BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, terutama teknologi informasi, menyebabkan arus informasi menjadi
cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang
kehidupan, tanpa kecuali bidang pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai bagian
dari sistem kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum, sistem
pendidikan, dan metode pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas (Sudjatmiko,2003). Untuk menghadapi
perubahan tersebut dibutuhkan pendidikan yang meberikan kecakapan hidup (life
skill), yaitu memberikan keterampilan dan keahlian dengan kompetensi tinggi.
Dengan dimilikinya life skill diharapkan nantinya peserta didik dapat betahan
dalam suasana yang selalu akan berubah dan berkembang.
Dengan adanya latar belakang
di atas, maka perlu sebuah pembahasan secara mendalam dengan mengembangkan
perangkat pembelajaran yang bercirikan model pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). dalam mengatasi permasalahan
pembelajaran biologi yang terjadi di sekolah-sekolah pada umumya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang diajukan dalam makalah
ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan model
pembelajaran PAIKEM?
2.
Bagaimanakah
pemahaman proses belajar mengajar IPS dengan memakai model pembelajaran PAIKEM?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian model
pembelajaran PAIKEM
2. Untuk mengetahui pemahaman proes belajar
mengajar IPS dengan memakai model pembelajaran PAIKEM
BAB II
Pembahasan
2.1
Pengertian PAIKEM dan Penerapannya
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan
sebagai berikut:
1.
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4.
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
5.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
PAIKEM
diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang
sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM
dan kemampuan guru yang besesuaian.
2.2.Model-model
Pembelajaran IPS
2.2.1.
Model Pembelajaran Langsung
Model
pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang sering
disebut belajar melalui observasi. Secara umum, pengetahuan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif itu adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Dalam menerapkan pengajaran langsung, pengetahuan yang disampaikan kepada siswa
perlu disederhanakan, baik pengetahuan deklaratif maupun prosedural.
2.2.2.
Model Pembelajaran Kooperatif (
Cooperative Learning )
Model
pembelajaran kooperatif ini cukup penting karena siswa dapat belajar dengan
cara bekerja sama dengan temannya. Anggota kelompok yang lebih mampu dapat
menolong temannya yang kurang mampu. Setiap anggota kelompok tetap memberi
sumbangan pada prestasi kelompok. Dan yang lebih penting semua anggota kelompok
dapat bersosialisasi dengan anggota kelompok lainnya sehingga hal ini akan
melatih keterampilan sosial siswa dalam bermasyarakat.
2.2.3.
Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
( Problem Base Instruction )
Ciri khusus dalam model ini yaitu adanya pengajuan
pertanyaan dan masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu,
penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya, dan adanya kerjasama. Masalah
autentik adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan
bermanfaat secara langsung jika ditemukan penyelesaiannya. Sedangkan masalah
akademik adalah masalah yang muncul akibat pengaruh dari suatu masalah sehingga
memunculkan masalah lainnya. Misalnya bagaimanakah pengaruh kenaikan harga BBM
terhadap harga-harga bahan-bahan pokok?
2.2.4.
Model Belajar Melalui Penemuan (
Inkuiri )
Bruner yang mempelopori model pembelajaran penemuan ini
meyakini bahwa model penemuan ini akan merangsang siswa untuk melakukan
penyelidikan sehingga menemukan sesuatu. Misalnya guru menyajikan topik kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa yang memancing pro-kontra atau konflik
kognitif, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu siswa terpancing. Model
pembelajaran penemuan lebih cocok untuk menanamkan konsep-konsep yang dapat
ditemukan melalui percobaan dan penyelidikan.
2.3. Pendekatan dalam Pembelajaran IPS
Pendekatan
pembelajaran merupakan landasan sikap dan persepsi guru tentang bagaimana
kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan. Landasan sikap dan persepsi guru ini
akan menjadi dasar bagi tindakan guru dalam melaksanakan aktifitas proses
pembelajaran. Pendekatan-pendekatan pembelajaran IPS yang bisa menjadi landasan
sikap dan persepsi tersebut, sebagai berikut:
A. Pendekatan
lingkungan
Dalam pendekatan lingkungan, IPS
sebagai mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk bermasyarakat, perlu
memperhatikan lingkungan sebagai topik kajian, baik lingkungan sosial budaya
maupun lingkungan fisik. Pendekatan ini bisa diawali dari lingkungan siswa yang
paling dekat yaitu keluarga, untuk menanamkan nilai moral dan aktifitas
bermasyarakat. Guru perlu mencermati lingkungan sebagai aspek yang berperan
dalam membentuk perilaku siswa, seperti: lingkungan kauman, lingkungan
perdagangan, lingkungan pertanian dsb.
B.
Pendekatan konsep
Pendekatan konsep menekankan bahwa
pemahaman konsep sangat mempengaruhi perilaku siswa. Konsep tentang keadilan,
kesejahteraan, demokrasi, kerjasama, tanggung jawab, dsb. merupakan
konsep-konsep yang harus dipahami siswa, bukan sekedar diketahui atau
dihafalkan. Pemahaman ini akan membimbing siswa untuk bisa menghayati yang pada
akhirnya mampu mengamalkan dalam perilaku sehari-hari.
C. Pendekatan
inkuiri
Pendekatan
Inkuiri diawali dengan suatu pertanyaan atau permasalahan yang mengajak siswa
untuk ikut berfikir dalam memecahkan permasalahan. Dalam proses inkuiri, akan
tumbuh dan berkembang secara spontan rasa ingin tahu dan berpartisipasi dalam
pemecahan masalah melalui tanya jawab yang didesain oleh guru. Dalam kegiatan
berinkuiri bisa menghasilkan suatu gagasan, ide, solusi, atau menemukan sesuatu
yang di carinya.
D.
Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan
keterampilan prose bertujuan menumbuhkan keterampilan yan berkaitan dengan sutu
proses tertentu yang perlu dilatihkan. Menanamkan perilaku tertentu biasanya
perlu dilatih dan dibiasakan sehingga nanti akan muncul perilaku yang
diharapkan dalam bermasyarakat. Keterampilan proses bisa dimulai dari mencari
informasi sampai nanti bisa menginformasikannya. Sumber-sumber menumbuhkan
keterampilan proses dalam pembelajaran IPS antara lain peta, globe, gambar atau
foto, grafik, diagram dsb.
E. Pendekatan
pemecahan masalah
Pendekatan
pemecahan masalah, akan mengenalkan siswa pada masalah-masalah dalam kehidupan
di masyarakat. Misalnya masalah lingkungan hidup yang tidak bersih, tata tertib
di sekolah yang belum dipatuhi, masalah narkoba, kenakalan remaja, kemiskinan
dan sebagainya, bisa kenalkan pada siswa dan untuk mengungkap bagaimana respon
siswa terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat.
F. Pendekatan
induktif-deduktif
Pendekatan
induktif , diawali dari mengemukakan kenyataan-kenyataan yang ada di dalam
masyarakat berikut fakta dan datanya. Guru dapat mengangkat contoh-contoh
kongkrit, dan kenyataan yang ada di dalam masyarakat, kemudian ditarik
generalisasinya dari fakta dan data tersebut menjadi sebuah konsep. Misalnya
tentang kemiskinan, korupsi, lapangan pekerjaan, kesejahtaraan dsb. Pendekatan
deduktif, diawali dari konsep-konsep yang telah dipahami oleh siswa kemudian
dicarikan contoh-contoh fakta dan data pendukungnya di masyarakat. Pendekatan
induktif dan deduktif menjadi saling menunjang untuk menanamkan konsep pada
siswa. Untuk siswa Sekolah Dasar, pembelajaran bisa dimulai dari yang kongkrit
menuju abstrak, dari yang sederhana menuju kompleks, dari yang mudah menuju sulit
dan dari yang dekat menuju ke yang jauh.
G. Pendekatan
nilai
Pendekatan
nilai, dikembangkan untuk menumbuhkan sikap dan toleransi siswa dalam
berperilaku dimasyarakat, menumbuhkan kepekaan dan rasa tanggung jawab sosial
dengan didasari oleh pengetahuan dan keterampilan sosial. Sikap demokratis dan
semangat bekerjasama maupun berkompetisi perlu ditumbuhkan sejak dini.
H. Pendekatan
komunikatif
Pendekatan
komunikatif, mengutamakan efektifitas komunikasi guru dan siswa.
Pendekatan ini memperhatikan tingkat kematangan kognitif siswa dan sekuensial
materi atau istilah bahasa yang digunakan guru adalah bahasa yang dapat
dimengerti dan dipahami oleh siswa. Bahasa dan istilah-istilah yang digunakan
guru haruslah dimengerti dan dipahami sehingga tidak terjadi miskonsepsi atau
salah pengertian.
I. Pendekatan
kesejarahan
Pendekatan
kesejarahan, mengungkap peristiwa masa lalu yang bisa dijadikan contoh ( baik
maupun tidak baik ) bagi siswa, sehingga siswa bisa mengambil makna dan
hikmahnya dari peristiwa masa lalu tersebut. Belajar dari nilai-nilai sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan maupun
peristiwa-peristiwa lain dimasa lalu perlu dikembangkan untuk menjadi contoh
pengalaman dan pedoman bagi masa mendatang.
J. Pendekatan
tematik
Pendekatan
tematik, dikembangkan untuk memberikan wawasan siswa yang komprehensif terhadap
tema yang ditampilkan. Misalnya tema lingkungan hidup, hasil pembangunan,
demokratisasi dan sebagai bisa dikembangkan pada pemahaman siswa yang lebih
komprehensif.
Pendekatan-pendekatan tersebut bisa
dipilih dan diterapkan guru dengan pengemasan rencana pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan ( PAIKEM ). Hal ini sesuai dengan
UUSPN No. 20 / 2003 yang mengisaratkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruaang yang cukup bagi prakasa,
kreatifitas dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik
2.4.Metode-metode
Pembelajaran IPS
A.
Pembelajaran yang aktif
Pembelajaran yang aktif ialah pembelajaran yang
lebih berpusat pada peserta didik
(student centered ) daripada berpusat pada guru
(teacher centered). Untuk
mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang
dapat dipegang guru adalah
adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan
berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru
lebih banyak sebagai fasilitator.
B.
Pembelajaran yang inovatif
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model
pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan
dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya
tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat
waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa
dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri.
Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja
sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan
visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan
mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya
penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses
renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
C. Pembelajaran
yang kreatif
Pembelajaran
yang kreatif ialah pembelajaran yang menstimulasi
siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang
ada. Strategi mengajar untuk
mengembangkan kreativitas siswa adalah :
1. Memberi
kebebasan pada siswa untuk mengembangkan
gagasan dan pengetahuan baru.
2. Bersikap
respek dan menghargai ide-ide siswa
3. Penghargaan
pada inisiatif dan kesadaran diri siswa
4. Penekanan pada
proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa
5. Memberikan
waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya
6. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas
7. seperti : “mengapa
”, “ bagaimana ”, “apa yang terjadi jika… ” dan bukan pertanyaan
“apa”, “kapan” .
Dengan demikian merumuskan suatu
definisi bahwa berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir secara relaktif dan
rasional yang difokuskan pada penentuan apa yang harus diyakini atau dilakukan.
Pembelajaran berpikir kritis erat kaitannya dengan berpikir kreatif. Apabila ketrampilan
berpikir kritis dilakukan maka sebagian dari pembelajaran berpikir kreatif
telah dijalani karena tahap pertama untuk melakukan ketrampilan berpikir kritis
harus melalui ketrampilan berpikir kreatif.
D.
Pembelajaran yang efektif
Pembelajaran yang efektif ialah
pengajaran yang di kelola oleh guru yang setiap tindakannya dalam mengajar
berakibat murid-murid nya menjadi/mencapai TIK. Hal ini dimungkinkan terjadi
berkat para murid mau mencoba, para murid mau mengalami, para murid senang dan
mau berbuat segala sesuatu yang mengarah pada tercapainya TIK yang telah di
rumuskan sebelumnya .
Pembelajaran
efektif ini di perani oleh guru profesional yaitu guru yang mampu menciptakan kondisi-kondisi
instruksional tertentu secara kondusif sedemikian rupa sehingga murid-murid nya
merasa senang pada situasi yang baru dihadapinya.
E.
Pembelajaran yang menyenangkan
Menurut hasil penelitian, konsentrasi
yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar. Dalam
penelitian mengenai otak dan pembelajaran
mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu
apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh
(dimana perhatian yang tinggi dari seorang
tercurah) maka struktur internal sistem syaraf kimiawi seseorang berubah. Di dalam
diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan
syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru.
Dave Meier (2002:36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai
suasana belajar dalam keadaan gembira suasana gembira di sini bukan
berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan
yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana
belajar yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan di antaranya adalah sebagai berikut :
Ciri suasana belajar yang menyenangkan :
1.
Rileks
2.
Bebas dari tekanan
3.
Aman
4.
Bangkitnya minat belajar
5.
Adanya keterlibatan penuh
6.
Perhatianpeserta didik tercurah
7.
Lingkungan belajar yang
menarik (misalnya keadaan kelas terang,
pengaturan
tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak)
8. Bersemangat
9. Perasaan Gembira
10. Konsetrasi Tinggi
F.
Media dalam pembelajaran IPS
1. Obyektifitas
Dalam memilih media perlu meminta
saran atau pendapat dari teman sejawat,
bukan berdasarkan kesenangan pribadi guru.
2. Program
Pembelajaran
Penentuan media bisa menunjang
pencapaian tujuan program pembelajaran atau sesuai dengan pokok bahasan yang
akan disampaikan.
3. Sasaran
Program
Sasaran program ini adalah siswa
yang mengikuti proses pembelajaran, pada usia tertentu mereka memiliki
kemampuan intelektual tertentu pula.
4. Situasi
dan Kondisi
Situasi dan kondisi ini berkaitan
dengan sarana dan prasarana sekolah atau kelas ( ukuran ruangan, bangku,
ventilasi dll ) dan situasi kondisi siswa ( jumlah siswa, motivasi, dll )
5.
Kualitas Teknik
Kualiats teknik ini berkaitan
kualitas gambar, rekaman audio maupun visual suara, atau alat Bantu lainnya.
6.
Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan
Keefektifan menyangkut penyerapan
informasi yang optimal oleh siswa, sedangkan efisiensi berkaitan dengan
pengeluaran tenaga, waktu dan biaya seberapa mampu mencapai tujuan yang
optimal. berdasarkan perkembangannya, media dapat digolongkan menjadi:
1.
Media yang bersifat umum dan
tradisional
Contohnya: papan tulis, buku teks, majalah, buku rujukan dan lain lain.
Contohnya: papan tulis, buku teks, majalah, buku rujukan dan lain lain.
2.
Media yang bersifat canggih
Contohnya: radio, TV, VCD, tape recorder, OHP, LCD, dan lain lain.
Contohnya: radio, TV, VCD, tape recorder, OHP, LCD, dan lain lain.
3.
Media yang bersifat inovatif
Contohnya: komputer, internet, permesinan yang memungkinkan belajar mandiri.
Contohnya: komputer, internet, permesinan yang memungkinkan belajar mandiri.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
Pembahasan yang telah diuraikan mengenai model-model pembelajaran IPS yang
kreatif, inovatif dan menyenangkan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
PAIKEM
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
2. Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan merupakan merupakan salah satu model pembelajaran yang ideal.
Dengan metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM), siswa dapat mendapatkan ide-ide sendiri dalam pembelajaran
berlangsung dengan pendekatan lingkungan sekitar
3. Dampak positif dari diterapkannya model
PAIKEM yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu
yang ada di lingkungannya.
3.2 Saran
Dari hasil pemikiran di atas maka dapat
disarankan bahwa dalam rangka memberdayakan kemampuan bernalar siswa, para guru
dapat mempertimbangkan untuk menerapkan model PAIKEM dan memvariasinya dalam
pelaksanaannya sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta:DepDikNas
BSNP. 2007. Standar Nasional Pendidikan
Indonesia untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen
Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi menuju Desentralisasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanti, 2004. Pengantar Interaksi
Belajar Mengajar dan Metodologi Pengajaran. Bandung :Tarsito
Sudjatmiko,2003. Belajar dan
Pembelajaran.Jakarta, Rineka Cipta
Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate Pendidikan Menengah Umum. Indonesia,
Jakarta.
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah.html
http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2008/09/pakem-pembelajaran-aktif-kreatif_24.html