BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta
nilai kualitas jasa sangat ditentukan oleh tingkat kepentingan maupun kepuasan
pelanggan sebagai pemakainya. Pelayanan yang kurang memuaskan akan menyebabkan
berkurangnya konsumen atau bahkan hilang
karena konsumen berpindah ke jasa layanan lain. Hal ini merupakan tantangan
besar bagi perusahaan dalam membangun citra perusahaan yang tidak hanya mampu
membuat dan membangun tapi juga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan. Oleh
sebab itu perusahaan perlu mengetahui perilaku pelanggan dalam membeli,
menggunakan dan mengevaluasi jasa dalam rangka pemenuhan dan pemuasan
kebutuhan.
Setiap perusahaan memiliki tantangan
untuk tetap mempertahankan usahanya antara lain bagaimana menjaga kualitas
pelayanan agar dapat bersaing dengan produk serupa dan juga produk pengganti
lainnya yang saat ini semakin banyak bermunculan. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam menjaga kualitas pelayanan yaitu dengan memberikan pelayanan
yang memuaskan, sesuai dengan atau melebihi harapan pelanggan. Sehingga
dirasakan sangat penting untuk mengetahui pelayanan yang diharapkan oleh
pelanggan.
Bila ditinjau dari sudut pandang
perusahaan, salah satu cara yang efektif dalam melakukan diferensiasi adalah
melalui jasa atau pelayanan yang diberikan. Hal ini membawa perubahan yang
cukup mendasar dalam bisnis utama suatu perusahaan. Sebagai contoh, semakin
banyaknya bisnis utama restoran bergeser dari sekedar menyediakan segala macam
makanan untuk dijual, menjadi usaha melayani dan memuaskan rasa lapar pelanggan
dengan disertai usaha menyediakan suasana yang kondusif bagi pelanggan untuk
menikmati hidangan. Bahkan tidak jarang pula di restoran disajikan pula hiburan
musik.
Analisis mengenai tingkat kepuasan
pelanggan ini nantinya dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan strategi
dan program pemasaran yang relevan pada situasi dan kondisi saat ini. Konsep
strategi yang baik membutuhkan perumusan masalah yang berlandaskan kepada
wawasan yang lebih luas.
Manajemen pemasaran mengenal konsep
bauran pemasaran (Marketing Mix) sebagai variabel-variabel keputusan yang dapat
dikendalikan oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Di dalam konsep
bauran pemasaran (Marketing Mix) terdapat 7 variabel yaitu produk (product),
harga (price), promosi (promotion) dan tempat (place), proses
(process),personil (personil), dan fasilitas fisik (physical facility).
Analisis tingkat kepuasan pelanggan
memberikan landasan yang baik untuk memahami dan memanfaatkan lebih efektif
lagi konsep dan metode-metode pemasaran produk bagi strategi dan program
pemasaran. Strategi dan program pemasaran diperlukan untuk mengatasi
permasalahan pemasaran yang kompleks melalui pendekatan terhadap sistem nyata
di dalam perusahaan.
I.2 Perumusan Masalah
Dalam memberikan pelayanan seringkali
terjadi perbedaan kualitas antara yang diberikan suatu perusahaan yang
diharapkan oleh pelanggan. Besarnya perbedaan kualitas tersebut tergantung dari
seberapa besar perusahaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggannya serta tergantung pada perilaku pelanggan dalam membeli,
menggunakan dan mengevaluasi jasa yang diberikan.
Sejalan dengan pandangan pelanggan
terhadap pelayanan sebuah perusahaan dikaitkan dengan penjelasan latar belakang
di atas dapat dirumuskan hal-hal yang akan dijadikan acuan dalam pembuatan
makalah ini, yaitu :
1. Pemasaran
2. Konsep
Pemasaran
3. Strategi
Pemasaran
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
lebih memahami pengertian dan konsep pemasaran
2. Untuk
lebih mempelajari manajemen pemasaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemasaran
Secara umum, pemasaran cenderung
didefinisikan sebagai proses distribusi barang atau jasa yang dihasilkan suatu
perusahaan atau koorporat kepada konsumen. Perhatikan difinisi-definisi berikut
:
1. Pengertian
Pemasaran Menurut H. Nystrom
Pemasaran
merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke
tangan konsumen.
2. Pengertian
Pemasaran Menurut Philip dan Duncan
Pemasaran
yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk
menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen.
3. Pengertian
Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Merketing
Association
Pemasaran
adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang
dan jasa dari produsen ke konsumen.
