BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973).
Pada
masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai
dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu
perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu (Ekowarni,
1993). Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang
kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya
berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar
aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan
remaja.
1.2 . Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
1.
Bagaimana keluarga dan peranannnya dalam pembentukan kepribadian anak?
2.
Bagaimana definisi kenakalan remaja dan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi
terjadinya kenakalan remaja?
3.
Bagaimana pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas penyusunan karya
tulis ini bertujuan sebagai berikut:
1.
Menjelaskan bagaimana keluarga dan peranannnya dalam pembentukan kepribadian
anak.
2.
Menjelaskan bagaimana definisi kenakalan remaja dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
terjadinya kenakalan remaja.
3.
Mengetahui bagaimana pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja.
1.4
Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis mempergunakan metode
kepustakaan atau literatur. Yaitu metode penelitian dengan cara mengumpulkan
data yang bersumber dari media buku, Koran, artikel dan situs atau web
internet.
BAB
II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Keluarga
2.1.1
Pengertian Keluarga
Keluarga
adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai
satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan
darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah
yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga .
Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu
Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu
Ø Keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan,
1986).
Ø Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang
lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).
Ø
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2.1.2 Fungsi Keluarga
Terdapat 5 fungsi keluarga
dalam tatanan masyarakat, yaitu :
a. Fungsi Biologis
Ø
Untuk meneruskan keturunan
Ø
Memelihara dan membesarkan anak
Ø
Memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi
Ø
Merawat dan melindungi kesehatan para anggotanya
Ø
Memberi kesempatan untuk berekreasi
b. Fungsi
Psikologis
Ø
Identitas keluarga serta rasa aman dan kasih sayang
Ø
Pendewasaan kepribadian bagi para anggotanya
Ø
Perlindungan secara psikologis
Ø
Mengadakan hubungan keluarga dengan keluarga lain atau
masyarakat
c. Fungsi Sosial Budaya
atau Sosiologi
Ø
Meneruskan nilai-nilai budaya
Ø
Sosialisasi
Ø
Pembentukan noema-norma, tingkah laku pada tiap tahap
perkembangan anak serta kehidupan keluarga
d. Fungsi Sosial
Ø
Mencari sumber-sumber untuk memenuhi fungsi lainnya
Ø
Pembagian sumber-sumber tersebut untuk pengeluaran atau tabungan
Ø
Pengaturan ekonomi atau keuangan
e. Fungsi Pendidikan
Ø
Penanaman keterampilan, tingkah laku dan pengetahuan dalam
hubungan dengan fungsi-fungsi lain.
Ø
Persiapan untuk kehidupan dewasa.
Ø
Memenuhi peranan sehingga anggota keluarga yang dewasa
2.2 Pengertian Kenakalan Remaja
Juvenile delinquency ( kenakalan remaja )
ialah perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda
merupakan patologis secara sosial pada anak-anak dan remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan
Remaja adalah :
Ø Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana,seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
Ø Semua
perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
Ø Semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Kenakalan
remaja sudah menjadi masalah di semua negara. Setiap
tahun tingkat kenakalan remaja ini menunjukan peningkatan, sehingga
mengakibatkan terjadinya problema sosial. Lingkungan sangat berpengaruh besar
dalam pembentukan jiwa remaja. Bagi remaja yang ternyata salah memilih tempat
atau kawan dalam bergaulnya. Maka yang akan terjadi kemudian adalah berdampak
negatif terhadap perkembangan pribadinya.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
. Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Keluarga
merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah
keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat
mempengaruhi perlakuan.Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar
dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada
pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian.
Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupan.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupan.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Faktor-faktor
(genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa
menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing-masing
saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang
sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lainnya harus
dipertekankan lebih keras.
Konteks kepribadian yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan positif dalam bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak. Kedua orang tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya.
Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri .
Konteks kepribadian yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan positif dalam bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak. Kedua orang tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya.
Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri .
3.2 Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja secara umum
dapat dikelompokan ke dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor
Intern
a) Faktor
Kepribadian
Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada system psikosomatis dalam individu yang turut menentukan
caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya
disebut karakter psikisnya). Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa
yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk
menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena
belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya
kenakalan remaja atau perilaku menyimpang.
b) Faktor
Kondisi Fisik
Faktor ini dapat mencakup segi cacat atau tidaknya secara fisik
dan segi jenis kelamin. Ada suatu teori yang menjelaskan adanya kaitan
antara cacat tubuh dengan tindakan menyimpang (meskipun teori ini belum teruji
secara baik dalam kenyataan hidup). Menurut teori ini, seseorang yang
sedang mengalami cacat fisik cenderung mempunyai rasa kecewa terhadap kondisi
hidupnya. Kekecewaan tersebut apabila tidak disertai dengan pemberian bimbingan
akan menyebabkan si penderita cenderung berbuat melanggar tatanan hidup bersama
sebagai perwujudan kekecewaan akan kondisi tubuhnya.
c) Faktor
Status dan Peranannya di Masyarakat
Seseorang anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang
berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara),
sering kali pada saat kembali ke masyarakat status atau sebutan “eks
narapidana” yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan sehingga anak
tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hukum karena meresa tertolak
dan terasingkan.
2. Faktor
Ekstern
a. Kondisi Lingkungan Keluarga
Khususnya di kota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang
orang tuanya disibukan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin
karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang. Kondisi
orang tua yang lebih mementingkan karier daripada perhatian kepada anaknya akan
menyebabkan munculnya perilaku menyimpang terhadap anaknya. Kasus kenakalan
remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena kurangnya kebutuhan materi
melainkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya.
b. Kontak
Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik atau Kurang Efektif
Apabila system pengawasan lembaga-lembaga sosial masyarakat
terhadap pola perilaku anak muda sekarang kurang berjalan dengan baik, akan
memunculkan tindakan penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku.
Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang menyimpang dari hukum
atau norma yang berlaku, seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar,
tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap
kurang tegas dalam menangani tindakan penyimpangan perilaku ini akan semankin
meningkatkan kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.
c. Kondisi Geografis atau Kondisi Fisik
Alam
Kondisi alam yang gersang, kering, dan tandus, dapat juga
menyebabkan terjadinya tindakan yang menyimpang dari aturan norma yang berlaku,
lebih-lebih apabila individunya bermental negative. Misalnya, melakukan
tindakan pencurian dan mengganggu ketertiban umum, atau konflik yang bermotif
memperebutkan kepentingan
ekonomi.
d. Faktor
Kesenjangan Ekonomi dan Disintegrasi Politik
Kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin akan mudah
memunculkan kecemburuan sosial dan bentuk kecemburuan sosial ini bisa
mewujudkan tindakan perusakan, pencurian, dan perampokan. Disintegrasi politik
(antara lain terjadinya konflik antar partai politik atau terjadinya peperangan
antar kelompok dan perang saudara) dapat mempengaruhi jiwa remaja yang kemudian
bisa menimbulkan tindakan-tindakan menyimpang.
e. Faktor Perubahan Sosial Budaya yang
Begitu Cepat (Revolusi)
Perkembangan teknologi di berbagai bidang khususnya dalam
teknologi komunikasi dan hiburan yang mempercepat arus budaya asing yang masuk
akan banyak mempengaruhi pola tingkah laku anak menjadi kurang baik,
lebih-lebih anak tersebut belum siap mental dan akhlaknya, atau wawasan
agamanya masih rendah sehingga mudah berbuat hal-hal yang menyimpang dari
tatanan nilai-nilai dan norma yang berlaku.
3.3 Pengaruh Keluarga
terhadap Kenakalan Remaja
Pengaruh keluarga yang
bisa menyebabkan kenakalan remaja adalah :
1. Keluarga yang Broken
Home
Masa remaja adalah masa
yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke
masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula
remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit
dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan
dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau
keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi
pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja
sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang
kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa
kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah
tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan
sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan
menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar
kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali
batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.
Penyebab timbulnya
keluarga yang broken home antara lain:
a. Orang tua yang
bercerai
Perceraian menunjukkan
suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa
kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan
tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian
hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang,
masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi
terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan
keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada
pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada
rasa kebertautan yang intim lagi.
b. Kebudayaan bisu dalam
keluarga
Kebudayaan bisu ditandai
oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang
muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang
saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan
bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling
mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja.
Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan
rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan
dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau
sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak
mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih
baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan
kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang
sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa
kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri
sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya
anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian
orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh
kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal
dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda
mati.
c. Perang dingin dalam
keluarga
Dapat dikatakan perang
dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin
selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan
kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena
suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya
mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.
2. Pendidikan yang salah
a. Sikap memanjakan anak
Keluarga mempunyai
peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab
keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai
fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga
menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara
bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula
pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak.
Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak
itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan
kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan
citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik
bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah
memanjakan anak. Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat
berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih
sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan
kekecewaan anak pada orang taunya dan akan merasa iri hati dengan saudara
kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap orang
tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan.
b. Anak tidak diberikan
pendidikan agama
Hal ini dapat terjadi
bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di
rumah atau orang tua mau memberikan pendidikan agama dan mencarikan guru agama
tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak yang tidak dapat mengikuti
pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama.
Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan
keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan
remaja.
3. Anak yang ditolak
Penolakan anak biasanya
dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara psikis. Misalkan mereka
mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan. Sering
pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari
saudara yang menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan
keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa
diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah sekali mengembangkan pola
penyesalan, kebencian, dan agresif.
Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari
keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di
dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua
sikap bicara yaitu:
1. Sikap atau cara yang
bersifat preventif
Yaitu perbuatan/tindakan
orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada
perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang
bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan
sebagai berikut :
a. Menanamkan rasa
disiplin dari ayah terhadap anak.
b. Memberikan pengawasan
dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c. Pencurahan kasih
sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. Menjaga agar tetap
terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
Disamping keempat hal
yang diatas maka hendaknya diadakan pula:
a. Pendidikan agama
untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b. Penyaluran bakat si
anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.
c. Rekreasi yang sehat
sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Sikap atau cara yang bersifat represif
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam
kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak
seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam
diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak
orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya
mengambil sikap sebagai berikut :
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah
diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah
kenakalan yang menimpa anaknya.
c.
Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi
perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d.
Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
4.1 . Kesimpulan
Jelaslah bahwa kenakalan remaja sangat dipengaruhi oleh keluarga
walaupun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Faktor keluarga sangatlah
penting karena merupakan lingkungan pertama, lingkungan primer. Apabila
lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu menglami hal-hal yang telah disebutkan
diatas seperti keluarga broken home yang disebabkan perceraian, kebudayaan
bisu, dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan berpengaruh kepada anak
yang dapat menimbulkan kenakalan remaja. Bagaimanapun kenakalan remaja harus
dilakukan pengendalian karena apabila berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan
pada kehidupannya pada masa yang akan datang. Selain dari pihak keluarga
pengendalian kenakalan remaja juga harus dilakukan dari lingkungan remaja
tersebut.
4.2 . Saran
Disarankan kepada orang tua untuk dapat menjaga hubungan yang
hangat dalam keluarga dengan cara saling menghargai, pengertian, dan penuh
kasih sayang serta tidak bertengkar di depan anak, sehingga dapat dipersepsi
anak sebagai keluarga yang harmonis. Selain keluarga, pihak sekolah juga
disarankan agar dapat membantu remaja untuk mengenali potensi-potensi yang
dimiliki agar dapat meningkatkan konsep diri remaja, serta dapat meminimalisir
penggunaan kata-kata atau sikap yang dapat menurunkan konsep diri remaja.
DAFTAR
PUSTAKA
bawor.blogspot.com/2009/05/pengaruh-keluarga-terhadap-kenakalan.html
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-keluarga-luas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar