cari

Pengaruh Turunnya Harga Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan Pokok Masyarakat Desa Nusa Bakti



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah penghasil karet dunia terbesar kedua yang memiliki luas area 3,5 juta hektare dengan 85 persen merupakan perkebunan karet rakyat. Krisis ekonomi dunia yang melanda eropa tampaknya telah membuat banyak Negara maju di eropa harus mengencangkan ikat pinggang dalam penggunaan anggaran financial agar tidak ikut terjatuh seperti yunani. Masyarakat eropa pun mulai berhemat dalam mengatur kebutuhan hidup. Hal ini tentu membawa dampak pada negara-negara di asia yang  menjalin kerja sama ekonomi dengan Negara eropa begitu juga Indonesia. Salah satu komoditi andalan Indonesia yang menjadi produk unggulan masyarakat adalah getah karet alam. Perkebunan karet tersebar dari sumatera Kalimantan sebagian jawa dan Sulawesi. Pada periode tahun 2004 – 2012 harga karet alam tergolong sangat baik dan sangat menjanjikan, hingga banyak jenis perkebunan lain diongkar untuk alih pakai menjadi perkebunan karet. Namun seketika harga karet alam turun sampai ke harga terburuk pada tahun 2015 yang berbanding terbalik dengan harga kebutuhan pokok dan kebutuhan hidup yang lain.
Desa Nusa Bakti berada diwilayah admistrasi kecamatan Belitang III Kabupaten OKU timur Provinsi Sumatera Selatan. Desa yang memiliki populasi dua ribu lebih warga dewasa dan ditafsir populasi remaja dan anak-anak mencapai lima ribu individu. Merupakan desa dengan homo produk berupa getah karet alam dari perkebunan karet masyarakat. Sekitar 90% penduduk desa Nusa Bakti bergantung pada hasil jual getah karet alam. Karena itu harga jual getah karet alam sangat mempengaruhi pemnuhan hidup mereka. Menurunya harga jual tentu mempengaruhi daya beli akan kebutuhan pokok masyarakat berupa: bahan bakar miyak dan gas, komoditi pangan seperti beras, bumbu dapur, minyak goring dan sayur. Tentu keadaan turunnya harga getah karet alam ini akan sangat mempengaruhi kemampuan atau daya beli akan kebutuhan pokok bagi masyarakat desa nusa bakti tetapi sejauh apakan pengaruh tersebut adalah hal yang akan diteliti lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana Pengaruh Turunnya Harga Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan Pokok Masyarakat Desa Nusa Bakti?
2.    Bagaimana Solusi Yang dilakukan Masyarakat Desa Nusa Bakti Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok ?

1.3 Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.    Menjelaskan Pengaruh Turunnya Harga Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan Pokok Masyarakat Desa Nusa Bakti.
2.    Menjelaskan Solusi Yang dilakukan Masyrakat Desa Nusa Bakti Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok.

1.4  Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang ditentukan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh turunnya harga karet terhadap daya beli kebutuhan pokok pada masyarakat Desa Nusa Bakti.
1.5   Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat agar :
1.    pembaca dapat memahami Pengaruh Turunnya Harga Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan Pokok Masyarakat Kp 02. Desa Nusa Bakti.
2.     Pembaca dapat memahami  Solusi Yang mungkin bisa dilakukan Masyarakat Kp 02 Desa Nusa Bakti Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok.
1.6   Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode angket, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket merupakan sebuah pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.
a. Alat dan Bahan
1.    Angket
2.    Alat tulis

b. Prosedur Penelitian
1.    Menyiapkan alat dan bahan
2.    Membagikan angket pada responden
3.    Pengumpulan data
4.    Analisis hasil
5.    Pelaporan hasil penelitian

1.7  Waktu Penelitian dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 15-29 November 2015. Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Bakti Kp 02, Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur. Penelitian ini akan dijadwalkan sebagai berikut.
No
Kegiatan
Tanggal
1
Pembelian alat dan bahan              
14 November 2015
2
Pelaksanaan penelitian
14 - 2  Desember 2015
3
Penulisan laporan penelitian
3  Desember 2015
4
Pengesahan hasil penelitian
5 Desember 2015



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1  Definisi Harga dan Faktor yang Mempengaruhinya
Harga adalah sejumlah uang untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Berarti harga merupakan alat ukur untuk mendapatkan suatu barang ditambah beberapa komponen barang. Orang sering beranggapan bahwa harga yang tinggi biasanya kualitas barangnya baik. Sebenarnya pendapat ini mungkin bagi barang-barang yang heterogin tetapi tidak bagi barang-barang yang homogen. Namun pada kenyatannya harga yang dikehendaki dan diinginkan konsumen adalah harga yang sesuai dengan daya belinya dan sesuai dengan kualitasnya.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan harga Menetapkan harga tidak semudah seperti kita bayangkan, setiap faktor harus dipertimbangkan agar harga betul-betul sesuai baik dari segi pelaku bisnis (produsen), maupun pengguna produk (konsumen).Bagi pelaku bisnis, jelas harga diupayakan setinngi mungkin dengan harapan dapat memperoleh keuntungan yang besar. Konsumen berpendapat lain, ia selalu berharap harga serendah mungkin dengan harapan uang yang dimiliknya dapat dibelanjakan dalam jumlah yang lebih banyak. Pelaku harus dapat mempertemukan dua kepentingan, agar memenangkan persaingan, karena persaingan pasti melakukan hal serupa. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan harga ada dua, yaitu :
a.     Faktor pertimbangan subyektif;
Faktor pertimbangan subyektif adalah factor pertimbangan penetapan harga didasarkan pertimbangan diri penjual dan hanya berlaku untuk produk, waktu, dan kuantitas tertentu.factor subyektif tidak dapat dijadikan dalam penetapan harga secara umum karena hanya berlaku dalamkondisi tertentu.
Factor ini banyak digunakan dalam penetapan harga barang seni dan sejarah. Gitar yang pernah digunakan oleh Elvis Presley pada masa jayanya, dapat berharga puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan kali dari harga gitar dengan bentuk, merk, dan kualitas sejenis. Terjadinya harga itu dikarenakan pertimbangan subyektif penjual yang menyatakan barang-barang tersebut memiliki nilai sejarah tinggi.
b.     Faktor pertimbangan obyektif
Faktor pertimbangan obyektif adalah factor pertimbangan harga yang dilakukan dengan memperhitungkan semua pertimbangkan secara umum dan berlaku untuk segala jenis produk

2.2. Definisi Daya Beli
Definisi daya beli menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kemampuan membayar barang atau jasa yang dengan definisi lebih luas menjadi menjadi Kemampuan seseorang, keluarga atau masyarakat untuk memperoleh suatu barang/jasa guna memenuhi kebutuhan hidup (glosarium).
Daya beli dipengaruhi banyak hal yang komplek, kebutuhan pokok adalah menjadi prioritas hidup jika suatu masyarakat dalam pemenuhan akan kebutuhan pokok mereka mengalami kesulitan maka bias dikatakan daya beli masyarakat lemah dan begitu juga sebaliknya. Dalam hal pemasaran daya beli masyarakat bisa di jadikan acuan dalam penentuan jenis produk, tingkat harga, dan target pasar.

