BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis yang didasarkan pada
penyelidikan dan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa atau gejala alam
melalui metode dan sikap ilmiah. Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas, dan
mendalam sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan
timbulnya cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata
banyak proses yang penjelasannya memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang
ilmu yang merupakan kombinasi dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia
Fisika, Biokimia, Biofisika, dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang
tersebut sebenarnya untuk lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari
sudut pandang tertentu. Namun di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni
sasaran yang diselidiki, diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta
yang meliputi: asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses,
mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi.
Rasa ingin tahu dan terbentuknya ilmu pengetahuan
Beberapa
binatang sudah mempunyai otak, sehingga mempunyai daya piker namun terbatas
pada insting (naluri) dan upaya mempertahankan diri serta turunannya. Insting
tersebut terutama ditujukan untuk kelangsungan hidupnya seperti memperoleh
makanan, perlindungan diri dan perkembangbiakan. Aktivitas hewan tersebut
ternyata tidak berubah dari masa ke masa dan dinyatakan sebagai idle
curiousity. Sedangkan manusia di samping mempunyai naluri dan nurani,
manusia juga memiliki nalari. Dengan nalari itu, manusia menggunakan kemampuan
otaknya untuk melakukan penalaran, pemikiran logis dan analisis. Berlandaskan
kemampuan tersebut maka pengetahuan yang diperoleh saat ini merupakan dasar
dari munculnya rasa ingin tahu manusia tersebut selalu berkembang (curiousity).
Dengan nurani, manusia selalu ingin berbuat baik untuk dirinya dan
lingkungannya.
Secara
sederhana perkembangan rasa ingin tahu dimulai dengan pertanyaan apa atau “what” tentang sesuatu, dan dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana atau “how” dan mengapa atau
“why”. Sebagai contoh adalah
perkembangan rasa ingin tahu anak-anak terhadap suatu benda, maka pertanyaan
yang diajukan oleh anak pada usia sekitar dua tahun adalah “apa” nama benda tersebut, misalkan
benda tersebut adalah pensil. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia
menjelang TK adalah “bagaimana” menggunakannya.
Setelah usianya lebih dewasa lagi, maka pertanyaan yang akan muncul di benaknya
adalah “mengapa” pensil dapat
digunakan untuk menulis? Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru
dan sekaligus rasa ingin tahunya terjawabkan.
Adanya
kemampuan berpikir pada manusialah yang menyebabkan terus berkembangnya rasa
ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh
dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu
pengetahuan alam (IPA). Dengan akal yang dimiliki manusia, semua pengetahuan
dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang
dapat disimpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan
pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang pengetahuan ini akan
terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana berfifir ilmiah dan non
ilmiah?
2. Bagaimana komponen Ilmu Pengetahuan
Alam?
3. Bagaimana Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui berfifir ilmiah dan
non ilmiah
2. Untuk mengetahui komponen Ilmu Pengetahuan Alam
3. Untuk mengetahui Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berpikir Ilmiah Dan Non Ilmiah
Berpikir adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh/ menemukan pengetahuan yang benar. Dalam proses berpikir itu,
menimbulkan penalaran yang bersifat logis, analistis dan ilmiah. Berpikir
secara ilmiah berarti berpikir secara rasional dan empiris untuk memperoleh
suatu kebenaran dan pengetahuan. Rasionalisme memberi kerangka yang koheren dan
logis, sedangkan empiris dalam memastikan kebenarannya memberikan kerangka
pengujiannya. Gabungan dari kedua konsep berpikir tersebut dinamakan sebagai
metode ilmiah. Dimana metode ilmiah merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan
secara ilmiah. Dengan demikian maka pengetahuan yang dihasilkan ialah
pengetahuan yang konsisten dan sistematik serta dapat diandalkan, karena telah
diuji secara empirisme.
Manusia memiliki kecenderungan untuk menanggapi rangsangan yang ada di sekitarnya, termasuk gajala-gejala di alam semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang ada ini di alam semesta ini akan menjadi sebuah pegalaman yang akan terus berkembang karena rasa keingintahuan manusia. Pengalaman-pengalaman inilah yang nantinya menjadi pengetahuan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Manusia memiliki kecenderungan untuk menanggapi rangsangan yang ada di sekitarnya, termasuk gajala-gejala di alam semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang ada ini di alam semesta ini akan menjadi sebuah pegalaman yang akan terus berkembang karena rasa keingintahuan manusia. Pengalaman-pengalaman inilah yang nantinya menjadi pengetahuan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Ilmu tentang alam merupakan kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya, hasil percobaan yang
dilakukan manusia akan menghasilkan suatu konsep yang mendorong dilakukannya
percobaan-percobaan berikutnya, karena ilmu alam bertujuan untuk mencari
kebenaran yang relatif dari suatu hal.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu ilmiah adalah sebagai berikut:
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
Logis
Pengetahuan
tersebut masuk akal dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
2. Objektif
Pengetahuan
yang didapat harus sesuai dengan objeknya dan didukung oleh fakta empiris.
3.
Metodik
Pengetahuan
diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan
dikontrol.
4.
Sistematik
Pengetahuan
disusun dalam satu sistem yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
5.
Universal
Pengetahuan
berlaku untuk siapa saja dan di mana saja yaitu dengan cara eksperimentasi yang
sama akan diperoleh hasil yang sama.
6.
Komulatif
Berkembang
dan tentatif, sesuai dengan khasanah ilmu pengetahuan yang selalu bertambah
dengan hadirnya ilmu pengetahuan yang baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti
salah harus diganti dengan ilmu pengetahuan yang benar.
Langkah-langkah
metode ilmiah sebagai berikut:
1.
Perumusan
masalah
Yang dimaksud masalah adalah
menyangkut topik atau objek yang diteliti batasan yang jelas serta dapat
diidentifikasi faktor-faktor yang terkait. Oleh sebab itu, masalah merupakan
pertanyaan apa, mengapa atau bagaimana tentang objek yang diteliti itu.
2.
Penyusunan
Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan
tentang kemungkinan jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan.
3.
Pengujian
Hipotesis
Merupakan upaya pengumpulan fakta
yang relevan dengan hipotesis yang diajukan dan diuji apakah fakta tersebut
mendukung hipotesis atau tidak.
4.
Penarikan
Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil
analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan pengetahuan yang kebenarannya teruji
secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
Berbagai
cara dilakukan manusia untuk memperoleh pengetahuan, baik melalui pendekatan
nonilmiah maupun pendekatan ilmiah. Penemuan ilmu pengetahuan melalui
pendekatan nonilmiah diperoleh dengan 3 cara:
1.Prasangka
1.Prasangka
Mengambil
kesimpulan dengan berprasangka yang tidak berdasarkan penalaran logika.
2. Intuisi
Merupakan
kegiatan berpikir yang tidak analisis, tidak berdasarkan pada pola berpikir
tertentu. Pendapat yang berdasarkan intuisi timbul dari pengetahuan-
pengetahuannya yang terdahulu melalui suatu proses berpikir yang tidak
disadari. Seolah-olah pendapat itu muncul begitu saja tanpa dipikir. Seseorang
yang sedang memusatkan pikirannya pada pemecahan suatu masalah tersebut tanpa
proses berpikir yang berliku-liku dan teratur.
3.
Trial and error
Merupakan
suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan.
Mulai zaman purba sampai zaman sekarang banyak manusia yang dalam usaha
memperoleh penugetahuan menggunakan cara ini. Proses untuk memperoleh
pengetahuan dengan cara coba-coba memakan waktu yang lama hingga cara ini
merupakan cara yang tidak efisien bila digunakan untuk mencari kebenaran.
2.2 Komponen-Komponen IPA
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) atau Sains merupakan pengetahuan manusia tentang gejala-gejala alam dan
kebendaan yang diperoleh dengan cara observasi, eksperimen/penelitian, atau uji
coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan manusia. Pengamatan manusia dapat
berupa fakta-fakta, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori
dan lain sebagainya.
Komponen penting dalam IlmuPengetahuan Alam yaitu ada tiga. Komponen tersebut yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, komponen IPA tersebut yaitu: 1) produk ilmiah, 2) proses ilmiah, dan 3) sikap ilmiah.
Komponen penting dalam IlmuPengetahuan Alam yaitu ada tiga. Komponen tersebut yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, komponen IPA tersebut yaitu: 1) produk ilmiah, 2) proses ilmiah, dan 3) sikap ilmiah.
a.
Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai produk ilmiah
Maslichah Asy’ari (2006: 8)
berpendapat bahwa Sains sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang
tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Srini M.
Iskandar (1997: 2) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang
benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar
terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Contoh konsep tentang zat cair
(kelompok benda-benda seperti air, minyak, alkohol, bensin, dan spiritus)
adalah zat yang mempunyai ciri-ciri bentuk selalu berubah sesuai bentuk
wadah/tempat yang ditempatinya, volume dan beratnya selalu tetap, dapat
mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, tidak
dapat dimanfaatkan.
Prinsip adalah generalisasi tentang
hubungan antara konsep-konsep yang berkaiatan. Prinsip IPA bersifat analitik,
sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari berapa contoh. Contoh
yang merupakan prinsip adalah air jika dipanaskan akan menguap. Prinsip yang
menghubungkan adalah konsep air, konsep panas, dan konsep penguapan.
Hukum adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun bersifat tentatif (dapat berubah), tetapi lebih bersifat kekal dari pada prinsip karena telah berkali-kali mengalami pengujian. Contohnya, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah dalam bentuk lain, misalnya dari kinetik diubah menjadi energi panas.
Teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. Contoh dari teori adalah teori meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim hujan dan teori terjadinya hujan, sehingga manusia/ilmuan dapat membuat hujan buatan.
Untuk mendapatkan produk ilmiah seperti tersebut diatas para ilmuan melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses ilmiah. Oleh sebab itu, Sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari Sains sebagai suatu proses.
Hukum adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun bersifat tentatif (dapat berubah), tetapi lebih bersifat kekal dari pada prinsip karena telah berkali-kali mengalami pengujian. Contohnya, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah dalam bentuk lain, misalnya dari kinetik diubah menjadi energi panas.
Teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. Contoh dari teori adalah teori meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim hujan dan teori terjadinya hujan, sehingga manusia/ilmuan dapat membuat hujan buatan.
Untuk mendapatkan produk ilmiah seperti tersebut diatas para ilmuan melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses ilmiah. Oleh sebab itu, Sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari Sains sebagai suatu proses.
b. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai
proses ilmiah IPA sebagai proses, menyangkut proses atau cara kerja untuk
memperoleh hasil (produk), inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah.
Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah. Keterampilan
proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan (Srini M.
Iskandar, 1997: 5).Dalam melakukan proses sains dibutuhkan berbagai macam
keterampilan, antara lain keterampilan:
1. Mengamati/mengobservasi adalah
kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera. Pada tahap pengamatan
orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar, raba, rasa, dan
cium.
2. Menggolongkan/klasifikasi adalah
memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa berdasarkan persamaan sifat
khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari obyek atau peristiwa yang
dimaksud.
3. Mengukur adalah kegiatan membandingkan
benda yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan mengukur memerlukan bantuan alat-alat ukur yang sesuai
dengan benda yang diukur.
4. Mengkomunikasikan adalah kegiatan
menyampaikan perolehan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk
audio, visual, dan/atau audio visual. Cara-cara komunikasi yang sering
digunakan dalam ilmu pengetahuan selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah
melalui sajian bentuk grafik, tabel, gambar, bagan, simbol/lambang, persamaan
matematika.
5. Menginterpretasi adalah memberi
makna pada data yang diperoleh dari pengamatan karena data tidak berarti
apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi berarti memberi arti/makna,
misalnya: mengartikan tabel data, mengartikan grafik data. Menginterpretasi
juga diartikan menduga dengan pasti sesuatu yang tersembunyi dibalik fakta yang
teramati.
6. Memprediksi/menginferensi adalah
menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola-pola peristiwa atau fakta
yang sudah terjadi. Prediksi biasanya dibuat dengan cara mengenal kesamaan dari
hasil berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada, mengenal bagaimana kebiasaan
terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pola kecenderungan
7. Menggunakan alat adalah kegiatan
merangkai dan memakai alat-alat untuk kegiatan pengujian atau kegiatan
percobaan/eksperimen.
8. Melakukan percobaan adalah
keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi
yang menerima atau menolak ide-ide itu.
9. Menyimpulkan adalah keterampilan
memutuskan keadaan sua¬tu objek berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang
diketahui.
c.
Ilmu Pengetauhan Alam sebagai sikap ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan
dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Beberapa
kriteria yang termasuk dalam sikap ilmiah utama dalam berproses sains yaitu:
1. Objektif artinya menyatakan segala
sesuatu tidak dicampuri oleh anggapan pribadi, baik perasaan senang atau tidak
senang.
2. Tidak tergesa-gesa mengambil
kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.
3. Berhati terbuka artinya bersedia
menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut
bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain
memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak
ragu menolak temuannya sendiri.
4. Sikap hati-hati. Sikap ini
ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap
penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah
ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan
fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
5. Sikap ingin menyelidiki atau
keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap
biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk
diselidiki.
6. Tidak mencampuradukkan fakta dengan
pendapat. Seorang ilmuan harus dapat membedakan mana yang fakta dan mana yang
pendapat.
2.3 Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam
Awal dari IPA dimulai pada saat
manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap
gejala alam yang ada. Kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya
pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran
dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen ini kemudian diperoleh
pengetahuan yang baru. Setelah manusia mempu memadukan kemampuan penalaran
dengan eksperimen ini lahirlah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu
yang mantap.
Perkembangan IPA itu sendiri mulai berkembang sangat
lambat antara abad 15-16. Namum perkembangan IPA lebih pesat setelah adanya konsep Copernicus yang
kemudian diperkuat Galileo (konsep geosentris ® konsep heliosentris), dikenal sebagai
permulaan abad ilmu pengetahuan modern (kebenaran berdasarkan induksi). Di awal abad 20
perkembangan ipa khususnya bidang fisika makin berkembang pesat setelah konsep
fisika kuantum dan relativitas dan bermunculan beberapa fisikawan yang terkenal
seperti newton. Hal tersebut perlu di rebisi dan penyesuaian dengan konsep ilmu
pengetahuan ke ara pemikiran yang modern.
Perkembangan ipa
tidak jauh dari kaitan Landasan Ilmu Pengetahuan itu sendiri antara lain :
1. Hipotesis
Merupakan strata ilmu yang paling
rendah, berupa dugaan atau prediksi yang diambil berdasarkan pengetahuan atau
teori yang sudah ada untuk menjawab penelitian yang sedang dilakukan.
2. Teori
Merupakan strata ilmu yang lebih
tinggi dari hipotesis, berupa landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya,
namun teori masih mungkin untuk dikoreksi dengan teori baru yang lebih tepat.
3. Hukum dan dalil
Merupakan strata ilmu yang paling
tinggi, berupa teori yang telah diuji terus-menerus dan diketahui tidak
ditemukan adanya kesalahan.
Ilmu pengetahuan akan terus berkembang
sejalan dengan sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang
sudah dipunyai atau diketahuinya. Berdasarkan hal tersebut, maka ilmu
pengetahuan merupakan siklus ilmu dengan penelitian sebagai intinya yang tidak
pernah terputus. Bahkan ia akan semakin membesar dan meluas.
Penggolongan IPA menjadi “klasik”
dan “modern” sama sekali bukan berkaitan dengan waktu maupun klasifikasi bidang
ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi, yaitu cara berpikir, cara
memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam.
IPA klasik yang telaahannya
mengikuti kaidah ilmu tradisional berdasarkan pengalaman, kebiasaan, dan
bersifat makroskopik. Sedangkan IPA modern yang bersifat mikroskopik, muncul
berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah diadakan pembaharuan yang
dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada.
Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam
1. Zaman Kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari
kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang
sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang
diperoleh diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul
dan sebab akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis membaca
dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan
berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran
matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu, tahun dibagi
dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya
jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh
ini juga digunakan untuk
pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit
sama dengan 1 derajad dan satu lingkaran penuh sama dengan 360o.
Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan terjadinya
gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi kira-kira
3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat
dibangun piramid di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya
banjir di sungai Nil. Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan
teknik bangunan dan matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju.
Kurang lebih tahun 1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran
sama dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan
seperdua belas kuadrat kelilingnya.
2. Zaman Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan
berkembang pesat sekali pada zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir
rasional dari bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima
pengetahuan sebagaimana adanya tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab
tentang asal-usul dan sebab-akibat dari segala sesuatu.
1)
Thales (624-548 SM)
Ahli filsafat dan matematika, pelopor dari segala cabang ilmu.
Ia dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala
isinya. Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air: dari air
asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Disamping itu dia juga
menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan menerima
cahaya dari matahari.
2)
Anaximenes
(588-526 SM)
Berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi
dari udara yang merapat dan merenggang. Pendapat ini mungkin dihubungkan dengan
kenyataan bahwa manusia itu tergantung kepada pernafasan.
3)
Anaximander (610-546 SM)
Berpendapat langit dengan segala isinya itu mengelilingi
bumi dan sebenarnya langit yang nampak itu hanya separohnya
4)
]Heraklitos (535-475 SM)
Menyatakan bahwa api adalah asal segala sesuatu, sebab api
ini yang menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta, yang berubah-ubah
sifatnya didalam proses yang kekal. Yang kekal hanyalah perubahan, segala
sesuatu adalah mengalir.
5)
Pythagoras (580-499 SM)
Mengemukakan 4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api.
Dalam bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat
panjang sisi miring sebuah segi tiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat
panjang kedua sisi sikusikunya.
6)
Empedokles (495-435 SM)
Menerima 4 unsur dasar menurut Pythagoras dan menyatakan
bahwa sifat segala benda terjadi dari pencampuran keempat unsur itu dalam
perbandingan yang berbeda. Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin, basah
dan kering. Kering dan dingin membentuk bumi, panas dan kering unsur pembentuk
api. Air dari basah dan dingin, udara dari basah dan panas. Selain itu juga
dinyatakan bahwa segala benda yang sejenis akan tarik menarik, sedang
yang berlawanan akan tolak menolak.
7)
Leukippos dan Demokritos (460-370 SM)
Dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu Leukippos
& Demokritos mengemukakan teori atom sebagai berikut : Zat memiliki bangun
butir. Segala zat terdiri atas atom, yang tidak dapat dibagi, tak dapat
dimusnahkan tak dapat diubah. Atom-atom dapat berbeda dalam jumlah dan susunan
atom. Semua perubahan akibat dari penggabungan dan penguraian atom menurut
hukum sebab akibat. Tidak ada masalah kebetulan dan ciptaan. Yang ada hanyalah
atom dan kehampaan
8)
Plato (427-345 SM)
Menyangkal teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan
keindahan itu timbul dari sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa
pengetahuan yang benar adalah yang sejak semula telah ada dalam alam pikiran
atau alam ide. Apa yang nampak oleh pancaindera hanyalah bayangan belaka.
Pengalaman yang kekal dan benar adalah yang telah dibawa oleh roh dari alam
yang gaib.
9)
Aristoteles (384-322 SM)
Menerima 4 unsur dasar: tanah, udara, air dan api dan
menambahkan unsur yang kelima yaitu eter atau "quint essentia". Ia
menganggap unsur yang satu dapat berubah menjadi unsure yang lain, kecuali eter
yang tak dapat berubah. Dari air dan tanah yang menjadi masak terjadi garam,
biji dan logam. Emas adalah logam yang tidak mengandung tanah. Logam perak,
tembaga, timah putih dan besi, pada dasarnya banyak mengandung tanah. Semua
logam akan mengalami proses memasak menjadi logam mulia, yaitu emas. Pendapat
bahwa unsur berubah menjadi unsur lain inilah yang menjadi dasar dari alkimia
untuk mengubah logam biasa menjadi emas. Pendapat Aristoteles yang lain adalah
bahwa untuk mencari pengetahuan yang benar adalah dengan jalan pikiran secara
deduktif. Berbeda dengan Plato, Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan yang
benar itu berasal dari dunia yang gaib. Melainkan menghargai pengetahuan yang
diperoleh dan dibuktikan dengan pancaindera.
10) Ptolomeus
(127-151)
Berpendapat bahwa bumi sebagai pusat jagat raya, bintang dan
matahari mengelilingi bumi (geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya
sendiri dan terletak antara bumi dan bintang. Karya Ptolomeus ditulis sekitar
tahun 150 dan diberi nama Syntaxis, yang kemudian oleh bangsa Arab dinamakan
Almagest yang menjadi ensiklopedia dalam ilmu perbintangan. Pendapat dan
pandangan dari Aristoteles serta Ptolomeus berpengaruh sangat lama sampai
dengan menjelang zaman modern, yaitu sampai zaman Galileo, Geosentrisme diganti
dengan heliosentris (matahari sebagai pusat jagat raya).
3. Zaman Pertengahan
a.
Zaman Alkimia (abad 1-2)
Ahli alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan
menambahkan tiga lagi, yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini pengertian usur
lebih dimaksudkan sebagai sifatnya daripada unsur itu
sendiri.
Air raksa = logam yang mudah menjadi uap.
Belerang = mudah terbakar dan memberi warna.
Garam = tak dapat terbakar dan bersifat tanah.
b.
Zaman Latrokimia (latros = Tabib)
Beberapa cendekiawan Islam diantaranya :
1. Al
Khowarisni (825)
Menyusun buku Aljabar dan Artimatika
yang kemudian mendorong penggunaan sistim desimal. Menurut catatan sejarah
karya Al Khowarisni merupakan pengembangan dari karya bangsa Hindu yang bernama
Aryabhata (476) dan Brahmagupta (628). Kemudian Omar Khayam (1043-1132) ahli
matematika dan astronomi; Abu Ibnusina (atau Avicenna, 980- 1137) menulis buku
tentang kedokteran.Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangan
1) Menerjemahkan peninggalan bangsa
Yunani, mengembangkannya dan kemudian menyebarkan ke Eropa dan selanjutnya
dikembangkan di Eropa.
2) Mengembangkan metode eksperimen
sehingga memperluas pengamatan dalam lapangan kedokteran, obat-obatan,
astronomi, kimia dan biologi.
3) Memantapkan penggunaan sistim penulisan
bilangan dengan dasar sepuluh dan ditulis dengan posisi letak, artinya nilai
suatu angka terletak pada letaknya.
Contoh :
Bilangan 2132 = paling depan berarti dua ribuan,
berturut-turut kebelakang, satu ratusan, tiga puluhan dan dua satuan. Cabang
matematika elementer yaitu aljabar diawali dan dikembangkan bangsa Arab.
4.
Zaman Modern, Timbulnya Ilmu
Pengetahuan Alam
Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai abad
pertengahan sudah banyak tetapi belum sistimatis dan belum dianalisis menurut jalan
pikiran tertentu. Biasanya pemikiran diwarnai cara berpikir filsafat, agama
atau bahkan mistik. Setelah alat sempurna dikembangkan metode eksperimen.
a. Roger Bacon (1214-1294)
Menyatakan bahwa pada hakekatnya
ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang berdasarkan kepada kenyataan yang
disusun dan dibentuk dari pengalamnan, penyelidikan dan percobaan. Matematika
merupakan dasar untuk berpikir dan merupakan kunci untuk mencari kebenaran
dalam ilmu pengetahuan.
b. Leonardo da Vinci (1452-1519)
Pernah menyatakan bahwa: Percobaan tidak mungkin sesat, yang
tersesat adalah pandangan dan pertimbangan kita.
c. Francis Bacon (1561-1626)
Berpendapat bahwa cara berfikir
induktif merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran. Hanya percobaan
dan penyelidikan yang menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam. Mulai saat
itu kegiatan eksperimen ditingkatkansehingga cara memperoleh pengetahuan
dilakukan dengan langkahlangkah:
1) Observasi dan pengumpulan data
2) Menyusun model atau ramalan
generalisasi
3) Melakukan eksperimen untuk menguji
ramalan atau generalisasi sehingga diperoleh kesimpulan atau hukum yang lebih
mantap.
d. Nicolas Copernicus (1473-1543)
Ahli astronomi, matematika dan
pengobatan. Karyanya adalah:
1) Matahari adalah pusat dari sitim
tatasurya (heliosentrisme)
2) Bumi mengelilingi matahari sedangkan
bulan mengelilingi bumi.
3)
e. Johannes Keppler (1571-1630)
1. Orbit dari semua planet berbentuk
elips.
2. Dalam waktu yang sama, maka garis
penghubung antara planet dan matahari selalu melintas bidang yang luasnya sama
3. Pangkat dua dari waktu yang
dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi matahari adalah sebanding dengan
pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu dengan matahari.
f. Galileo Galilei (1546-1642)
Antara lain menemukan 4 hukum gerak,
penemuan tata bulan planet Jupiter, mendukung heliosentrisme dari Copernicus
dan hukum Keppler. Ia juga menyatakan bahwa bulan tidak datar, penuh dengan
gunung, planet Mercurius dan Venus tidak memancarkan cahaya sendiri dan juga
menemukan 4 buah bulan pada planet Jupiter. Penemuannya ini didasarkan atas
pengamatan dengan alat teropong bintangnya. Perkembangan IPA sangat pesat
setelah dikenalkannya konsep fisika kuantum dan relativitas pada abad 20.
Konsep yang modern ini mempengaruhi konsep IPA secara keseluruhan dan menyebabkan
adanya revisi serta penyesuaian-penyesuaian konsep ke arah yang modern. Dengan
demikian, terdapat dua konsep IPA yang berkembang, yakni IPA Klasik dan IPA
Modern.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IPA berkembang dengan sangat
pesatnya sejalan dengan sifat manusia yang mempunyai rasa ingin tahu atau
curiousity yang juga selalu berkembang (dinamis). Dengan sifat ini, dalam benak
manusia selalu bertanya karena keingintahuannya: apa sesungguhnya (what),
bagaimana sesuatu terjadi (how), dan mengapa demikian (why). Adanya kemampuan
berpikir pada manusia tersebut yang menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin
tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari
alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Ilmu pengetahuan diperoleh melalui prosedur yang telah ditentukan, yaitu
melalui cara yang disebut metode ilmiah.
3.2 Saran
Sebaiknya pembaca mengerti memahami
akan pentingnya ilmu pengetahuan alam ,peduli dengan alam dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan alam dengan baru.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Ahmadi dan A. Supatmo, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Heri Purnama, Ilmu Alamiah Dasar , Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010.
Maskoeri Jarin, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz2xL1CCHhQ
Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Heri Purnama, Ilmu Alamiah Dasar , Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010.
Maskoeri Jarin, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/#ixzz2xL1CCHhQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar