
2. Pengelolaan diri sendiri
Seseorang, sebelum mengetahui atau menguasai
orang lain, ia harus terlebih dahulu mampu memimpin atau menguasai dirinya
sendiri. Orang tersebut harus tahu tingkat emosional, keunggulan, dan kelemahan dirinya sendiri. Apabila
tingkat emosional tidak
disadari, maka orang tersebut akan selalu bertindak mengikuti dinamika emosinya. Manakala kebetulan resonansi
yang dipancarkan dari amygdale-nya, maka gelombang positif yang dapat ditangkap
oleh orang lain secara efektif, dan komunikasi pun dapat berjalan dengan baik.
Tetapi manakala yang terpancar dari amygdale-nya disonansi, maka yang dapat
ditangkap oleh orang lain hanyalah kemarahan dan emosional yang tak terkendali, akhirnya komunikasi tidak berjalan
dengan baik.
Untuk menciptakan tingkat kompetensi
pengelolaan diri sendiri yang tinggi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu pengontrolan terhadap diri sendiri, transparansi, penyesuaian diri,
pencapaian prestasi, inisiatif, dan optimistis.
3. Kesadaran sosial
Sebagai makhluk sosial, kita harus dan selalu
berhubungan dan bergesekan dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat, karena kita tidak akan dapat hidup sendiri tanpa
orang lain.
Oleh karena itu, semua orang harus memiliki
kesadaran sosial, dan apabila seseorang telah mempunyai kesadaran sosial, maka
dalam dirinya akan muncul empati, kesadaran, dan pelayanan.
Apabila seseorang telah memiliki kemampuan
yang tinggi untuk mengendalikan secara efektif emosionalnya, mengelola dirinya sendiri, dan memiliki kesadaran
sosial yang tinggi, maka perlu satu langkah lagi, yaitu bagaimana mengelola
hubungan sosial yang telah berhasil dibangun agar dapat bertahan bahkan
berkembang lebih baik lagi. Hal ini, yang disebut sebagai manajemen hubungan
sosial. Jadi, manajemen hubungan sosial merupakan muara dari derajat kompetensi
emosional dan intelegensi.
Dalam rangka mengelola hubungan sosial
tersebut, seseorang harus memiliki kemampuan sebagai inspirator, mempengaruhi
orang lain, membangun kapasitas, katalisator perubahan, kemampuan mengelola
konflik, dan mendorong kerjasama yang baik dengan orang lain atau masyarakat.
Menurut Goleman terdapat dua faktor
yang mempengaruhi kecerdasan
emosional, yaitu: Faktor internal, yakni faktor yang timbul dari dalam
diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang. Otak
emosional dipengaruhi oleh amygdala, neokorteks, sistem limbik, lobus
prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional, dan Faktor Eksternal
yakni faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau mengubah
sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara
kelompok, antara individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat
bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak
maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu: faktor
psikologis, faktor pelatihan emosi dan faktor pendidikan
1) Faktor
psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu. Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola,
mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar
termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2007) kecerdasan
emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi
emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak
besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls.
Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa.
Puasa tidak hanya mengendalikan dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu
mengendalikan kekuasaan impuls emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu
puasa sunah Senin Kamis.
2) Faktor
pelatihan emosi
Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan
kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang
berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang
pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul
begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan,
keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan
begitu saja sehingga mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan
hati yang terbentuk melalui puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara
hati yang jernih sebagai lkitasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.
3) Faktor
pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk
mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai
bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak
hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan
akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran
agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang
berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan
emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki
kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan,
keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi
kecerdasan emosi
Kecerdasan emosional (EQ) lebih berfokus pada membangun
hubungan harmonis dan selaras antar manusia secara horizontal sehingga
kecerdasan intelegensi pasti bermanfaat. Kecerdasan emosional dapat ditunjukkan
melalui kemampuan seseoarang untuk menyadari apa yang dia dan orang lain
rasakan. Sehingga itu, peserta didik memiliki tingkat kecerdasan emosional yang
lebih baik cenderung dapat lebih terampil
dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih
terampil dalam memusatkan perhatian, lebih cakap dalam memahami orang lain dan
untuk kerja akademis di sekolah menjadi lebih baik.
