cari

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah dasar



BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Suatu Negara dapat berkembang pesat tidak cukup didukung dengan memiliki kekayaan alam yang melimpah.  Akan tetapi kemampuan sumber daya manusia dalam mengelolah kekayaan alam disuatu negara sangat berpengaruh. Dengan begitu perlu adanya peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalu jalur pendidikan baik itu informal,formal maupun non formal, yang mana secara tidak lagsung dapat mengisi pembangunan Negara.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh manusia dalam upaya membentuk manusia yang berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan suatu negara. Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pendidikan pada dasarnya beRtujuan untuk meningkatkan kualitas manusia sehingga mampu memberikan sumbangan-sumbangan terhadap kemajuan negara.
Keadaan ekonomi orang tua siswa turut mendukung siswa dalam pengadaan sarana dan prasarana belajar, yang akan memudahkan dan membantu pihak sekolah untuk peningkatan proses belajar mengajar. Seperangkat pengajaran atau pembelajaran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perangkat belajar mengajar maksudnya buku-buku pelajaran, pensil, penggaris, buku-buku Lembar Kerja Soal (LKS), penghapus, dan lain-lain.Pada kesempatan ini peneliti ingin meneliti tentang : Hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan orang tua siswa dengan prestasi belajar siswa. Uraian di atas mendasari penelitian ini.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01?
2.    Bagaimana pengaruh status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah dasar di desa Margomulyo makmur Rt 01?

1.3    Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.    Menjelaskan prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01
2.    Menjelaskan Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak usia sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01.

1.4    Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam  penelitian ini tidak melebar dari rumusan masalah yang di tentukan maka pembahasan ini akan di batasi pada Prestasi Belajar dan Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak usia sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01.

1.5   Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan dan dijabarkan sebelumnya, hipotesis yang diambil penulis adalah adanya Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak usia sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Definisi Status Sosial Ekonomi
PengeRtian status menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) yaitu kedudukan atau sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan pengeRtian ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) yaitu ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang seRta kekayaan
Menurut Sumardi (2011) kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi teRtentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu diseRtai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh orang yang membawa status tersebut. Sementara W.S Winke (1991) menyatakan bahwa pengeRtian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimilki (Basrowi, 2010).
Adapun penghasilan keluarga menurut Aisyen (2010) merupakan salah satu tema penting dalam mengelola keuangan keluarga, karena besarnya uang masuk akan mempengaruhi besarnya uang yang akan di keluarkan. Penghasilan adalah gaji tetap yang diterima setiap bulan. Penghasilan akan erat kaitannya dengan kemampuan orang untuk memenuhi kebutuhan gizi, perumahan yang sehat, pakaian dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Sementara Dwiputriani (2012) mengatakan pendapatan per-kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara. Pendapatan nasional dipengaruhi oleh Product Domestic Bruto (PDB), yang merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu negara dalam suatu periode teRtentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Variabel yang digunakan untuk menghitung pendapatan per-kapita adalah pendapatan nasional dan jumlah penduduk.Soekanto (2002) menyebutkan tingkat pendapatan adalah total jumlah pendapatan dari semua anggota keluarga. Pendapatan keluarga yang rendah secara tidak langsung berkibat pada rendahnya kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rendahnya tingkat pendapatan keluarga akan sangat berdampak rendahnya daya beli keluarga (Suhardjo, 2013). Status ekomoni dapat disimpulakan sebagai kedudukan berdasarkan pendapatan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga dalam bermasyarakat.

2.2 Definisi Prestasi Belajar Anak
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode teRtentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

2.3  Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengeRtian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1.    Cronbach memberikan definisi :
Learning is shown by a change in  behavior as a result of experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2.    Harold Spears memberikan batasan:
Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3.    Geoch, mengatakan :
Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana sepeRti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengeRtian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. PengeRtian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku sepeRti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini beraRti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk beRtambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami  proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, sepeRti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peseRta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode teRtentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peseRta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana  untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.PengeRtian prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 : 11 ).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1  Jenis Penelitian
Penelitian ini adalahPenelitian kualitatif yaitu penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1.    Metode Angket
Angket adalah pernyataan teRtulis yang digunakan untuk memperoleh informasi  dari responden dalam aRti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang teRtutup karena responden akan diarahkan memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar.
2.    Studi Kepustakaan
Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan diseRtasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

3.2 Prosedur Penelitian
Untuk mempermudah proses penelitian maka perlu dibuat sebuah prosedur penelitian yang runtut dan sistematis. Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dijalankan:
1.    Menyiapkan alat tulis dan angket
2.    Membagi angket dan alat tulis pada responden
3.    Mengumpulkan jawaban
4.    Menganalisis jawaban
5.    Menyusun laporan penelitian

3.3  Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 13 November- 23 November 2015, dan beRtempat di Desa Margo Mulyo Kecamatan Belitang II, Kabupaten OKU Timur.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Setelah menjalankan prosedur penelitian dan menganalisa setiap jawaban dari  responden, maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini:
TABEL HASIL PENELITIAN

Pertanyaan
Jawaban
Jumlah
Total
jum
%
1.
berapa umur anda saat ini
25- 35 tahun
4
40%
100%
36- 45 tahun
4
40%
45- lebih tahun
2
20%
2
Kelas berapa anak anda saat ini
Kelas 4
2
20%

Kelas 5
3
30%
Kelas 6
5
50%
3
Berapa penghasilan anda
Kurang dari 1juta
8
80%

1-2 juta
2
20%
2-5 juta
-
-
Lebih dari 5 juta
-
-

4
Berapa uang saku anak ada setiap hari
Rp 2000
1
10%
Rp 3000-5000
9
90%
Rp 6000-10000
-
-
Rp 10000 atau lebih
-
-
5
Apakah anda selalu dapat memenuhi kebutuhan sekolah anak anda,sepeRti membeli alat tulis,iuran,dan kebutuhan lain ?
Selalu terpenuhi
10
100%

Kadang-kadang
-
-
Hampir tidak terpenuhi
-
-

6
Peringkat berapa hasil terakhir belajar anak anda ?
1-3 peringkat kelas
2
20%

4-6 peringkat kelas
6
60%
7-10 peringkat kelas
1
10%
11-15 peringkat kelas
1
10%
7
Apa yang anda janjikan jika anak anda mendapat perigkat lebih baik ?
Memberikan sesuatu hal yang di inginkan
4
40%

Tidak menjanjikan apa-apa
6
60%
8
Apa yang membuat anak anda semangat belajar ?
Uang saku
1
10%

Cita-cita
8
80%
hadiah
1
10%
9
Apa pendidikan terakhir anda ?
sd
6
60%

smp
4
40%
Sma
-
-
S1
-
-
S2
-
-
S3
-
-
10
Apakah menurut anda anak anda mendapat peringkat ebih baik jika anda memenuhi kebutuhannya ?
Ya
6
60%

Tidak
1
10%
Mungkin saja
3
30%




4.2 Pembahasan
Responden adalah wali murid dari pelajar sekolah dasar yang berada di desa Margo Mulyo, yang keseluruhan berusia pada masa prokduktif kerja.  Ada 2 pandangan dalam melihat batasan usia penduduk usia produktif. Pandangan peRtama adalah 15-59 tahun dan pandangan kedua adalah 15-64 tahun. Kesepakatan secara internasional sekarang ini adalah untuk Negara berkembang dipakai 15-59 tahun dan untuk Negara maju dipakai 15-64 tahun. Untuk Indonesia seringkali memakai keduanya ada yang memakai ukuran 15-59 tahun dan ada yang memakai 15-64 tahun. Konsep dasar angkatan kerja adalah langkah dalam menentukan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Di Indonesia sering memakai keduanya, yaitu usia 15-64 dan 15-59. Indonesia adalah negara berkembang.
Penghasilah responden saat ini adalah 80 % dibawah 1 juta dan 20% antara 1 sanpai 2 juta rupiah setiap bulannya. Mata pencaharian pencahrian penduduk Margo Mulyo adalah pekebun karet, sehingga turunnya harga jual karet mempengaruhi penghasilan mereka.  Tentu nilai ini jauh dibawah pendapatan perkapita Indonesia yang berada pada $ 3000 atau sekitar 46 juta rupiah atau boleh dikatakan berpendapatan 3 juta rupiah perbulan. Jika demikian tentu responden tergolong cukup sulit untuk mengaturperekonomian dalam keluarga sihingga mungkin saja pemenuhan kebutuhan anak dalam belajar terbengkalai.
Saat ini uang saku merupakan budaya yang berkembang pada anak sekolah, bahkan terkadang ada anak yang tidak mau berangkat sekolah karena tidak membawa uang saku. Tetapi uang saku juga mengajarkan tanggungg jawab kepada anak, apakah akan dihabiskan atau akan disimpan sebagian. Dalam pemberian uang saku 10% memberi uang saku kepada nak senilai Rp 2000,- dan 90% dari resonden memberikan Rp 3000 sampai dengan Rp. 5000,-. Jika dibandingkan anak-anak yang berada dikota uang saku nak-nak responden jauh dari cukup, tetapi jika dilihat dari pendapatan orang tua mereka ini adalah cukup pantas. Pertimbangan kebuthan lain juga hal penting dalam memberi uang saku pada anak.
Dari sisi anak sendiri ternyata uang saku yang menjadi alasan utama untuk semangat belajar dan bersekolah, memang hal yang wajar pada anak usia sekolah dasar, tetapi secara perlahan orang tua mulai menananmkan tetang pentingnya pendidikan bukan sekedar mendapat uang saku tetapi juga sebagai investasi masa depan. Sehingga harapan akan masa depanlah yang memotivasi belajar mereka bukan lagi uang saku.
Keseluruhan responden merasa mampu memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Hal ini cukup wajar karena kebutuhan anak SD tidak sebesar kebutuhan pada jenjang sekolah selanjutnya. Tetapi pandangan orang tua ini kadang tidak selaras dengan pangan anak, kebutuhan alat tulis, peralatan belajar sering terabaikan. Orang tua lebih fokus pada seragam tas, sepatu dan alat tulis pada hari peRtama sekolah saja. Malah kadang bersungut-sungut ketika anak meminta uang untuk mengerjakan tugas. Meski demikian responden sendiri menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan sekolah anak akan sangat membantu anak untuk mendapat peringakat lebih baik ditunjukan 60% responden yang menjawab ya, 30% mungkin dan hanya 10% tidak. Bagi responden yang menjawab tidak dan mungkin mereka memiliki kerangka pikir yang mengarah kepada prestasi anak adalah hasil dari minat belajar anak bukan hanya kebutuhan sekolah saja. Tetapi bisa jadi ketika kebutuhannya tidak terpenuhi minat belajar anak akan menurun.
Hasil belajar anak-anak responden tergolong masih baik yaitu 20% berada di peringkat 1-3 kelas, 60% pada peringkat 4-6, 10 % anak pada peringkat 7-10 dan hanya 10% yang memiliki peringkat  dibawah 10. Ini adalah hal yang baik meski dalam ekonomi yang tidak baik tetapi mereka masih memilikisemangat belajar yang luar biasa. Sanyangnya hal ini kurang disambut baik oleh orang tua yang terlihat dalam hal memberi apresiasi terhadap anak yang berhasil berada pada peringkat yang baik. Hal ini di indikasikan oleh 60% orang tua tidak menjanjikan untuk memberikan apapun ketika anak mampu mendapat prestasi lebih baik. Dan hanya 40% orang tua yang dapat memeberi penghargaan kepada anak yang mendapat prestasi lebih baik.
Jika ditinjau dari pendidikan orang tua yang masih tergolong rendah yaitu 60% responden adalah orangtua yang berpendidikan sekolah dasar, dan 40% adalah yang berpendidikan sekolah menengah peRtama. Dengan demikian cukup wajar jika pola pikir dan cara memotivasi anak untuk belajar terhadap anak masih sederhana. Tetapi dari kesederhanan ini justru tumbuh ketulusan untuk mendorong anak dapat menyelesaikan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi dari orangtua mereka. Didalam kelemahan ekonomi mereka juga memacu untuk menyekolahkan anak kerah yang lebih baik.
Tetapi perlu saya ingatkan bahwa anak-anak usia sekolah atau bahkan pra-sekolah yang masih tergolong anak usia dini bekerja demi beRtahan hidup. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang putus sekolah. Faktor utama yang menyebabkan fenomena pada pekerja anak usia dini ini adalah ekonomi. “Berdasarkan Konvensi PBB mengenai Hak-Hak Anak tahun 1989, ada sejumlah hak anak yang seharusnya bisa dijamin dan dipenuhi oleh Negara, yakni setiap anak memiliki hak untuk dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan, untuk memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi, untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai dan lingkungan yang sehat untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan aktif, untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya untuk diberikan kesempatan bermain waktu santai, untuk dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, kekerasan dan dari bahaya. Mereka juga berhak untuk dipeRtahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah dan hak untuk bisa mengekpresikan pendapat sendiri”.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas, mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Bagaimana seorang penarik becak misalnya, yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan, ketika biaya untuk sekolah sudah sangat mencekik leher. 
 Jadi secara fundamental keadaan ekonomi orangtua akan sangat mempengaruhi anak dalam menempuh pendidikan lebih tinggi. Kemiskinan bukanlah hal yang bisa dianggap mudah, kemiskinan bisa saja mengancurkan harapan anak.
Dari penelitian yang dilakukan  telah memberikan informasi bahwa prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01 tergolong baik yang ditunjukan 90% anak dari responden masuk dalam 10 besar peringkat kelas. Pengaruh status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah dasar di desa Margomulyo makmur Rt 01 sudah terindikasi bahwa kemempuan ekonomi orang tua dalam mefasilitasi keperluan anak dalam belajar ternyata mengarahkan anak untuk mendapat prestasi lebih baik yang ditunjukan pada anak yang memiliki peringkat 1-3 keseluruhannya adalah anak yang orngatuanya memiliki penghasilan 1-2 juta. Hal ini menebenarkan hipotesa yang telah diambil bahwa ada pengaruh status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah dasar di desa Margomulyo makmur Rt 01.


BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Dari pembahasan masalah yang telah disampaikan penulis mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01 tergolong baik yang ditunpjukan 90% anak dari responden masuk dalam 10 besar peringkat kelas.
2.      Ada indikasi bahwa kemempuan ekonomi orang tua dalam mefasilitasi keperluan anak dalam belajar ternyata mengarahkan anak untuk mendapat prestasi lebih baik yang ditunjukan pada anak yang memiliki peringkat 1-3 keseluruhannya adalah anak yang orngatuanya memiliki penghasilan 1-2 juta.


5.2  Saran
Berdasarkan  kesimpulan yang telah diambil maka penulis menyarankan agar:
1.    Orang tua dapat mendukung dan mendorong anak untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai.
2.    Kesadaran orang tua bahwa pendidikan adalah sebuah investasi masa depan anak harus lebih ditingkatkan, sehingga pemenuhan kebutuhan belajar anak dapat terpenuhi dengan baik.
3.    Diadakan penelitian lebih lanjut karena penelitian ini masih bersifat rintisan.

DAFTAR PUSTAKA
Sahabuddin, 2007. Mengajar dan Belajar Dua Aspek Dari Proses Yang Disebut Pendidikan. Makassar; Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Sardiman, AM, 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Simanjuntak &  Adarias, 1995. Pendapatan Perkapita Nasional. Jakarata; Fakultas Ekonomi UI.
Simanjuntak, 1981. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta : Jakarta.
Sudjana. Nana. 1996. Metode Statistik. Tarsito, Bandung.
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Sugiyono, 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sumitro, Djojohadikusumo, 1960. Ekonomi Dalam Bidang  Pendapatan. Jakarta; Centre.
Winardi, 1969. Proses Ekonomi. Bandung; Tarsito
Tirtaharja, Umar, 1997. Pengantar Pendidikan. Makassar; FKIP Universitas Negeri Makassar.
Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi keluarga (tentang ikhwal keluarga, remaja, dan anak. Rineka Cipta, Jakarta. Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi suatu pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.