2.3. Definisi Kebutuhan Pokok
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan manusia yang terus meningkat menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin meningkat. Kebutuhan pokok manusia adalah sandang, pangan dan papan.
Pangan adalah kebutuhan yang paling utama bagi manusia. Pangan dibutuhkan manusia secara kuantitatif maupun secara kualitatif.  Usaha mencukupi kebutuhan pangan di negara-negara berkembang dilakukan secara tradisional atau dengan cara memperluas lahan pertanian yang disebut ekstentifikasi, sedangkan di negara maju, sistem pertanian telah dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu cara mengolah pertanian dengan lebih baik dan moderen. Hal itu menyebabkan produksi pertanian negara maju lebih banyak dibanding negara berkembang. Di berbagai masyarakat, bahan makanan pokok memegang peranan utama dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Contohnya orang di Sumatera dan Jawa sebagian besar mengonsumsi nasi sedangkan masyarakat Maluku dan Papua mengonsumsi sagu.
Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai mahluk berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun menjadi bahan pakaian. Pakaian berfungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin. Lama kelamaan fungsi pakaian berubah, yakni untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian kerja, pakaian rumah, untuk tidur dan sebagainya.
Papan adalah kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Pada awalnya fungsi rumah hanya untuk bertahan diri. Namun lama kelamaan berubah menjadi tempat tinggal keluarga. Karena itu kebutuhan akan memperindah rumah semakin ditingkatkan. Hal lain yang boleh dikatakan kebutuhan pokok adalah pendidikan, yaitu suatu proses pembelajaran individu untuk menjadi lebih baik.
2.4 Macam-Macam Kebutuhan Pokok
Beragamnya kebutuhan manusia dapat di klasifikasikan menurut tolak ukur tertentu. Oleh karnanya kebutuhan terbagi atas beberapa kelompok antara lain sebagai berikut.
A.   Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Intensitas Kegunaan
·         Kebutuhan Primer : Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama untuk dipenuhi yakni makanan, pakaian dan perumahan.  Contohnya : Baju , Makanan, tempat tinggal atau rumah. 
·         Kebutuhan Sekunder : Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan setelah kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan agar kehidupan manusia dapat berjalan baik. Contohnya :peralatan rumah tangga seperti tempat tidur, meja, kursi, radio, buku alat tulis dan komputer serta masih banyak lagi 
·         Kebutuhan Tersier: Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang bertuju kepada kebutuhan mewah. Kebutuhan dapat terjadi jika kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder terpenuhi. Contohnya : Mobil ferrari, berwisata ke luar negeri, kapal pesiar, apartemen, pesawat pribadi, pulau pribadi, helikopter pribadi. 
B.   Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Sifatnya 
·         Kebutuhan Jasmani : Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang diperlukan manusia dalam memelihara raga/fisik. Contohnya :Istirahat, olahraga, makanan, minuman, dan pakaian.
·         Kebutuhan Rohani : Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang diperlukan dalam pemenuhan jiwa atau batin. Contohnya : beribadah, hiburan, kesenian, rekreasi, dan membaca buku, serta berkumpul dengan orang tua. 
C.   Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Waktunya
·         Kebutuhan Sekarang : Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang pemenuhannya harus sekarang atau tidak dapat ditunda-tunda. Contohnya : obat, operasi. 
·         Kebutuhan Yang Akan Datang/Masa Depan :Kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang pemenuhannya dapat di tunda, tetapi harus dipersiapkan dari sekarang. Contohnya : tabungan, Perlengkapan bayi bagi wanita hamil, Orang tua mempersiapkan pemenuhan anaknya yang akan masuk kedunia pendidikan, Asuransi. 
·         Kebutuhan Tidak Terduga : Kebutuhan tidak terduga adalah pemenuhan kebutuhan yang datang secara tiba-tiba. Contohnya : konsultasi kesehatan. 
D.   Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Subyek yang ditubuhkan
·         Kebutuhan Individual : Kebutuhan individual adalah kebutuhan yang diperuntukkan bagi perorangan(individu). Contohnya : kebutuhan cleaning service  dengan kebutuhan tentara, kebutuhan presiden dengan kebutuhan pelayan. 
·         Kebutuhan Kolektif/Kelompok : Kebutuhan kelompok adalah kebutuhan yang diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat secara bersama-sama. Contohnya : Pasar, jalan, rumah sakit, jembatan, angkutan umum, dan sekolah. 











BAB III
PEMBAHASAN


3.1 Pengaruh Turunnya Harga Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan
Pokok Masyarakat Desa Nusa Bakti.
Tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan. Seseorang membelanjakan uang yang dimiliki sebelumnya dipengaruhi oleh banyak pertimbangan akibat adanya kalangkaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya beli adalah pendapatan, Pendapatan sangat dipengaruhi nilai jual produk yang dihasilkan masyarakat, baik barang maupun jasa. Pada penelitian saat ini kami secara khusus membahas pengaruh turunnya harga karet terhadap daya beli kebutuhan pokok masyarakat Desa Nusa Bakti.
Sebagian besar masyarakat Nusa Bakti hidup dengan mengandalkan hasil penjualan getah karet alam. Dengan adanya kebijakan pengurangan penggunaan karet pada masyarakat Eropa dan menurunnya kebutuhan karet di Tiongkok maka secara perlahan harga karet terus menurun. Pernurunan harga secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penghasilan masyarakat Desa Nusa Bakti. Dari hasil penyebaran angket yang telah dilakukan, didapat hasil yang akan kami sampaikan dalam tabel berikut:
No
Pertanyaan
Jawaban
Jum
Persen
(%)
Total
1
Berapa usia anda saat ini?
18-25 tahun
4
20%
100%
26-35 tahun
4
20%
36-45 tahun
4
20%
45 tahun atau lebih
8
40%
2
Apa Pendidikan terakhir anda?
SD
16
80%
100%
SMP
2
10%
SMA
2
10%
Diploma atau Lebih Tinggi
-
-
3
Apa pekerjaan anda?
Petani pemilik
9
45%
100%
Petani buruh
11
55%
Lainnya
-
-
4
Berapa penghasilan anda perbulan?
Kurang dari 1 juta
18
90
100%
1-2 juta
2
10
3 juta atau lebih
-
-
5
Apakah Kebutuhan pokok keluarga anda masih tercukupi ?
Tidak
20
100%
100%
Tercukupi
-
-
Tercukupi dengan baik
-
-
6
Bagaimana harga ideal karet dibanding beras?
Harga karet = harga beras
7
35%
100%
Harga karet > harga beras
13
65%
Harga karet < harga beras
-
-
7
Kebutuhan apa yang sekarang tidak terpenuhi ?
Hiburan
2
10%
100%
Kendaraan
3
15%
Makanan
5
25%
Tempat tinggal
11
55%
lainnya
-
_
8
Bagamana pola pembelian kebutuhan pokok keluarga anda?
Tunai
-
-
100%
Hutang berjangka
20
100%
Hutang tanpa tahu kejelasan
-
-
9
Tindakan apa yang bisa dilakukan untuk tetap dapat memenuhi
Menghemat kebutuhan lain
20
100%
100%
Mengeluarkan tabungan
-
-
Kebijakan hutang
-
-
Menjual aset keluarga
-
-
Jawaban lain
-
-
10
Jika dalam 3 tahun kedepan harga karet tidak membaik kebijakan apa yang anda ambil?
Bertahan sebisa mungkin
10
50%
100%
Alih pekerjaan
7
35
Pindah ketempat yang lebih baik
1
5%
Membangun usaha lain
2
10%
Tabel hasil angket
Berikut iniadalah penjelasan atas tabel hasil angket yang telah disajikan. Dari keseluruhan responden yang berjumlah 20 orang yang kami pilih secara acak. Berdasarkan kelompok umur responden terbagi atas: responden berusia 1-15 tahun ada 4 orang, usia 26-35 ada4 orang, usia 36-45 ada 4 orang dan usia 45 tahun keatas ada 8 orang. Dengan kelompok pendidikan tingkat sekolah dasar ada 16 responden, 2 responden berpendidikan sekolah menengah  pertama dan 2 responden berpendidikan sekolah menengah atas.
Jika dilihat dari latar belakang pekerjaan, keseluruhan responden adalah petani yang dibedakan atas petani yang bekerja pada lahan miliknya sendiri dan petani buruh yang bekerja pada lahan atau lading karet orang lain sebagai pekerja.tidak ditemukan responden dengan jenis pekerjaan lain. Hal ini mungkin terjadi karena pengaruh latar belakang pendidikan yang jika dibandingkan standar pendidikan saat ini boleh dikatakan tergolong masih rendah.
Penghasilan responden yang saat ini berpenghasilan dibawah 1 juta mencapai 90% atau 18 orang dari keseluruhan responden. Sementara 2 orang atau 10% dari responden yang masih memiliki penghasilan 1 sampai 2 juta perbulan. Dan tidak ada responden yang menjawab berpenghasilan lebih dari itu. Dengan pengahasilan ini keseluruhan responden mengaku tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok dalam keluarga mereka. Ketika ditanya soal harga karet yang ideal dengan perbandingan harga beras, sebagian besar dari mereka sangat menginginkan harga karet lebih tinggi atau setidaknya sama dengan harga beras demikian kriteria ideal  untuk harga karet dalam persepsi responden. Yang lebih memprihatinkan 55% dari responden mengaku tidak dapat memnuhi sepenuhanya biaya pendidikan anak. Hal ini tergolong memprihatinkan karena pendidikan adalah modal pembangunan bangsa, bagaimana jika pendidikan bangsa tersendat karena pembiayaan. Dan yanglebih  menyedihkan lagi 25% mengaku pada level kebutuhan pangan mereka juga sudah  tidak tercukupi. Sisanya sekitar 30 persen masih mengeluhkan soal kendaraan dan tempat tinggal. Cukup wajar saat ini kendaraan dikatakan pokok dalam kehidupan masyarakat nusa bakti karena kendaraan adalah modal kerja sebagai buruh tani yang lokasikerja mereka cukup jauh dari desa.
Dari keseluruhan responden dalam kebijakan pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhan pokok sepakat menggunakan sistem hutang berjangka, sistem ini adalah sebuah mekanisme berbelanja dengan berhutang terlebih dahulu kemudian akan membayarnya kemudian sambil kembali berhutang. Mekanisme ini lazim terjadi karena keseluruhan responden adalah petani pekebun karet. Jadi mereka mengandalkan hasil penjualan getah karet untuk pembayarannya. Tetapi dengan jawaban kompak responden tersebut atau tidak satupun dari responden mampu membeli secara tunia kebutuhan mereka menunjukan adanya krisis ekonomi yang cukup serius dalam masyarakat desa Nusa Bakti. Dari keseluruhan uraian ini dapat disimpulakan bahwa turunnya harga jual karet sangat mempengaruhi daya beli kebutuhan pokok masyarakat Desa Nusa Bakti.

3.2 Solusi Yang dilakukan Masyrakat Desa Nusa Bakti Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Pokok
Kondisi harga karet yang kian menurun telah terbukti mempengaruhi daya beli akan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya masyarakat Kampung 2, Desa Nusa Bakti. Namun demikian masyrakat belum banyak melakukan perubahan untuk mengantisipasi keadaan yang lebih buruk dalam perekonomian mereka hal ini terbukti dari peryataan 50% responden yang menyatakan hanya ingin bertahan sebisa mungkin, 5% lebih memilih untuk pindah domisili ketempat yang lebih menjanjikan dan hanya 10% dari responden yang mencoba memperbaiki keadaan dengan membangun usaha baru. Hal ini dapat muncul karena tingkat pengetahuan yang masih terbelakang sehingga hanya menghadapi hidup seadanya sesuai tradisi dan tren yang berkembang, tidak mampu melakukan terobosan ekonomi ataupun sosial untuk memperbaiki hidup, dan kehidupannya.
Untuk mengatasi keadaan ini perlu lebih banyak aspek yang harus ditinjau. Aspek pengetahuan dan keahlian adalah yang pertama harus dikemukan dan dipahami masyarakat. Menambah pengetahuan dan keahlian akan membuka peluang untuk menciptakan lapangan kerja. Pada masyarakat nusabakti yang dominan adalah petani kembali belajar jenis pertanian lain seperti sayur dan tumpang sari akan membuat masyarakat memiliki ketahan pangan dan penghasilan lain. Disisi lain dari segi modal berkebun sayur dan tanaman tumpang sari relative hanya membutuhkan dana yang kecil sehingga dengan permodalan yang saat ini sangat menipis tentu ini lebih cocok.
Setelah mampu membagun unit usaha baru baik sayur jasa ataupun penjualan, hal yang perlu dilakukan masyrakat adalam membentuk kebersamaan dalam bentuk persatuan seperti kelompok tani, kelompok pengusaha kecil dan yang lainnya agar tidak terjadi persaingan yang merugikan diantara petani itu sendiri. Melalui organisasi tentu akan lebih mudah berkordinasi dengan pemerintah dalam mengembangkan produk dan menyalurkan produk pada target pasar.
Peran pemerintah dalam kembali menanamkan kebanggaan sebagai bangsa agraris juga dibutuhkan. Melalui banyak program pemerintah sudah memberikan banyak fasilitas dan permodalan dalam usaha meningkatkan kemakmuran masyarakat. Tetapi secara khusus pada masyarakat desa Nusa Bakti agaknya hal ini masih belum dipahami dan diketahui. ini karena memang komunikasi publik yang   dibangun pemerintah didareah khususnya pemerintah desa masih jauh dari optimal, atau boleh dikatakan sangat minim. Jika fungsi untuk menyebarkan informasi pembangunan ekonomi ini berjalan baik tentu akan sangat merangsang pertumbuhan ekonomi pada masyarakat.
Membangun jaringan atau kolega juga harus mulai diperkenalkan pada masyarakat sehingga stiap produk bisa dihargai secara pantas. Banyak masyarakat enggan untuk menjalin kerjasama dengan pihak yang berkepentingan karena kurangnya pengetahuan. Missal petani jahe yang tidak mau menjual jahenya pada pabrik jamu tetapi malah kepada tengkulak. Sehingga pada akhirnya hanya menguntungk orang tertentu saja. Padahal beberapa pabrik jamu membutuhkan penyuplai bahan baku dengan kualitas yang baik dan mampu membayar secara pantas.

Pada dasarnya yang melandasi usaha dalam memperbaiki perekonomian masyarakat adalah kemauan untuk belajar, bersedia bekerjasama, membangun jaringan pemasaran dan kebijakan pemerintah yang membatu perekonomian kerakyatan yang direalisasikan secara transparan. Demikian hasil penelitian kami tentang pengaruh turunnya harga karet terhadap daya beli kebutuhan pokok masyarakat desa Nusa Bakti.


BABV
PENUTUP


5.1  Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dijabarkan, mengenai pengaruh turunnya harga jual karet terhadap daya beli kebutuhan pokok masyarakat desa Nusa Bakti, maka didapat kesimpulan bahwa:
1.    Turunnya harga karet secara signifikan menurunkan daya beli kebutuhan pokok masyarakat desa Nusa Bakti.
2.    Masyarakat desa Nusa Bakti pada umumnya belum memiliki solusi yang tepat dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Tetapi sebagian kecil sudah dapat merencanakan untuk membangun usaha baru.

5.2  Saran
Dari kesimpulan yang telah diambil maka peneliti menyarakan agar:
1.    Masyarakat segera mencari solusi yang produktif untuk kembali meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat.
2.    Pemerintah, secara khusus pemerintah desa segera ikut berperan aktif untuk kembali mengembangkan perekonomian masyarakat desa Nusa Bakti.






DAFTAR PUSTAKA

Ehrenberg, R.G., and Smith R.S., 1988. Modern Labor Economics : Theory and Public Policy.  Third Edition, Scott, Foresman and Company, Boston, USA.
Gordon, R.J., 1993. Macroeconomics. Sixth Edition, Harper-Collins Publishers, New York, USA.
Jhingan, M.L., 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Indonesia
Kindleberger, C.P., and Herrick B., 1977. Economic Development. International Student Edition, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, Japan.
Meier G.M., and Stiglitz, J.E., 2001. Frontiers of Development Economics : The Future in Perspectif.Oxford University Press, The World Bank, Washington D.C., USA.
Payaman J.Simanjuntak, 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Reynolds, L.G., Masters S.H., and Moser, C.H., 1986. Labor Economics and Labor Relations. Ninth Edition, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, USA.
Rose, C., and Nicholl, M.J., 2002. Accelerated Learning for The 21st Century. (Cara Belajar Cepat Abad XXI.  Nuansa, Yayasan Nuansa Cendikia, Bandung, Indonesia.
 Sadono Sukirno, 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Sudarman Danim, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. CV Pustaka Setia, Bandung, Indonesia.