Keterampilan
dasar kecerdasan emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi
membutuhkan proses dalam mempelajarinya, dan lingkungan yang membentuk
kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Dan ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran,
yakni: 1). Menyediakan lingkungan yang kondusif; 2). Menciptakan iklim pembelajaran yang
demokratis; 3). Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang
dirasakan peserta didik; 4). Membantu peserta didik menemukan solusi dalam
setiap masalah yang dihadapinya; 5). Melibatkan peserta didik secara optimal
dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial, maupun emosional; 6). Merespon
setiap perilaku peserta didik secara positif, dan menghindari respon
negatif; 7). Menjadi teladan dalam
menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran; dan 8). Memberi kebebasan berfikir
kreatif serta partisipasi secara aktif.
Semua
hal tersebut memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi
kecerdasannya secara optimal. Dari proses belajar mengajar di sekolah sering
ditemukan peserta didik yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara
dengan kemampuan intelegensinya. Ada peserta didik yang mempunyai kemampuan
intelegensi tinggi, tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Dan
ada pula peserta didik yang meski kemampuan
intelegensinya relatif rendah, namun dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan keberhasilan.
Menurut
Goleman (2000:44) kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi
kesuksesan sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, di
antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,
mengatur suasana hati (mood), berempati, serta kemampuan bekerja sama.
E.Mulyasa
(2006:162) menyatakan, kecerdasan emosional dapat menjadikan peserta didik
memiliki sikap: 1). Jujur, disiplin, dan tulus pada diri sendiri, membangun
kekuatan dan kesadaran diri,
mendengarkan suara hati, hormat dan tanggung jawab; 2). Memantapkan diri, maju
terus, ulet, dan membangun inspirasi secara berkesinambungan; 3) Membangun
watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi, dan mengintegrasi tujuan belajar ke
dalam tujuan hidupnya; 4). Memanfaatkan peluang dan menciptakan masa depan yang
lebih cerah.
Sehingga dari sini, kecerdasan emosional (EQ)
bukan merupakan lawan kecerdasan intelegensi (IQ), namun keduanya berinteraksi
secara dinamis. Sebab, pada kenyataannya perlu diakui, bahwa kecerdasan
emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 Manfaat
Kecerdasan Emosi Bagi Prestasi Siswa Sekolah Unggulan
Perasaan marah, takut, senang, sedih, benci,
cinta, antusias, bosan dan sebagainya adalah salah satu bentuk ekspresi dari
emosi. Setiap orang pasti pernah mengalami emosi, namun cara mengatasi emosi
pada setiap orang pastilah berbeda-beda. Berbicara tentang emosi erat kaitannya
dengan kecerdasan emosional (EQ).
Kecerdasan emosional (EQ) adalah suatu
kemampuan seseorang dalam mengenali, mengelola dan mengendalikan emosinya. Bagi
orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi, emosi yang dirasakannya
justru bisa dijadikan motivasi untuk mencapai kesuksesan hidup. Banyak ahli
yang percaya bahwa kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi akan memberikan
manfaat yang besar bagi kehidupan seseorang, seperti peningkatan kualitas hidup
sehingga bisa merasakan kesuksesan dan kesejahteraan dalam hidup. Selain itu
kecerdasan emosional (EQ) juga memiliki banyak manfaat yang lain dalam hidup.
Berikut adalah manfaat kecerdasan emosional (EQ)
1. Menghadapi stres
Stres adalah tekanan yang timbul dari beban
hidup yang bisa dialami oleh siapa saja. Manfaat memiliki kecerdasan emosional
(EQ) yang tinggi antara lain mampu mengatasi stres, menghadapi tekanan stres,
dan mampu menahan emosi sehingga tidak akan terlarut dalam stres. Terlebih bagi
pelajar berbagai jenis pelajaran dengan berbagai macam tugas, hafalan dan
materi pelajaran tentu menjadi tekanan emosi yang berat. Menghadi segala bentuk
tekanan stress belajar siswa harus dibekali kecerdasan emosi yang baik sehingga
mampu mengelola stress menjadi kesempatan untuk berprestasi.
2. Kontrol impuls (menahan diri)
Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang kedua
adalah mampu melakukan kontrol impuls atau manahan diri. Mampu menunda
kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kemampuan mengontrol
impuls menahan diri ibarat suatu seni kesabaran dan rasa sakit atau kesulitan
yang ditukar hari ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa depan.
3. Mengelola suasana hati
Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang ketiga
adalah mampu mengelola suasana hati. Mengelola suasana hati adalah kemampuan
emosional yang meliputi kemampuan untuk tetap tenang dalam suasana apapun,
mampu menghilangkan kecemasan yang timbul, mengatasi kesedihan, dan mampu
mengatasi suasana yang menjengkelkan. Kita tahu suasana hati atau lebih popular
dengan istilah mute sangat
mempengaruhi segala tindakan dan pemikiran pengembangan kecerdasan emosi akan
membantu siswa untuk mengontrol suasana hati sehingga motivasi belajarnya tetap
stabil.
4. Motivasi diri
Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang
keempat adalah mampu memotivasi diri. Orang yang mampu memotivasi diri akan
cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun. Ada begitu banyak cara
untuk memotivasi diri sendiri, antara lain dengan banyak membaca buku atau
artikel positif, tetap fokus pada impian Anda, mengevaluasi diri dan terus
melakukan introspeksi diri.
5. Memiliki keterampilan sosial
Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang
selanjutnya adalah memiliki keterampilan sosial. Orang yang memiliki kecerdasan
emosional (EQ) yang tinggi mampu menjalin hubungan dengan siapapun. Seseorang
yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) mudah untuk bergaul, menjadi pribadi
yang menyenangkan dan toleransi terhadap orang lain. Keterampilan sosial dapat
dipergunakan untuk bekerjasama ketika belajar dan menhadapi kompetisi antar
sekolah sehingga bisa meperoleh apresiasi maksimal.
6.
Mampu memahami orang lain
Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang terakhir adalah
mampu memahami orang lain. Memahami dan menghormati orang lain adalah landasan
dari kecerdasan emosional (EQ). Ini disebut sebagai empati. Keuntungan memahami
orang lain adalah memiliki kesempatan untuk menjalin komunikasi dan hubungan
yang lebih baik dengan orang lain.
Salah satu aspek penting dari kecerdasan
emosional (EQ) adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan, mengevaluasi
emosi dalam diri sendiri dan orang lain. Misalnya kecerdasan emosional (EQ)
pada diri sendiri dapat membantu Anda mengatur dan mengelola emosi Anda,
sementara memahami emosi orang lain dapat memunculkan sifat empati terhadap
situasi dan kondisi orang lain sehingga mampu menciptakan keberhasilan hubungan
Anda dengan orang lain, baik hubungan probadi maupun profesional
2.2.2
Metode Pengembangan Kecerdasan Emosional
Untuk meningkatkan
kecerdasan emosional dibutuhkan kiat-kiat agar mempermudah dan memaksimalkan
peningkatan tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1.
Mengenali emosi diri
Keterampilan
ini meliputi kemampuan kita untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya kita
rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Kita harus
dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa
contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa
bersalah, kesepian.
2.
Melepaskan emosi negatif
Keterampilan
ini berkaitan dengan kemampuan kita untuk memahami dampak dari emosi negatif
terhadap diri kita. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun
memenuhi target pekerjaan yang membuat Kita mudah marah ataupun frustasi
seringkali justru merusak hubungan Kita dengan bawahan maupun atasan serta
dapat menyebabkan stres. Jadi, selama kita dikendalikan oleh emosi negatif Kita
justru kita tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri kita. Solusinya,
lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar
sehingga kita maupun orang-orang di sekitar Kita tidak menerima dampak negatif
dari emosi negatif yang muncul.
3.
Mengelola emosi diri sendiri
Kita
jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi
adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi
penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari
kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi
dapat membantu Kita mencapai kesuksesan.
Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri,
yaitu:
·
Pertama adalah menghargai emosi dan menyadari
dukungannya kepada Kita.
·
Kedua berusaha mengetahui pesan yang
disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini
sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk
menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri
yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang
mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
4.
Memotivasi diri sendiri
Menata
emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting
dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional--menahan
diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati--adalah lkitasan
keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan
terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki
ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun
yang mereka kerjakan.
5.
Mengenali emosi orang lain
Mengenali
emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang
lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha
mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar
dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
6.
Mengelola emosi orang lain
Jika
ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar
pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam
membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua
hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi
antar manusia.
7.
Ketrampilan mengelola emosi orang lain
Merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita
dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi
yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi
atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin
tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
8.
Memotivasi orang lain
Ketrampilan
memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan
mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan
kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan
membangun kerja sama tim yang tangguh dan kital.
Jadi, sesungguhnya delapan ketrampilan ini merupakan langkah-langkah
yang berurutan. Kita tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Kita tidak dapat
mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah Kita memiliki kemampuan
dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain.
Menyadari
besarnya pengaruh kecaerdasan emosi guru perlu mengembangkan kecerdasan dan
kreativitas siswanya, maka sebagai guru kita dianjurkan untuk meluangkan waktu
secara teratur bagi siswa-siswi kita untuk mengembangkan kemampuan bahasa
misalnya, biasakan agar guru rajin menjalin percakapan atau komunikasi kepada
peserta didik, siapa pun dia tanpa memkitang suku,jenis kelamin ,dll..
Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, mereka bisa diajak menjelajahi
dunianya dengan cara melakukan eksperimen. Kaitkan semua kegiatan diatas
sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh siswa. Ini
adalah hal-hal yang merangsang pengembangan kecerdasan siswa
Sehubungan dengan emosi remaja yang cenderung
benyak melamun dan sulit diterka maka, satu-satunya hal yang dapat guru lakukan
adalah memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh dengan rasa tenggung
jawab. Guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan
mencapai keberhasilan dalam perkerjaan atau tugas-tugas sekolah, sehingga
mereka menjadi lebih mudah ditangani, salah satu cara yang mendasar adalah
dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Untuk menunjukan
kematangannya, remaja terutama laki-laki sering terdorong untuk menentang
otoritas orang dewasa, seseorang guru SMP atau SMA akan dianggap dalam posisi
otoritas. Sehingga merupakan target dari pemberontakan mereka.
Cara yang paling cepat untuk menghadapi
pemberontakan para remaja adalah:
1) Mencoba untuk mengerti mereka
2) Melakukan
segala sesuatu untuk membantu mereka agar berprestasi dalam bidang ilmu yang
diajarkan. Jika para guru menyadari untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan tersebut pada diri siswa walaupun dalam cara-cara
yang amat terbatas, pemberontakan dan sikap permusuhan siswa di kelas akan
dapat dikurangi. Seorang siswa yang merasa bingung terhadap kondisi tersebut
mungkin merasa perlu menceritakan penderitaannya, termasuk rahasia-rahasia
pribadinya kepada orang lain. Oleh karena itu, seseorang guru pembimbing
hendaknya tampil berfungsi dan bersikap seperti pendengar yang simpatik.
Apabila terjadi ledakan-ledakan kemarahan
sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan
tindakan lemah lembut dan bijaksana, mengubah pokok pembicaraan, dan memulai
aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda , guru dapat meminta
bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan.
Norman Rosenthal, MD,
bukunya yang berjudul “The Emotional Revolution”, menjelaskan cara untuk
meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu
1)
Coba
rasakan dan pahami perasaan kita. Jika perasaan tidak nyaman, kita mungkin
ingin menghindari karena mengganggu. Duduklah, setidaknya dua kali sehari dan
bertanya, “Bagaimana perasaan saya?” mungkin memerlukan waktu sedikit untuk
merasakannya. Tempatkan diri Kita di ruang yang nyaman dan terhindar dari gangguan
luar.
2)
Jangan
menilai atau mengubah perasaan Kita terlalu cepat. Cobalah untuk tidak
mengabaikan perasaan Kita sebelum Kita memiliki kesempatan untuk memikirkannya.
Emosi yang sehat sering naik dan turun dalam sebuah gelombang, meningkat hingga
memuncak, dan menurun secara alami. Tujuannya adalah jangan memotong gelombang
perasaan Kita sebelum sampai puncak.
3)
Lihat
bila Kita menemukan hubungan antara perasaan Kita saat ini dengan perasaan yang
sama di masa lalu. Ketika perasaan yang sulit muncul, tanyakan pada diri
sendiri, “Kapan aku merasakan perasaan ini sebelumnya?” Melakukan cari ini
dapat membantu Kita untuk menyadari bila emosi saat ini adalah cerminan dari
situasi saat ini, atau kejadian di masa lalu Kita.
4)
Hubungkan
perasaan Kita dengan pikiran Kita. Ketika Kita merasa ada sesuatu yang
menyerang dengan luar biasa, coba untuk selalu bertanya, “Apa yang saya
pikirkan tentang itu?” Sering kali, salah satu dari perasaan kita akan
bertentangan dengan pikiran. Itu normal. Mendengarkan perasaan Kita adalah
seperti mendengarkan semua saksi dalam kasus persidangan. Hanya dengan mengakui
semua bukti, Kita akan dapat mencapai keputusan terbaik.
5)
Dengarkan
tubuh Kita. Pusing di kepala saat bekerja mungkin merupakan petunjuk bahwa
pekerjaan Kita adalah sumber stres. Sebuah detak jantung yang cepat ketika Kita
akan menemui seorang gadis dan mengajaknya berkencan, mungkin merupakan
petunjuk bahwa ini akan menjadi “sebuah hal yang nyata.” Dengarkan tubuh Kita
dengan sensasi dan perasaan, bahwa sinyal mereka memungkinkan Kita untuk
mendapatkan kekuatan nalar.
6)
Jika
Kita tidak tahu bagaimana perasaan Kita, mintalah bantuan orang lain. Banyak
orang jarang menyadari bahwa orang lain dapat menilai bagaimana perasaan kita.
Mintalah seseorang yang kenal dengan Kita (dan yang Kita percaya) bagaimana
mereka melihat perasaan Kita. Kita akan menemukan jawaban yang mengejutkan,
baik dan mencerahkan.
7)
Masuk
ke alam bawah sadar Kita. Bagaimana Kita lebih menyadari perasaan bawah sadar
Kita? Coba asosiasi bebas. Dalam keadaan santai, biarkan pikiran Kita
berkeliaran dengan bebas. Kita juga bisa melakukan analisis mimpi. Jauhkan
notebook dan pena di sisi tempat tidur Kita dan mulai menuliskan impian Kita
segera setelah Kita bangun. Berikan perhatian khusus pada mimpi yang terjadi berulang-ulang
atau mimpi yang melibatkan kuatnya beban emosi.
8)
Tanyakan
pada diri Kita: Apa yang saya rasakan saat ini. Mulailah dengan menilai
besarnya kesejahteraan yang kita rasakan pada skala 0 dan 100 dan menuliskannya
dalam buku harian. Jika perasaan Kita terlihat ekstrim pada suatu hari,
luangkan waktu satu atau dua menit untuk memikirkan hubungan antara pikiran
dengan perasaan Kita.
9)
Tulislah
pikiran dan perasaan Kita ketika sedang menurun. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa dengan menuliskan pikiran dan perasaan dapat sangat membantu mengenal
emosi Kita. Sebuah latihan sederhana seperti ini dapat dilakukan beberapa jam
per minggu.
10)
Tahu
kapan waktu untuk kembali melihat keluar. Ada saatnya untuk berhenti melihat ke
dalam diri Kita dan mengalihkan fokus Kita ke luar. Kecerdasan emosional tidak
hanya melibatkan kemampuan untuk melihat ke dalam, tetapi juga untuk hadir di
dunia sekitar Kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. dimensi-dimensi
kecerdasan emosional (diakses dari http://www.psychologymania.com pada
tanggal 17 Oktober 2016).
Anonim.2012. makalah
psikologi (diakses dari http://beranimimpilatansa.blogspot.com pada tanggal 17 Oktober 2016).
Cary
Cherniss, Emotional Intelligence: What It is and Why It Matters,
(paper),2000,
http://www.eicosortium.org/research/what_is_emotional_intelligence.htm.
(Diakses pada 17 Oktober 2016).
Ginanjar, Ary Agustian.2008. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual. Jakarta:
Arga.
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan.
Jakarta : PT Grasindo.
Sunarto, H dan B.Agung Hartono. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.
Winarti, Septi.2012. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecerdasan Emosi (diakses dari http://www.blogger.com pada tanggal 17 Oktober 2016).