4. Pengertian
Pemasaran Menurut Wilkipedia
Pemasaran
adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi,
segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan keinginan
manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran.
Pemasaran
dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi
keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi
kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan
terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga
ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air merek Aqua yang bersih
dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botol yang sesuai dengan kebutuhan
dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa.
Proses
dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep
pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price),
pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang
bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki
pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat
tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen
yang dituju. Jika kita tilik pengertian di atas, maka pemasaran hanya diartikan
sebagai kegiatan mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen. Dengan
pengertian seperti itu menjadi tak ada bedanya antara pemasaran dan penjualan.
Hingga
saat ini masih banyak orang, termasuk beberapa eksekutif, belum bisa memahami
perbedaan antara pemasaran dengan penjualan. Padahal, sesungguhnya kedua
istilah tersebut memiliki konsep yang berbeda.
Dalam
konsep penjualan, suatu perusahaan meluncurkan produk baru. Setelah itu,
perusahaan tersebut menggunakan segala methoda penjualan untuk merayu konsumen
agar membeli produk tersebut. Setelah konsumen terbujuk, diharapkan mereka mau
membeli produk tersebut sehingga perusahaan memperoleh laba. Jadi, dalam konsep
penjualan, perusahaan mengarahkan permintaan konsumen agar sesuai dengan produk
yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan konsep pemasaran. Di dalam konsep
pemasaran, langkah perusahaan diawali dengan penjajakan untuk mengetahui apa yang
diinginkan atau dibutuhkan konsumen. Kemudian, perusahaan tersebut
mengembangkan sebuah produk yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan
konsumen, dari sini perusahaan mendapatkan laba. Di sini, perusahaan
menyesuaikan produk mereka untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen.
2.2
Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran
adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju
dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan.Titik berat diletakkan pada
penawaran perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut
serta menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif
untuk memberitahu, mendorong, serta melayani pasar.Jadi, manajemen pemasaran
dirumuskan sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan.Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan, baik
yang menyangkut barang dan jasa, atau benda-benda lain yang dapat memenuhi
kebutuhan psikologis, sosial dan kebudayaan. Proses pertukaran dapat
ditimbulkan baik oleh penjual, maupun pembeli yang menguntungkan kedua belah
pihak. Penentuan produk, harga, promosi dan tempat untuk mencapai tanggapan
yang efektif disesuaikan dengan sikap dari perilaku konsumen, dan sebaliknya
sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai
dengan produk yang ditawarkan perusahaan.
Perbedaan Orientasi Produksi,
Orientasi Penjualan, dan Orientasi Pemasaran
Sebagaimana
diuraikan sebelumnya, aktivitas pemasaran ibarat jantung kehidupan bagi sebuah
perusahaan. Oleh karena itu, semakin hari semakin banyak perusahaan menganut
konsep pemasaran dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Namun, sebagaimana halnya
konsep lainnya, konsep pemasaran ini harus diaplikasikan dengan sungguh-sungguh
supaya diperoleh manfaatnya secara maksimal. Tanpa itu, ia akan menjadi
pembicaraan yang tanpa arti bagi suatu perusahaan bisnis. Dalam pernyataan ini
terkandung makna bahwa : (1) Kegiatan pemasaran harus dikoordinasikan secara
menyeluruh dengan pihak-pihak lain dan dikelola secara sungguh-sungguh; (2)
Eksekutif pemasaran harus selalu terlibat dan berperan maksimal dalam
perencanaan perusahaan. Jika kedua item tersebut mulai diterapkan dalam sebuah perusahaan,
maka bisa dikatakan bahwa manajemen pemasaran mulai berkembang di dalam
perusahaan tersebut. Jadi, manajemen pemasaran adalah konsep pemasaran dalam
tingkat nyata.
Terdapat
3 tahap perkembangan, dan tahap yang keempat sekarang sedang muncul. Meskipun
demikian, banyak perusahaan masih berada pada tingkat awal dalam menerapkan
konsep pemasaran. Hanya beberapa perusahaan saja yang telah menerapkan
tahap-tahap mutakhir dari perkembangan filsafat dan praktek pemasaran.Ada pun
tahap-tahap perkembangan atau evolusi manajemen pemasaran adalah sebagai
berikut :
1. Tahap
Orientasi Produksi
Pada
tahap awal ini, sebuah perusahaan biasanya berorientasi ke bidang produksi.
Perencanaan perusahaan dibuat oleh eksekutif produksi dan departemen tehnik.
Peran dari bidang atau departemen penjualan hanyalah sekadar menjual produk
yang dihasilkan oleh bagian produksi dan keuangan. Tahap ini sering disebut
sebagai tahap “perangkap tikus” yang lebih baik. Asumsi yang mendasari ialah
asal produk bermutu baik dan harga yang wajar, produk pasti laku dijual. Tidak
dibutuhkan upaya pemasaran untuk membujuk orang membeli produk yang
ditawarkan.Dalam tahap ini, perusahaan belum mengakui departemen pemasaran.
Yang ada adalah departemen penjualan yang dipimpin oleh manajer penjualan yang
bertugas mengelola tenaga penjualan. Hal semacam ini mendominasi berbagai
perusahaan di dunia hingga tahun 1930-an.
2.
Tahap Orientasi Penjualan
Depresi
perekonomian dunia memberi sebuah pelajaran berharga bahwa masalah utama dalam
ekonomi adalah bukanlah memproduksi berbagai produk secara cukup. Tetapi yang
menjadi masalah adalah bagaimana menjual produk-produk tersebut. Hanya
memproduksi “perangkap tikus” yang lebih baik tidak menjamin keberhasilan
perusahaan dalam menguasai pasar. Untuk menguasai pasar, harus dilakukan
promosi yang memadai. Dengan promosi yang memadai, penjualan produk secara
besar-besaran akan bisa dicapai. Dalam tahap ini, penjualan dan pengelolaannya
memperoleh pengakuan dan tanggung-jawab baru dalam perusahaan.Akan tetapi, di
samping memperoleh pengakuan yang tinggi, pada tahap ini penjualan memperoleh
reputasi yang buruk. Jaman ini dikenal sebagai jaman “menjual keras”. Hal ini
digambarkan dengan para sales yang mendatangi rumah ke rumah ( door to door ).
Dengan perilaku ini menyebabkan calon konsumen “terpaksa harus membeli” produk
yang ditawarkan para sales tersebut. Konsep “menjual keras” ini tidak hanya
dilakukan oleh bisnis korporat saja, tetapi organisasi-organisasi non bisnis
juga menggunakan konsep ini. Akibatnya, konsep “penjualan keras” ini banyak
menuai kritik dan kecaman. Bahkan pekerjaan sebagai sales banyak mendapat
pandangan negatif.
Pada
tahap penjualan ini, terjadi dua perubahan penting dalam pengelolaan organisasi
bisnis. Pertama, semua aktivitas pemasaran seperti periklanan dan riset
pemasaran biasanya dipimpin oleh manajer penjualan atau wakil direktur bidang
penjualan. Kedua, kegiatan seperti pelatihan dan analisis penjualan yang
sebelumnya ditangani oleh departemen lain sekarang dikelola oleh departemen
penjualan. Secara umum tahap ini berjalan dari tahun 1930-an sampai tahun
1950-an.
3.
Tahap Orientasi Pemasaran
Pada
tahap ketiga ini, perusahaan-perusahaan menganut konsep manajemen pemasaran
yang terkoordinir dan diarahkan untuk mencapai tujuan ganda : orientasi
konsumen dan volume penjualan yang menguntungkan. Perhatian ditujukan ke
pemasaran, bukan ke penjualan. Eksekutif puncaknya disebut sebagai manajer
pemasaran atau wakil direktur pemasaran. Dalam tahap ini beberapa aktivitas
yang biasanya dikelola oleh eksekutif departemen lain, kini menjadi
tanggung-jawab manajer pemasaran. Misalnya aktivitas pengendalian sediaan,
pergudangan dan aspek-aspek perencanaan produk. Para manajer pemasaran
dilibatkan sejak tahap awal dari daur produksi. Dengan pelibatan sejak awal ini
diharapkan mereka dapat mengintegrasikan pemasaran ke dalam setiap tahap dari
aktivitas perusahaan. Pemasaran harus mempengaruhi semua kebijakan perusahaan,
baik yang jangka pendek maupun yang jangka panjang.
Penerapan
konsep pemasaran ini akan berhasil hanya bila mendapat dukungan dari manajemen
puncak. Pasalnya, “hanya manajemen puncaklah yang bisa menyediakan iklim,
disiplin, dan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk sebuah program pemasaran yang
berhasil,” demikian ungkap seorang eksekutif Chase Bank. Bahkan, seorang
eksekutif puncak pemasaran di International Mineral and Chemical Coorporation
memperingatkan :”Sebuah perusahaan tidak dapat menjadi sadar konsumen hanya
karena keputusan dan perintah. Karena semua organisasi cenderung mencontoh
pemimpinnya, sehingga penting untuk seorang pemimpin bisnis menjadi
sadar-konsumen....Dia akan dapat mengembangkan suasana, atmosfir dan semangat
kesatuan yang memantulkan citra bahwa konsumen adalah raja di perusahaan kami,
dan gagasan ini meresap ke seluruh bagian dalam perusahaan”.
Dewasa
ini sebagian besar perusahaan besar, terutama perusahaan multi nasional, berada
pada tahap ini. Mereka telah mengadopsi konsep pemasaran untuk menjalankan
usaha bisnisnya. Burouhgs Coorporation menunjukkan citra perusahaan yang telah
sepenuhnya menerapkan konsep pemasaran. Dia berkata,”Setiap perusahaan yang
bukan merupakan organisasi pemasaran tidak dapat dikatakan sebagai perusahaan.”
Presiden Direktur Pepsi Cola berkata,”Bisnis kita adalah bisnis pemasaran”.
2.3 Fungsi Pemasaran
Dengan adanya pemasaran konsumen tidak
perlu lagi memenuhi kebutuhan pribadi secara sendiri-sendiri dengan melakukan
pertukaran antara konsumen dengan pelaku pemasaran sehingga akan ada banyak
waktu konsumen untuk kegiatan yang dikuasai atau disukai.Fungsi-Fungsi
Pemasaran :
1. Fungsi
Pertukaran
Dengan
pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan menukar uang
dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk (barter) untuk dipakai
sendiri atau untuk dijual kembali.
2. Fungsi
Distribusi Fisik
Distribusi
fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk.
Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara
baik melalui air, darat, udara, dsb. Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan
produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan.
3. Fungsi
Perantara
Untuk
menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat dilakukan
pelalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan
distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain seperti pengurangan
resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi / penggolongan
produk
2.4 Konsep Pemasaran
2.4.1 Definisi Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah konsep dimana
perusahaan atau produsen harus memberikan produk atau jasa ataupun pelayanan
yang diinginkan pelanggan yang ada ataupun pelanggan potensial untuk
mendatangkan keuntungan.Pemasar adalah orang yang mencari sumberdaya dari orang
lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau salah satu pihak
lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah
pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli. Dari konsep inti pemasaran maka,
ada lima konsep pemasaran yang mendasari cara organisasi melakukan kegiatan
pemasarannya.
a.
Konsep Pemasaran Berwawasan
Produksi
Konsep
ini adalah salah satu konsep tertua, yaitu akan memilih produk yang mullah
didapat dan murah harganya. Dalam hal ini memusatkan perhatiannya untuk
mencapai efisiensi produksi yang tinggi serta cakupan distribusi yang luas.
Konsep ini dapat dijalankan apabila permintaan produk melebihi penawarannya dan
dimana biaya produk tersebut sangat tingi. Kelemahan konsep pemasaran ini
adalah pelayanan tidak ramah dan buruk.
b. Konsep
Pemasaran Berwawasan Produk
Konsep
ini berpendapat bahwa pelanggan akan memilih produk yang menawarkan mutu,
kinerja terbaik dan inovatif dalam hal ini memuaskan perhatian untuk membuat
produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya. Industri yang berwawasan
ini cenderung tidak memperhatikan keinginan dan kebutuhan dari pelanggan,
sehingga divisi pemasaran akan mengalami kesulitan dalam pemasaran.
c. Konsep
Pemasaran Berwawasan Menjual
Konsep
ini berpendapat bahwa kalau pelanggan dibiarkan saja, pelanggan tidak akan
membeli produk industri dalam jumlah cukup sehingga harus melakukan usaha
penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa pelanggan
enggan membeli dan harus didorong supaya membeli. Konsep ini sering digunakan
pada " Produk yang tidak dicari" atau tidak terpikir untuk dibeli
serta pada industri yang mengalami kelebihan kapasitas produksi.
d. Konsep
Pemasaran Berwawasan Pemasaran
Konsep
ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan industri terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya. Konsep
berwawasan pemasaran bersandar pada empat pilar utama, yaitu :
(1)
pasar sasaran,
(2)
kebutuhan pelanggan,
(3)
pemasaran yang terkoordinir serta
(4)
keuntungan.
Konsep
ini telah dinyatakan dalam banyak cara
a. Memenuhi
kebutuhan dengan menguntungkan
b. Temukan
keinginan dan penuhilah
c. Cintailah
pelanggan bukan produknya
d. Dapatkanlah
sesuai kesukaan anda
e. Berusaha
sekuat tenaga memberikan nilai, mutu dan kepuasan tertinggi bagi uang
pelanggan.
e.
Konsep Pemasaran Berwawasan Bermasyarakat
Konsep
ini beranggapan bahwa tugas industri adalah menentukan kebutuhkan, keinginan
serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih
efisien daripada saingannya dengan cara mempertahankan atau meningkatkan
kesejahteraan pelanggan dan masyarakat. Konsep pemasaran bermasyarakat meminta
pemasar untuk menyeimbangkan tiga faktor dalam menentukan kebijaksanaan
pemasaran, yaitu
1. keuntungan
industri jangka pendek,
2. kepuasan
pelanggan jangka panjang dan
3. kepentingan
umum dalam pengambilan keputusan.
Dalam
sejarah, konsep pemasaran ada 3 era yang dapat dijelaskan berikut ini :
1.
Era Produksi (prodiction era)
a. Fokus
produsen atau berkonsentrasi pada produksi.
b. Jenis
market adalah seller’s market (pasar penjual) dimana permintaan (demand) barang
atau jasa lebihbesardaripada penawaran (supply), sehingga memicu adanya
produksi masal dan pada akhirnya penawaran lebih besar daripada permintaan.
Atau menjadi jenis pasar pembeli (buyer’s market).
2.
Era Penjualan (sales era)
Karena penawaran lebih besar dari pada
permintaan, maka focus pemasaran adalah menjual.
3.
Era Pemasaran (marketing era)
a. Produsen
lebih fokus kepada pasar atau berorientasi pada pelanggan (consumer orented).
b. Sehingga
produsi barang atau jasa disesuaikan dengan keinginan konsumen.
c. Contohnya
pelayanan deliveri dan drive through only untuk pembelian hamburger, yang
memanjakan konsumen.
2.4.2 Segmentasi
Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang
bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen
pasar) yang bersifat homogen. Dengan kata lain, segmentasi pasar adalah
kegiatan membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang terbedakan dengan
kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan
produk atau bauran pemasaran terpisah.Perusahaan membagi pangsa pasar ke dalam
segmen-segmen pasar tertentu di mana masing-masing segmen tersebut bersifat
homogen. Perbedaan keinginan dan hasrat konsumen merupakan alasan yang utama
untuk diadakannya segmentasi pasar. Jika terdapat bermacam-macam hasrat dan
keinginan konsumen, maka perusahaan dapat mendesain suatu produk untuk mengisi
suatu heterogenitas keinginan dan hasrat tersebut. Dengan demikian dapat
berkreasi dengan suatu penambahan penggunaan yang khusus untuk konsumen dalam
segmen yang diinginkan. Konsumen akan mau membayar lebih tinggi terhadap produk
yang mereka butuhkan bila mereka menerima berbagai keuntungan dari produk
tersebut.
Perusahaan atau para penjual mengklasifikasikan beberapa
kelompok sasaran segmen pemasaran, yakni segmentasi pasar konsumen, segmentasi
pasar industri, dan segmentasi pasar internasional. Kelompok segmen pasar
tersebut memiliki karakteristik berbeda, sehingga memerlukan cara tersendiri
untuk menanganinya.
BAB III
PENUTUP
Pemasaran
adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi,
segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan keinginan
manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran.
Tujuan
kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli agar bersedia membeli harang dan
jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Agar tujuan tersebut tercapai
maka setiap perusahaan harus memahami tentang perilaku konsumen. Setiap manajer
pemasaran harus memahami tingkah laku konsumen sehingga perusahaan dapat
mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk
secara lebih baik. Seiring dengan pesat nya perkembangan jaman yang membuat
semakin ketatnya persaingan antar perusahaan, Menjadikan suatu perusahaan harus
bisa lebih kreatif dalam memasarkan produk yang mereka buat, Konsep pemasaran
yang harus benar benar matang dan dikuasain agar dapat dijalankan dengan baik,
Dan serta perusahaan harus bersedia dengan senang hati untuk menerima keluhan
dan saran dari konsumen yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi
perusahaan itu sendiri .
DAFTAR PUSTAKA
Fleschuer,
Malcolm, and Gschwandtner, Gerhard. The Marriott Miracle. Personal Selling
Power, September 1994.
Mayros,
Van, and Dolan, Dennis J. How to Design the MKIS that work for your Business
Marketing, January 1986.
Steven,
R. E. Cs. Marketing Planning Guide, Joice Publihing House, 2002.
Alma,
Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar