BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permasalahan
kemiskinan merupakan permasalahan yang seringkali ditemukan dibeberapa Negara
yang sedang proses berkembang seperti Indonesia. Sebagai masalah yang
menjadi isu global disetiap negara berkembang. Wacana kemiskinan dan
pemberantasannya haruslah menjadi agenda wajib bagi para pemerintah dan
pemimpin Negara. Peran serta pekerja sosial dalam menangani permasalahan
kemiskinan sangat diperlukan, terlebih dalam memberikan masukkan (input) dan melakukan
perencanaan strategis (strategic planning) tentang apa yang akan menjadi suatu
kebijakan dari pemerintah.
Sebagaimana telah diuraikan, sosiologi terutama membahas gejala-gejala yang
wajar bagi masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat,
lembaga kemasyarakatan, proses sosial,perubahan sosial dan kebudayaan serta
perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal
sebagaimana dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak
dikehendaki merupakan gejala abnormal atau patologis. Hal itu disebabkan
unsur-unsur masyarakat tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya sehingga
menyebabkan kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut disebut
masalah-masalah sosial. Kemiskinan bukanlah hal yang jarang kita jumpai,
siaran berita di televisi pun hampir setiap hari menayangkan berita mengenai
kemiskinan di Indonesia. Hal
inilah yang menarik penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul: “Pengaruh
Kemiskinan Terhadap Masalah sosial” .
1.2
Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah
pengaruh kemiskinan masalah masalah sosial?
b. Apa
sajakah masalah sosial yang timbul akibat kemiskinan?
c. Bagaimanakah
penyelesaian dari masalah sosial tersebut?
1.
3. Tujuan
1.. Untuk
mengetahui pengaruh kemiskinan terhadap masalah sosial.
2 Untuk
mengetahui maslah sosial yang timbul akibat keiskinan.
3. Untuk
mengetahui penyelesaian dari masalah sosial.
1.4 METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian penulis
mempergunakan metode kepustakaan atau literatur. Yaitu metode penelitian dengan
cara mengumpulkan data yang bersumber dari media buku, Koran, artikel dan situs
atau web internet.
1.5 SISTEMATIKA
PENULISAN
Sistematika penulisan karya tulis ini
adalah sebagai berikut.
Bab I merupakan bab
pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan
bab tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang menguraikan tentang tinjauan
pustaka dan kerangka pikir.
Bab III merupakan
bab pembahasan yang berisi tentang narkotika di kalangan remaja.
Bab IV merupakan
bab penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Kemiskinan
kemiskinan
adalah suatu keadaan ketika seorang tidak sanngup memenuhi kebutuhanya sendiri
sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.Dengan berkembangnya perdagangan
keseluruh dunia dan di tetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu
kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai salah satu masalah sosial.
Pada
masyarakat yang susunan dan organisasinya bersahaja, kemiskinan mungkin
tidak menjadi masalah sosial karena mereka menganggap bahwa semuanya telah di
takdirkan.kemiskinan menjadi sebuah masalah sosial ketika mereka sadar bahwa
mereka telah gagal untuk memperoleh lebih dari pada apa yang telah dimilikinya
dan perasaan akan adanya ketidak adilan.
Dalam
masyarakat modern, kemiskinan dilihat sebagai suatu keadaan di mana
seseorang tidak memiliki harta yang cukup untuk memenuhi standar kehidupan yang
ada di lingkungan.contoh, sebuah keluarga tidak memiliki televisi, motor,
sementara tetangga-tetangga lain memiliki harta-harta tersebut.inilah yang
menyebabkan kemiskinan menjadi masalah sosial. Sebab-sebab timbulnya
kemiskinana tersebut adalah karena lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi
tidak berfungsi dengan baik.
2.2
Penyebab-penyebab terjadinya kemiskinan:
Kemiskinan
merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat,
khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian
berbagai kalangan, baik para akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori,
konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan
mungkin “misteri” mengenai kemiskinan ini.
Dalam
konteks masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial
yang senantiasa relevan untuk dikaji secara terus menerus. Ini bukan saja karena
masalah kemiskinan telah ada sejak lama, melainkan pula karena masalah ini
masih hadir di tengah-tengah kita dan bahkan kini gejalanya semakin meningkat
sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh Bangsa
Indonesia. Meskipun pembahasan kemiskinan pernah mengalami tahap kejenuhan
sejak pertengahan 1980-an, upaya pengentasan kemiskinan kini semakin mendesak
kembali untuk dikaji ulang. Beberapa alasan yang mendasari pendapat ini antara
lain adalah:
Pertama,
konsep kemiskinan masih didominasi oleh perspektif tunggal, yakni “kemiskinan
pendapatan” atau “income-poverty” (Chambers, 1997). Pendekatan ini banyak
dikritik oleh para pakar ilmu sosial sebagai pendekatan yang kurang bisa
menggambarkan potret kemiskinan secara lengkap. Kemiskinan seakan-akan hanyalah
masalah ekonomi yang ditunjukkan oleh rendahnya pendapatan seseorang atau
keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kedua,
jumlah orang miskin di Indonesia senantiasa menunjukkan angka yang tinggi, baik
secara absolut maupun relatif, di pedesaan maupun perkotaan. Meskipun Indonesia
pernah dicatat sebagai salah satu negara berkembang yang sukses dalam
mengentaskan kemiskinan, ternyata masalah kemiskinan kembali menjadi isu
sentral di Tanah Air karena bukan saja jumlahnya yang kembali meningkat,
melainkan dimensinya pun semakin kompleks seiring dengan menurunnya kualitas
hidup masyarakaat akibat terpaan krisis ekonomi sejak tahun 1997.
Ketiga,
kemiskinan mempunyai dampak negatif yang bersifat menyebar (multiplier effects)
terhadap tatanan kemasyarakatan secara menyeluruh. Berbagai peristiwa konflik
di Tanah Air yang terjadi sepanjang krisis ekonomi misalnya, menunjukkan bahwa
ternyata persoalan kemiskinan bukanlah semata-mata mempengaruhi ketahanan
ekonomi yang ditampilkan oleh rendahnya daya beli masyarakat, melainkan pula
mempengaruhi ketahanan sosial masyarakat dan ketahanan nasional.
Secara
umum ada beberpa faktor yang menyebabkan terjadinya msalah kemiskinan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya tingkat
pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat memicu terjadinya kemiskinan. Hal ini karena individu tersebut tidak memiliki pengetahuan atau pendidikan, keterampilan yang memadai yang dapat digunakan untuk mencari penghasilan dan dapat menaikkan taraf hidup individu tersebut serta mampu memenuhi kebutuhannya.
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat memicu terjadinya kemiskinan. Hal ini karena individu tersebut tidak memiliki pengetahuan atau pendidikan, keterampilan yang memadai yang dapat digunakan untuk mencari penghasilan dan dapat menaikkan taraf hidup individu tersebut serta mampu memenuhi kebutuhannya.
2. Kurangnya kreativitas
individu
Jika seseorang dapat menggunakan kretivitasnya, tidak dipungkiri mereka dapat memiliki penghasilan yang dapat menaikkan taraf hidup mereka. Mereka dapat menggunakan sarana prasarana dan segala aspek yang ada untuk mencari dan mendapatkan sumber penghasilan.
Jika seseorang dapat menggunakan kretivitasnya, tidak dipungkiri mereka dapat memiliki penghasilan yang dapat menaikkan taraf hidup mereka. Mereka dapat menggunakan sarana prasarana dan segala aspek yang ada untuk mencari dan mendapatkan sumber penghasilan.
3. Tingkat
kelahiran yang tinggi
Tingkat kelahiran yang tinggi ini juga dapat memicu terjadinya kemiskinan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran biaya yang lebih besar, sehingga dapat dimungkinkan harta kekayaannya lama kelamaan akan terkuras. Namun hal ini berbeda untuk kelompok sosial yang memiliki penghasilan yang cukup bahkan lebih atau tetap. Mereka menganggap masih mampu menghidupi anggota keluarganya. Maka mereka tidak dianggap sebagai kelompok sosial miskin. Hal ini tampak sebagian besar di kota-kota besar.
Tingkat kelahiran yang tinggi ini juga dapat memicu terjadinya kemiskinan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran biaya yang lebih besar, sehingga dapat dimungkinkan harta kekayaannya lama kelamaan akan terkuras. Namun hal ini berbeda untuk kelompok sosial yang memiliki penghasilan yang cukup bahkan lebih atau tetap. Mereka menganggap masih mampu menghidupi anggota keluarganya. Maka mereka tidak dianggap sebagai kelompok sosial miskin. Hal ini tampak sebagian besar di kota-kota besar.
4. Pengaruh
lingkungan hidup atau tempat tinggalnya
Lingkungan hidup dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Seseorang yang berada di lingkungan miskin pasti akan ikut terbawa arus kemiskinan. Apalagi individu-individu dalam kelompok tersebut adalah individu-individu yang tidak mampu mengurusi dirinya sendiri dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya serta berada dalam gelombang kebodohan atau kelompok yang anggota kelompoknya senantiasa malas untuk bekerja.
Lingkungan hidup dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Seseorang yang berada di lingkungan miskin pasti akan ikut terbawa arus kemiskinan. Apalagi individu-individu dalam kelompok tersebut adalah individu-individu yang tidak mampu mengurusi dirinya sendiri dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya serta berada dalam gelombang kebodohan atau kelompok yang anggota kelompoknya senantiasa malas untuk bekerja.
5. Keturunan
Tingkat ekonomi dari kelompok sosialnya dapat mempengaruhi dengan jelas. Individu yang berasal dari golongan miskin, tidak menutup kemungkinan akan memyebabkan ia ikut miskin. Karena orang tuanya tidak mampu mencukupi segala kebutuhannya, sehingga mereka menganggap kehidupannya adalah takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sehingga kurang adanya kemauan dan usaha untuk mengubah keadaannya.
Tingkat ekonomi dari kelompok sosialnya dapat mempengaruhi dengan jelas. Individu yang berasal dari golongan miskin, tidak menutup kemungkinan akan memyebabkan ia ikut miskin. Karena orang tuanya tidak mampu mencukupi segala kebutuhannya, sehingga mereka menganggap kehidupannya adalah takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sehingga kurang adanya kemauan dan usaha untuk mengubah keadaannya.
Hal-hal
lain yang tampak nyata menyebabkan kemiskinan banyak terjadi di kota-kota besar
yaitu antara lain arus urbanisasi. Banyak para urban dari desa datang ke kota,
kebanyakan dari mereka bertujuan mencari pekerjaan. Namun banyak juga dari mereka
gagal mendapatkan pekerjaan, karena mereka tidak memiliki keahlian atau
keterampilan tertentu untuk bekerja di kota.Dan juga mereka tidak mempunyai
sanak famili yang tinggal di kota. Sehingga hidupnya terkatung-katung tidak
menentu, dan merekapun hidup di tempat yang tidak layak dihuni. Dan menyebabkan
tingkat kemiskinan di kota meningkat, karena mereka tidak memiliki penghasilan
dan tidak dapat memenuhi segala
kebutuhannya.
Sadar
bahwa isu kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa aktual,
pengkajian konsep kemiskinan merupakan upaya positif guna menghasilkan
pendekatan dan strategi yang tepat dalam menanggulangi masalah krusial yang
dihadapi Bangsa Indonesia dewasa ini.
2. 3
Pengertian Masalah sosial
Masalah
Sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan
antara unsur-unsur yang ada dapat menmbulkan gangguan hubungan seperti
kegoyahan dalam kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat
terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita
yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial
dan bencana alam.
Masalah
sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis factor, yakni :
1. Faktor
ekonomi :Kemiskinan, pengangguran, Kriminalitas
2. Faktor
Budaya:Perceraian, kenakalan remaja
3. Faktor
Biologis:Penyakit menular, keracunan makanan
4. Faktor
Psikologis:Penyakit Syaraf, aliran sesat.
Masalah
sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan, Pemerintah telah membuat
peraturantentangakan memberi denda pada orang yang bersedekah pada pengemis,
dan pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dibuat
yang berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi di Indonesia seperti PNPM
Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Masalah
sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini adalah realita kemiskinan yang
dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan
merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk
diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih
banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir di setiap sudut
kota.Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai pemukiman masayarakat
miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai
bagian kota yang mesti disingkirkan.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh kemiskinan terhadap masalah sosial
Kemiskinan
menjadi masalah sosial karena ketika kemiskinan mulai merabah atau bertambah
banyak maka angka kriminalitas yang ada akan meningkat. Pusaran arus besar
pemikiran sekitar kita saat ini menerjemahkan kemiskinan sebagai pangkal penyebab
masalah sosial dan ekonomi. Bersumber konstruksi ini, penanganan pengurangan
orang miskin berpotensi bersilang jalan. Pada satu kutub kemiskinan diatasi
lewat pemberdayaan-mengasumsikan potensi inheren orang miskin.
Kemiskinan menjadi masalah sosial ketika stratifikasi dalm masyarakat sudah menciptakan tingkatan atau garis-garis pembatas. Sehingga adanya kejanggalan dalam interaksi antara orang yang berada di tingkatan yang dibwah dan di atasnya.
Kemiskinan menjadi masalah sosial ketika stratifikasi dalm masyarakat sudah menciptakan tingkatan atau garis-garis pembatas. Sehingga adanya kejanggalan dalam interaksi antara orang yang berada di tingkatan yang dibwah dan di atasnya.
3.2
Masalah sosial yang timbul akibat kemiskinan
Kemiskinan
menimbulkan munculnya masalah-masalah lain seperti urbanisasi, pencurian,
penyakit, kebodohan, bunuh diri, pembunuhan, gelandangan dan pengemis,
penyerangan terhadap harta pribadi dan harta umum. Juga makin maraknya suap,
bertambahnya angka kriminalitas dan pengangguran, munculnya kelompok-kelompok
bersenjata dan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Semua itu merupakan bencana
sosial yang berbahaya.
1. Kebodohan
Tentunya
kamu paham yang dimaksud dengan kebodohan. Maukah kamu disebut anak yang bodoh?
Apa akibatnya kalau kita bodoh apalagi kalau tidak bisa membaca? Salah satu
akibat bila kita bodoh adalah mudah diperalat orang lain. Kita juga akan sulit
meraih cita-cita yang tinggi. Kebodohan terjadi karena tidak memiliki
pendidikan atau pendidikannya rendah.
Di negara kita ternyata masih banyak orang yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf. Hal ini antara lain disebabkan oleh kemalasan, biaya pendidikan yang tinggi dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Orang yang mampu beruntung bisa menikmati bangku sekolah dengan mudah. Sekolahnya mudah dijangkau dan fasilitasnya lengkap. Orang yang terbelakang tidak bisa sekolah karena tidak punya biaya. Mereka bahkan harus bekerja membantu orang tuanya agar tetap bisa makan. Ada pula yang kesulitan untuk bisa sekolah karena tempatnya yang jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Itupun sekolahnya juga masih sangat sederhana. Fasilitasnya juga masih sangat terbatas.
Di negara kita ternyata masih banyak orang yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf. Hal ini antara lain disebabkan oleh kemalasan, biaya pendidikan yang tinggi dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Orang yang mampu beruntung bisa menikmati bangku sekolah dengan mudah. Sekolahnya mudah dijangkau dan fasilitasnya lengkap. Orang yang terbelakang tidak bisa sekolah karena tidak punya biaya. Mereka bahkan harus bekerja membantu orang tuanya agar tetap bisa makan. Ada pula yang kesulitan untuk bisa sekolah karena tempatnya yang jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Itupun sekolahnya juga masih sangat sederhana. Fasilitasnya juga masih sangat terbatas.
2. Pengangguran
Pengangguran
adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan.
Jumlah pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak
dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Selain itu para pengusaha dihadapkan pada
persoalan kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak yang mahal. Hal
itu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau setidaknya
mengurangi jumlah karyawannya. Kita bisa membayangkan jika orang tua tidak lagi
bekerja dan tidak punya penghasilan. Apa yang akan terjadi. Tentunya keluarga
akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup baik makan, pakaian, biaya sekolah
serta kebutuhan yang lainnya. Itulah sebabnya pengangguran dapat menimbulkan
permasalahan sosial lainnya. Seperti kejahatan, perjudian,
kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri.
Kejahatan
sering disebut sebagai tindak kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum.
Kemiskinan dapat menyebabkan tindak kejahatan. Jika tidak dilandasi keimanan
dan akal sehat, penganggur mengambil jalan pintas untuk mengatasi
kemiskinannya. Banyak cara keliru yang dijalani misalnya melakukan judi,
penipuan, pencurian, pencopetan, perampokan hingga pada pembunuhan. Yang stress
dan tidak kuat bisa kemudian minum-minuman keras atau memakai narkoba.
Pertikaian
bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah paham, emosi yang tidak
terkendali atau karena memperebutkan sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat
berupa suatu prinsip, seseorang atau suatu barang. Pertikaian dapat terjadi di
dalam suatu keluarga atau di masyarakat. Pertikaian yang tidak segera
diselesaikan bisa berakibat fatal. Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan
korban jiwa. Masyarakat yang didalamnya terdapat pertikaian atau konflik
menyebabkan suasana tidak aman dan nyaman. Pertikaian yang terjadi di keluarga
juga dapat menyebabkan suasana tidak tenang dan tenteram.
Setelah
kita cermati, berbagai masalah sosial yang ada, ternyata banyak yang saling
berkaitan. Masalah sosial yang satu menjadi penyebab munculnya masalah sosial
lainnya. Bahkan ada yang saling timbal balik. Misalnya orang bisa bodoh karena
tidak punya biaya atau miskin. Dan orang yang miskin juga bisa karena bodoh.
Biasanya penyandang masalah sosial tidak hanya memiliki satu masalah. Masalah
sosial dapat membentuk lingkaran masalah yang rumit sehingga juga sulit
dipecahkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut ini.
3.3
Penyelesaian dari Masalah Sosial
Penanganan
kemiskinan dapat dikategorikan ke dalam beberapa strategi, diantaranya :
1. Strategi
kedaruratan. Misalnya, bantuan uang, barang dan tenaga bagi korban bencana
alam.
2. Strategi
kesementaraan atau residual. Misalnya, bantuan stimulant untuk usaha-usaha
ekonomis produktif.
3. Strategi
pemberdayaan. Misalnya, program pelatihan dan pembinaan keluarga muda mandiri,
pembinaan partisipasi sosial masyarakat, pembinaan anak dan remaja.
4. Strategi
“penanganan bagian yang hilang”. Strategi yang oleh Caroline Moser disebut
sebagai “the missing piece strategy” ini meliputi program-program yang dianggap
dapat memutuskan rantai kemiskinan melalui penanganan salah satu aspek kunci
kemiskinan yang kalau “disentuh” akan membawa dampak pada aspek-aspek lainnya.
Misalnya, pemberian kredit, program KUBE (kelompok usaha bersama)
Mengatasi
masalah sosial bukanlah perkara yang mudah. Pemerintah selalu berusaha
mengatasi berbagai masalah sosial dengan melibatkan peran serta tokoh
masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua adat, lembaga-lembaga sosial dan
lain-lainya. Kamu pun sebenarnya dapat berperan serta dalam mengatasi masalah
sosial tersebut. Tentu saja sesuai dengan kemampuanmu masing-masing. Berikut
ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi
permasalahan sosial:
Kartu
Askes (Asuransi Kesehatan) diberikan kepada keluarga miskin. Kartu Askes kadang
disebut Askeskin (Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin). Dengan kartu Askes.
keluarga miskin dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan
atau gratis.
Raskin
merupakan program pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan
harga yang sangat murah. Dengan raskin diharapkan masyarakat yang termasuk
keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan pangannya.
BOS
diberikan kepada siswa-siswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat
SLTA. Tujuannya untuk meringankan biaya pendidikan. Sekarang juga sudah dilakukan
program BOS buku. Yakni program penyediaan buku pelajaran bagi siswa sekolah.
Dengan BOS buku diharapkan orang tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku
pelajaran untuk anaknya yang sekolah.
Sekolah
terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya tidak terlalu padat dan
terikat. Sekolah terbuka diperuntukkan bagai siswa yang kurang mampu. Dengan
sekolah terbuka siswanya dapat sekolah meskipun sudah bekerja.
Pendidikan
luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti menjahit, perbengkelan
ataupun komputer. Pemerintah mengadakan program
pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan.
pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan.
BTL
diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan. BTL merupakan
dana kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM).
Minyak (BBM).
Bantuan
modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang akan mengembangkan atau
memulai suatu usaha. Biasanya untuk usaha kecil dan menengah. Bantuan modal
usaha ini adalah dalam rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.
Selain
berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga pihak-pihak lain yang juga turut
membantu mengatasi masalah sosial, antara lain:
1. Menjadi
orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.
2. Para
tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral dalam menghadapi
masalah sosial.
3. Para
pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain memberikan bantuan,
beasiswa, modal usaha, penyuluhan, dan pendidikan.
4. Lembaga-lembaga
dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO memberikan bantuan kepada pemerintah
Indonesia untuk mengatasi masalah sosial.
5. Organisasi
pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid mendidik dan mengarahkan para
pemuda putus sekolah untuk berkarya. Sehingga ikut mengatasi masalah
pengangguran.
6. Perguruan
tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan
berbagaipenyuluhan, bakti sosial ataupun melatih keterampilan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Masalah
kemiskinan adalah masalah kita bersama. Sebagai masalah sosial, kemiskinan
harus segera diatasi. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi masalah
kemiskinan. Tidak hanya tanggung jawab pemerintah, masalah kemiskinana juga
tanggung jawab kita bersama. Untuk mengatasi masalah ini, seharusnya pemerintah
dan masyarakat saling bekerja sama. Pemerintah jangan hanya memberi bantuan
berupa uang tunai atau bahan makanan saja. Namun juga memberi pengarahan dan
pembekalan atau ketrampilan tertentu untuk masyarakat miskin, agar dapat
memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk bekerja tanpa dipungut biaya. Sehingga
mampu bekerja dan menghidupi keluarga tanpa menggantungkan hidupnya pada
pemerintah. Untuk masyarakat sendiri diharapkan mampu melaksanakan program
tersebut dengan sungguh-sungguh dan meningkatkan etos kerja. Sehingga tujuan
utama dari program pengentasan kemiskinan yang sudah lama melanda sebagian
masyarakat dapat teratasi. Dan masalah kemiskinan akan dapat berkurang bahkan
hilang sama sekali.
4.2
Saran
Dengan
adanya kemiskinan, khususnya yang banyak dialami oleh negara berkembang,
termasuk Indonesia banyak aspek yang harus diperbaiki. Di dalam pembahasan
makalah ini, penulis telah memberi contoh cara untuk mengatasi kemiskinan
sebagai masalah sosial. Peran pemerintah sangatlah penting dalam tujuan untuk
mengatasi kemiskinan, namun upaya pemerintah tidaklah berarti apabila tidak
diimbangi oleh etos kerja masyarakat itu sendiri. Maka kerjasma antara
pemerintah dan masyarakat ataupun individu haruslah terjalin dengan baik.
Sehingga tujuan utama dari program pengentasan kemiskinan yang sudah lama
melanda sebagian masyarakat dapat teratasi. Dan masalah kemiskinan akan dapat
berkurang bahkan hilang sama sekali.
Selain
itu, karena kemiskinan dapat menimbulkan masalah lain seperti rendahnya tingkat
kesehatan dan pendidikan, maka perintah juga harus segera mengatasi masalah
tersebut. Agar masyarakat miskin tidak merasa terus-terusan sengasara. Dan
diharapkan dengan adanya peningkatan kesehatan dan pendidikan, masyarakat
miskin mampu meningkatkan taraf hidupnya sendiri dan mampu bangkit dari
kemiskinan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soekanto, Soerjono.
2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Gilbert, Alan dan Josef
Gugler. 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta :
Tiara Wacana Yogya.
Hardati, Puji.
2007. Pengantar Ilmu Sosial. Semarang: FIS Universitas Negeri
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar