cari

Mengelola Disiplin Belajar Siswa Untuk Terciptanya sekolah Unggul



BAB I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Dalam usaha meningkatkan mutu dan kualitas intelektual, siswa di tuntut agar mempunyai sikap disiplin tinggi  terutama disiplin dalam belajar. Disiplin belajar penting diterapkan di bangku sekolah oleh guru dan siswa. Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu siswa dalam menghadapi tantangan perkembangan kehidupan dimasa depan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara keinginan individu tidak melanggar peraturan yang diperlukan oleh lingkungan untuk berkembang.Disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Dengan demikian, disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak awal, tetapi merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan.
Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan perlu menggelola disipilin belajar siswa agar pencapaian prestasi siswa dapat optimal, Perilaku disiplin bagi siswa adalah salah satu kunci sukses untuk dapat meraih prestasi yang maksimal dan prestasi siswa adalah bagian penting bagi prestasi sekolah. pada sekolah yang menerapkan standar disiplin belajar yang ketat pada akhirnya mampu membangun kepercayaan publik terhadap sekolah.  Dalam prakteknya, kedisiplinan memerlukan konsistensi dari setiap individu dalam melaksanakannya. Dengan kata lain untuk membangun sebuah sekolah unggulan haruslah dimulai dari disiplin belajar yang baik, kosisten dan berkelanjutan. Hal ini menraik bagi penulis untuk menyusun sebuah karya tulis yang berjudul “Mengelola Disiplin Belajar Siswa Untuk Terciptanya sekolah Unggul”.


1.2  Tujuan Penulisan
Dari latar belakang yang telah di uraikan maka, yang menjadi tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.    Menjelaskan apa yang dimaksud dengan disiplin.
2.    Menjelaskan bagaimana Mengelola Disiplin Belajar Siswa Untuk Terciptanya sekolah Unggul.
3.    Memenuhi tugas sekolah dalam pembelajaran mengenai sekolah unggulan sebagai pengganti studi banding.


1.3  mANFAAT pENULISAN
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diambil maka penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.    Pembaca memahami apa yang dimaksud disiplin belajar.
2.    Pembaca dapat memahami cara Mengelola Disiplin Belajar Siswa Untuk Terciptanya sekolah Unggul.
3.    Penulis dapat belajar mengenai sekolah unggulan.


Bab ii
isi

2.1 lANDASAN tEORI
2.1.1 Definisi Disiplin Belajar
Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan menentukan keberhasilan seorang siswa dalam proses belajarnya. Disiplin merupakan titik pusat dalam pendidikan, tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara guru dan siswa yang mengakibatkan prestasi yang dicapai kurang optimal terutama dalam belajar. Berikut adalah pendapat disiplin menurut para ahli.
Disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya (Rachman dalam bukunya Tu’u, 2004:32).
Disiplin adalah satu aspek kehidupan yang mesti wujud dalam masyarakat. Oleh itu ia hendaklah mendapat perhatian berat dari semua pihak sama ada di sekolah atau di luar sekolah (Zainal, 2009:2).
Disiplin belajar adalah hal yang sangatlah diperlukan bagi setiap siswa, dengan adanya disiplin belajar, tujuan pendidikan akan lebih mudah tercapai (Sanjaya, 2005:9).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian disiplin di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah serangkaian perilaku seseorang yang menunjukan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib norma kehidupan yang berlaku karena didorong adanya kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tujuan belajar yang diinginkan

2.1.2 Definisi Siswa
siswa merupakan sebutan untuk anak didik pada jenjang pendidikan dasar dan juga menengah.Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang diberikan oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.Siswa digambarakan sebagai sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan.  Selain memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga mengalami perkembangan serta pertumbuhan dari kegitan pendidikan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa merupakan salah satu anggota masyarakat yang memiliki potensi serta usaha untuk mengembangkan dirinya.Peserta didik yang pada ummnya merupakan inidividu yang memilki potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan baik fisik maupun psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkunagn masyarakat dimanapun ia berada.Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik serta etika yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya.  Tentu saja hal tersebut tidak dapat melupakan peran pendidik sebagai sumber ilmu dan salah satu unsur terpenting dari pendidikan.
Seorang pendidik harus memahami dengan betul karakter yang ada pada peserta didiknya. Pendidik juga harus mengerti bagaimana cara mengasah potensi yang ada pada peserta didiknya.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional:Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Abu achmadi, salah satu pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa peserta didik atau siswa merupakan individu yang belum bisa dikatakan dewasa. Ia memerlukan usaha, bantuan, serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai tingkat kedewasaannya. Ia juga mengungkapkan bahwa peserta didik juga membutuhkan bimbingan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di dean TUHan serta di depan negara sebagai warga negara yang baik. Dengan demikian siswa atau peserta didik dapat dikatakan orang yang mempunyai fitrah atau potensi dasar yang ada dalam dirinya berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangakan melalui pendidikan.
UU RI No. 20 th 2003 telah mencantumkan bahwa peserta didik memilki kewajiban sebagi berikut :
1.        Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.
2.        Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari kewajiban tersebut.
2.1.3 Pembentukan Sekolah Unggulan
Sekolah unggul dapat terwujud dengan mempertimbangkan demokratisasi, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan sekolah. Selain itu, proses pengembangan program sekolah harus melibatkan berbagai stakeholders atau warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, staf sekolah, siswa, orang tua, tokoh masyarakat, pejabat dinas pendidikan, pengusaha, anggota profesi, alumni, dan lembaga lain yang terkait. Dengan melibatkan berbagai pihak, maka sekolah dapat memanfaatkan secara optimal seluruh potensi yang ada di sekolah dan sekitarnya sehingga dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dan komitmen (members involvement) untuk merealisasikan program-program sekolah.
Upaya peningkatan kualitas sekolah tidak lepas dari upaya untuk untuk menyelenggarakan sekolah secara efektif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu sekolah yang memiliki karakteristik tertentu akan dapat mencapai tujuan sekolah secara efektif. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu sekolah dilakukan dengan menyosialisasikan program MBS yang dikemas dengan istilah MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Dalam program MPMBS dipaparkan secara jelas perencanaan-Implementasi dan Monitor-evaluasinya. Hanya saja komponen-kompenen pada MBS kurang rinci dalam memaparkan aspek-aspek yang harus dicapai. Untuk menyempurnakan program pemerintah tersebut tampaknya perlu pengayaan referensi agar MPMBS dapat diimplementasikan lebih mudah.
Di antara para pakar manajemen, terdapat ahli yang memiliki resep membuat sekolah menjadi efektif atau unggul. Ahli tersebut di antaranya adalah MacBeath & Mortimer (2001), ada sembilan hal yang harus diperhatikan untuk mengelola sekolah secara efektif yaitu:
1) visi misi jelas, 2) kepala sekolah profesional, (3) guru profesional, (4) lingkungan belajar kondusif, (5) pendidikan berbasis ramah siswa, (6) manajemen kuat, (7) kurikulum luas tetapi seimbang diiringi strategi pembelajaran yang efektif, (8) penilaian dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna, dan (9) pelibatan masyarakat secara positif-partisipatif. Penyelenggaraan sekolah efektif atau unggul hendaknya mengacu pada sembilan hal tersebut dengan beberapa penyesuaian dalam hal perencanaan.

2.2  PEMBAHASAN
2.2.1 Fungsi Disiplin Belajar Siswa Pada Sekolah Unggulan
Disiplin sangatlah penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Berbagai manfaat disiplin belajar bagi siswa sangatlah terlihat, terutama disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang teratur yang akan menjadikan siswa meraih kesuksesan dalam belajar.

Disiplin belajar yang diterapkan berulang-ulang akan memberikan kebiasaan yang baik bagi siswa. Berbagai macam fungsi disiplin belajar dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa maupun orang-orang disekitarnya. Beberapa fungsi disiplin antara lain:

1. Menata kehidupan bersama
Disiplin mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Hubungan atara satu dengan yang lainnya akan menjadi baik dan lancar dengan adanya disiplin.

2. Membangun kepribadian
Lingkungan yang berdisiplin baik akan sangat berpengaruh pada kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

3. Melatih kepribadian
Kepribadian yang tertib, teratur, taat, dan patuh perlu dibiasakan serta dilatih.

4. Pemaksaan
Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu.

5. Hukuman
Sanksi disiplin berupa hukuman tidak boleh dilihat hanya sebagai cara untuk menakut-nakuti atau untuk mengancam supaya orang tidak berani berbuat salah. Ancaman atau hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhinya.
6. Mencipta lingkungan kondusif
Peraturan sekolah yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran (Tu’u, 2004:38-44).

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Permasalahan disiplin belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau hasil belajarnya. Permasalahan-permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, pada umumnya berasal dari faktor intern yaitu dari siswa itu sendiri maupun faktor ekstern yang berasal dari luar. Beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin adalah sebagai berikut:
·         Kesadaran diri, berfungsi sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terbentuknya disiplin.
·         Pengikut dan ketaatan, sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
·         Alat pendidikan, untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai yang ditentukan dan diajarkan.
·         Hukuman, sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan (Tu’u, 2004:48-49).
Hal senada pendapat lain bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar adalah sebagai berikut:

a. Teladan
Teladan yang ditunjukkan guru-guru, kepala sekolah maupun atasan sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Dalam disiplin belajar, siswa akan lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan daripada dengan apa yang mereka dengar.

b. Lingkungan berdisiplin
Seseorang yang berada di lingkungan berdisiplin tinggi akan membuatnya mempunyai disiplin tinggi pula. Salah satu ciri manusia adalah kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan potensi adaptasi ini, ia dapat mempertahankan hidupnya.

c. Latihan berdisiplin
Disiplin seseorang dapat dicapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik kehidupan sehari-hari akan membentuk disiplin dalam diri siswa (Tu’u, 2004:49-50).

Sedangkan  menurut pendapat Suradi (2011) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar adalah sebagai berikut:
1.    Faktor eksterinsik

a.    Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, waktu, tempat dan peralatan maupun media yang dipakai untuk belajar. Lingkungan nonsosial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, meliputi keadaan ruang belajar dan peralatan mengajar. Keadaan ruang belajar dijabarkan menjadi kondisi udara yang baik, pencahayaan yang cukup, dan keadaan ruang belajar yang nyaman. Peralatan mengajar dapat dibedakan menjadi keadaan ruang kelas, fasilitas di dalam ruang kelas, kurikulum dan peraturan yang telah dibuat.
b.    Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antar ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.


2.    Faktor instrinsik
Factor intrinsik adalah factor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri diataranya adalah : psikologiseperti minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan kemampuan kognitif Pendapat lain mengatakan bahwa:

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Baharuddin, 2008:24). Seseorang yang tidak mempunyai minat untuk belajar dapat membuat gairah ataupun semangat belajar yang kurang. Munculnya minat belajar yang baik biasanya akan disertai dengan aktivitas belajar yang baik pula.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang besar akan mendukung kelancaran proses belajar siswa. Minat belajar siswa dapat ditunjukkan dengan perasaan senang pada suatu pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran, konsentrasi siswa terhadap pelajaran, dan kesadaran siswa untuk belajar.

Motivasi adalah keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2011:75).

Motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Sardiman (2011:89), “motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.

Menurut Sardiman (2011:83) “ciri-ciri motivasi adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja sendiri, cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, dan senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal”.

“Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan” (Djamarah, 2002:168).

“Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan – kesan yang diperoleh dari masa lampau” (Djamarah, 2002:169). Mengingat di dalam aktivitas belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara mempelajari kembali (review) materi-materi yang telah dipelajari.

Menurut Purwanto dalam Bloom (2008:43-47) kemampuan kognitif dibagi menjadi enam. Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan hafalan (knowledge)
Knowledge adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini testee dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja.

2. Pemahaman (komprehensi)
Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan tastee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.

3. Aplikasi (penerapan)
Dalam tingkatan ini, responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya.

4. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
Tingkat kemampuan untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen – komponen atau unsur pembentuknya.

5. Sintesis
Sintesis adalah penyatuan unsur – unsur atau bagian – bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.

6. Evaluasi (menilai)
Dengan kemampuan ini responden diminta untuk membuat penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.
Pendapat lain mengatakan bahwa:

Faktor-faktor fisiologi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama keadaan tonus jasmani keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Cara menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah: (1) Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh; (2) Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat; (3) Istirahat yang cukup dan sehat kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis.

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga (Baharuddin, 2008:19).

Dalam penelitian ini, kondisi fisiologis dikategorikan menjadi dua, yaitu kondisi fisik dan fungsi jasmani. Kondisi fisik siswa yang baik dapat memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas belajar. Kondisi fisik yang dimaksud di atas dapat diperoleh dengan menjaga pola makan, rajin berolahraga, dan dengan istirahat yang cukup. Fungsi jasmani yang diteliti lebih kepada fungsi pancaindera yang digunakan dalam aktivitas belajar, dalam hal ini adalah mata dan telinga.

Hal senada menurut pendapat Zainal (2009:2) menyimpulkan “ada banyak faktor yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan – perbuatan tidak disiplin, faktor – faktor ini lazimnya dikelompokkan kepada faktor sekolah dan faktor luar sekolah seperti persekitaran, keluarga, pengaruh rekan sebaya dan lain sebagainya”.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi disiplin belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik (faktor yang terdapat pada diri siswa) dan faktor ekstrinsik (faktor yang terdapat diluar diri siswa).

2.2.3   Mengelola Disipilin Belajar siswa
Dalam pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dapat dilakukan melalui pengembangan diri dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Hal ini sesuai dengan yang ada pada Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010:15), bahwa dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal berikut :
1.    Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contohnya adalah upacara setiap hari Senin, beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru atau teman. Kegiatan rutin akan mebangun siswa dalam segi disiplin waktu. Jadwal kegiatan yang tetap akan melati siswa untuk memenuhi tanggung jawabnya untukdapat mengikuti setiap kegiatan sekolah tepat waktu.

2.    Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Contoh kegiatan itu : membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, berpakaian tidak senonoh. Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya : memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi, berani mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.
Guru harus cepat dalam memberikan teguran atas tidakan siswa yang kurang baik maupun member apresiasi terhadap siswa yang menunjukan prestasi dan perilaku yang terpuji. Dalam pemberian sanksi semestinya guru harus pandai untuk memilih sanksi yang lebih membangun. Contoh: ketika siswa telah terlambat dalam mengikuti mata pelajaran, guru memberikan tugas yang sesuai dengan mata pelajaran degan motivasi untuk meningkatkan penguasaan siswa akan pelajaran tersebut bukan menghukum seperti memerintahkan siswa untuk mempelajari materi pelajaran dan mempresentasikanya dipertemuan yang akan datang.

3.     Keteladanan
Perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur,menjaga kebersihan. Keteladan memberi pengaruh kuat akan kewibawaan guru dan pengelola sekolah lainnya. Ketika siswa harus menghadapi sanksi ketika terlamabat atau melakukan sebuah pelanggaran lalu bagaimana dengan guru dan tenaga kependidikan lainnya jika menghadapi permasalahan yang sama. Kita lebih sering menjumpai guru yang bersifat tidak mau disalahkan disbanding guru yang demokratis, dalam memberikan keteladanan sifat guru yang beranai menerima kritis jauh lebih dihargai siswa disbanding guru yang selalu membenarkan diri dalam segala hal.

4.    Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakterbangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi danalat belajar ditempatkan teratur. Penanaman budaya bersih dan rapi tentu juga bagian dari disiplin belajar.
Penerapan pendidikan budaya karakter bangsa ini kan mampu menciptakan disiplin belajar yang kondusif, ramah dan produktif. Dengan demikian pencapaian pretasi siswa dalam bidang akademis maupun non-akademis dapat tercapai. Prestasi siswa meberikan andil besar dalam pencapaian prestasi sekolah. karena sekolah yang unggul selalu dapat mencetak siswa-siswi berprestasi.











Daftar Pustaka

Danim, Sudarwan. Visi baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Fattah, Nanang. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2012.
Goleman Daniel, Emotional Intelligence, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, Cetakan pertama, 1996
Nahdliyah, Ummi. Kebijakan Pimpinan Wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif  Nahdlatul ulama Jawa Timur tentang  Peningkatan Kualitas Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Waru  Sidoarjo menjadi Madrasah Unggulan. Tesisi-IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010.
Moedjiarto. Karakteristik Sekolah Unggul. Bandung: Duta graham Pustaka, 2002.
Suardi, Moh. 2010. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Masalembu: Indeks.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan Remaja Rosdakarya.
Widiastono, Tonny D. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas.
Zubaedi.2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.Bengkulu: Kencana. 
Sumber web : http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ppb_040019_ chapter2.pdf, 
Fajjarina, Asti. 2012. Disiplin Siswa di Sekolah dan Progam Bimbingan Pribadi Sosial.Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses tanggal 17 Oktober 2016
XI SMA Pasundan 8 Bandung  Tahun Ajaran 2009/2010). Progam Studi Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016