cari

Makalah Organisasi Indische Partij



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Proses berdirinya Organisasi Indische Partij
Douwes Dekker melihat keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya dalam hal diskriminasi antara keturunan Belanda dan orang Belanda campuran (Indo). Nasib para Indo tidak ditentukan oleh pemerintahan kolonial,namun terletak pada bentuk kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya. Bahkan menurut Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabudhi,ia tidak mengenak supremasi Indo atas penduduk bumiputera malah ia menghendaki hilangnya golongan Indo dengan cara bercampur dengan bumiputera.
Douwes Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Menurutnya,segala keluh kesah dan bantahan-bantahan tidak akan ada gunanya. Sumber dari segala kesukaran itu dikarenakan ketergantungan  pada pemerintah kolonial yang menyebabkan kaum Indo menderita dan dicampakan.
            Pendirian organisasi ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 12 desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit putih dengan sawo matang". Ia berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga jika ia bertindak seorang diri,maka ia tak mungkin memperoleh keuntungan. Syarat untuk memperoleh kemenangan dalam pertentangan dengan penjajah Belanda ialah menggabungkan diri dengan bangsa Indonesia agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
            Pendapat Douwes Dekker berbeda dengan pendapat Zaanberg, pemimpin Indische Bond. Ia menerima ketergantungan terhadap pemerintah kolonial. Menurut Zaanberg,dalam ketergantungan itu,kaum indo akan hidup berbahagia, asalkan  pemerintah dan orang-orang Eropa lapisan atas suka menolongnya.Zaalberg ingin mengekalkan penjajahan sedangkan Douwes Dekker ingin menghapuskan penjajahan itu.
            Untuk persiapan pendirian Indische Partij, maka mulai tanggal 15 September - 3 oktober 1912, Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda di Pulau Jawa. Di Surabaya, ia mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung ia mendapat sokongan dari R.M. Soewardi Soerjaningrat, juga Abdul Muis yang pada saat tu telah menjadi pimpinan Sarekat Islam cabang Bandung. Di Yogyakarta mendapat sambutan baik dari pengurus Budi Utomo,juga daerah Jawa Barat,Jawa Tengah dan Jawa Timur.Mereka merupakan "tiga serangkai" yang sangat ditakuti oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 yang mana semboyannya yaitu Hindia for Hindia yang berarti Inodnesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali.
                    
1.2 Pelopor berdirinya Organisasi Indische Partij.
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah golongan bumi putera, golongan Indo, Cina dan Arab. Keanggotaan Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300 orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumi putera adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Cabang Indische Partij yaitu Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.
            Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische Partij  lebih kecil jumlahnya. Mungkin disebabkan karena adanya perasaan takut untuk memasuki suatu perkumpulan politik. Adanya pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi "Bahwa perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn soal pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda". Pasal ini merupakan tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam mengembangkan jumlah Anggotanya.
Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda dan kaum Indo. Berikut profil tiga serangkai :
1. Ernest Douwes Dekker
Nama Lengkap         : Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi
Lahir                                        : 8 Oktober1879 Pasuruan, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal                   : 28 Agustus1950 Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Pekerjaan                     : Politisi
Istri                                          : Clara Charlotte Deije Johanna P. Mossel Haroemi Wanasita
Douwes Dekker adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering membela mereka. Tindakannya membuat ia kurang disukai rekan kerjanya, namun disukai pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan manajernya, ia dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran. Sekali lagi, dia terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani. Akibatnya, ia dipecat.

2. Tjipto Mangoenkoesoemo
Dr. Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Dr. Cipto Mangunkusumo lahir di Pecangakan, Ambarawa tahun 1886 dan waafat di Jakarta, 8 Maret 1943
Tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917. Dokter Tjipto menikah dengan seorang Indo pengusaha batik, sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun 1920. Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa.
3.Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei1889 dan wafat di Yogyakarta, 26 April1 959,  disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional.

1.3 Tujuan didirikannya Organisasi Indische Partij di Indonesia.                                    
Bunyi pasal-pasal dalam anggaran dasar Indische Partij sebagai tujuan didirikannya indische partij, seperti sebagai berikut:
1.        Memelihara nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah budaya Hindia, mengasosiasikan intelek secara bertingkat kedalam suku dan antar suku yang masih hidup berdampingan pada mada ini, menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan kepada diri sendiri.
2.      Memberantas rasa kesombongan rasial dan keistimewaan ras.
3.      Memberantas usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan sektarisme.
4.   Memperkuat daya tahan rakyat Hindia dengan mengembangkan individu ke aktivitas yang lebih besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan
5.      Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia
6.      Memperkuat daya rakyat Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan asing.
7.     Mengadakan unifikasi, perluasan, pendalaman, dan meng-Hindia-kan pengajaran, yang semua hal tersebut ditujukan kepada kepentingan ekonomi Hindia, dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat yang setinggi-tingginya yang bisa di capai
8.      Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
9.   Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.

1.4. Proses kemunduran Organsasi Indische Partij.
Sejak semula Indische Partij memang menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah kolonial Belanda merasa perlu menghentikannya. Itulah sebabnya organisasi ini tidak dapat berumur panjang karena pada akhirnya pemimpinnya dibuang ke luar negeri. Persoalan yang menyangkut nasib tiga serangkai tersebut erat hubungannya dengan tindakan Belanda pada tahun 1913, dalam rangka memperingati bebasnya negeri Belanda dari penindasan Prancis pada tahun 1813 merupakan suatu ironi bahwa negara yang menjajah, merayakan kebebasan negerinya itu di negeri yang dijajahnya sendiri, lebih-lebih untuk perayaan tersebut pemerintah akan memungut biaya dari rakyat Hindia.
Melihat fenomena menarik tersebut, Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan akhirnya membentuk “Komite Bumi Putera”, komite yang bertujuan menentang peringatan tersebut. Komite ini kemudian mengeluarkan brosur yang didalamnya dimuat tulisan Suwardi Suryaningrat dengan judul: “Als ik een Nederlander Wasyang isinya menyindir dengan tajam sikap pemerintah kolonial Belanda yang ingin merayakan kebebasannya di tanah jajahan dengan cara memungut biaya dari rakyat. Karena tulisannya itulah Suwardi Suryaningrat ditangkap, dan temannya tang tergabung dalam “Komite Bumi Putera” juga tidak luput dari pemeriksaan pemerintah.
Setelah penangkapan Suwardi, Cipto mangun Kusumo kemudian menlis sebuah karangan di harian De Expres dengan julul “ Kracht of Vrees” (Kekuatan atau Ketakutan). Tulisan itu jelas merupakan sindiran terhadap pemerintah kolonial. Selanjutnya Douwes Dekker yang merasa senasib dengan kawan-kawannya itu kemudian juga menulis sebuah karangan yang berjudul “Onze Helden : Cipto Mangunkusumo en R.M. Suwardi, yang isinya sangat membangga-banggakan kedua temannya . Akibatnya, ketiga tokoh tersebut dieksernisasi ke negeri Belanda.
Mulai saat itu, berhembuslah gerakan politik yang menusuk kekuasaan kolonial. Meledaknya Perang Dunia I (1914-1918), membuat pemerintah Hindia Belanda selalu berhati-hati terhadap gerakan politik disini. Walaupun peperangan tidak terjadi secara riil, getarannya menyentuh alam pikiran kaum pergerakan. Semboyan presiden Amerika Serikat Wilson, “The Right of Self Ditermination” sangat mempengaruhi sikap para tokoh Indonesia.
Kepergian dari ketiga pemimpin tersebut membawa pengaruh terhadap kegiatan Indische partij yang makin lama makin menurun, kemudian Indische Partij menjadi partai Insulinde. Sebagai asas utama dalam program yang tertera: “ Mendidik suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita- cita persatuan bangsa”, kepada anggota ditekankan supaya menyebut dirinya “ Indiers “, orang Hindia. Pengaruh Serekat Islam telah menarik orang- orang Indonesia, sehingga Partai Insulinde menjadi semakin lemah. Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tahun 1918 tidak mempunyai arti bagi partai insulinde, pada bulan juni 1919 berganti nama menjadi National Indische Partij.
Indische Partij hidup tidak lama, konsep kebangsaan yang dicanangkan dan dikembangkan  sangat berpengaruh terhadap tokoh-tokoh  pergerakan kebangsaan Indonesia dan sepak terjang organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia pada masa-masa selanjutnya. Pemimpin-pemimpin Indische Partij setelah organisasinya dibubarkan dan dianggap sebagai partai terlarang bersepakat secara perorangan tetap terus mempropagandakan cita-cita organisasi tersebut melalui tulisan-tulisan ataupun organisasi lain.





BAB II
PENUTUP
2.1     KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Indische Partij adalah organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan  demikian IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Partai ini didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangun kusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda totok dan kaum Indo.
Tujuan Indische Partij sebagai yaitu, membangun patriotisme semua “Indiers” kepada tanah air yang telah memberi lapangan hidup kepada mereka, Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan, memajukan tanah air hindia, mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Penyebab mundurnya Indische Partij karena ia menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah kolonial Belanda merasa perlu cepat menghentikannya. Karena tulisan tiga yang isinya menyindir pihak belanda, ketiga tokoh tersebut dieksernisasi ke negeri Belanda.
2.2    SARAN
Sebagai generasi mudapenulis menyarankan kepada :
  1. Pemerintah supaya lebih memperhatikan arsib bangsa dan lebih mengenalkan seharah bangsa indonesia dan lebih memerhatikan para pahlawan nasional. Tingaktkan mutu pendidikan, jangan pentingkan golongan. Partai hanya sebagai batu loncatan demi bangsa untuk kemajuan.
  2. Generasi muda,  supaya lebih mencintai dan menghargai jasa para pahlawan dan untuk itu kita berasama tingkatkan prestasi, harumkan negeri membangun bangsa yang benar-menar merdeka. Jangan hanya kenang para pahlawan namun jadikan para pahlawan bangga melihat perjuangan mereka yang tidak sia-sia melihat indonesia yang merdeka.













DAFTAR PUSTAKA

http://laksono-prabowo.blogspot.com/2013/01/sejarah-indische-partij.html [2]. alfian, Magdalena dkk. 2007. Sejarah SMA dan MA kelas XI. Jakarkata. Esis. Hal: 94 [3]. http://laksono-prabowo.blogspot.com/2013/01/sejarah-indische-partij.html [4]. http://laksono-prabowo.blogspot.com/2013/01/sejarah-indische-partij.html [5]. http://laksono-prabowo.blogspot.com/2013/01/sejarah-indische-partij.html [6]. Tim nasional penulisan sejarah Indonesia. 2008. Zaman kebangkitan nasional dan masa hindia belanda. Jakarta. Balai pustaka. Hal: 350 [7]. http://laksono-prabowo.blogspot.com/2013/01/sejarah-indische-partij.html