BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan hak bagi setiap warganegara. Dengan pendidikan dapat membawa dampak
pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi
oleh
negara. Masalah pendidikan di Indonesia diantaranya rendahnya mutu pendidikan
yang tercermin dari rendahnya prestasi belajar. Pembelajaran dengan alat peraga belajar,
maksudnya adalah guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan
alat bantu yang sesuai dengan
materi
yang diajarkan. Salah satu manfaat yang
dapat diperoleh dari pembelajaran dengan alat bantu adalah memudahkan guru dan
siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.Pada
dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk memahami konsep
abstrak, anak-anak memerlukan benda-benda konkret sebagai perantara atau
visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang
berbeda-beda. Bahkan orang dewasa pun yang pada umumnya sudah dapat memahami
konsep abstrak, pada keadaan tertentu sering memerlukan visualisasi. Belajar
anak akan dapat meningkat bila ada motivasi. Karena itu dalam pengajaran
diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi anak untuk belajar, bahkan untuk
pengajar. Misalnya : pengajaran supaya menarik, dapat menimbulkan minat, sikap
guru dan penilaian baik, suasana sekolah menyenangkan, ada imbalan bagi guru
yang baik, dan lain-lain.Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahami siswa
itu akan melekat dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat
dimengerti, bukan hanya mengingat fakta. Karena itulah dalam pembelajaran kita
sering menggunakan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga maka:
1)
proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama
siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik dan karena
itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.
2)
konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan karena itu dapat
dipahami dan dimengerti, dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih
rendah.
3)
hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar
akan lebih dapat dipahami.
4)
konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam
bentuk model matematik yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun
sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru bertambah banyak.
(Suherman, 2003:7).
Sesuai dengan eksistensinya di
sekolah, tugas utama seorang guru adalah mengajar sehingga setiap akan mengajar
seseorang guru harus mempersiapkan suatu cara bagaimana agar materi yang
diajarkan kepada siswa itu dapat diterima serta dapat dipahami dengan mudah.
Begitu pula halnya dalam proses belajar mengajar peranan guru dalam memilih
metode mana yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena
tugas utama guru adalah menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dengan
harapan siswa dapat menerima dan memahami bahan pelajaran dengan mudah.
Mengingat bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan suatu alat
untuk mencapai tujuan, maka makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian
tujuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila guru tepat dalam memilih metode
mengajar dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur, diharapkan siswa dapat
menerima dan memahami dengan baik apa yang diajarkan oleh guru.
Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien,
dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki suatu strategi. Salah satu
langkah untuk memiliki strastegi itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau biasanya disebut dengan metode mengajar.
Dalam hal ini media pembelajaran sangat berfungsi sebagai
alat penunjang proses pembelajaran dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran
kepada siswa atau anak didik untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian maka media pembelajaran sangat berperan dalam
memberikan motivasi yang positif dalam merangsang minat, intelegensi siswa agar
lebih kreatif, efektif, dan bersemangat dalam proses belajar mengajar sehingga
secara langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu dari berbagai sumber dijelaskan
bahwa cara pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan minat
belajar siswa sehingga diharapkan prestasi belajar dapat memuaskan.
1.2
Tujuan
Dari
latar belakang yang telah di uraikan maka, yang menjadi tujuan penulisan dari karya
tulis ini adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan
manfaat penggunaan alat peraga?
2.
Menjelaskan
hubungan penggunaan alat peraga sebagai penunjang prestasi belajar siswa?
1.3 mANFAAT
pENULISAN
Berdasarkan tujuan
penulisan yang telah diambil maka penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Pembaca memahami apa pengertian alat
peraga
2.
Pembaca
dapat memahami hubungan penggunaan alat peraga sebagai penunjang prestasi
belajar siswa
BAB
II
ISI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Alat Peraga
Tugas
utama seorang guru adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau menularkan
pengetahuan dan pandangan (Rooijakkers, 1982 :1). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan (mengatur) lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses
belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu
pengajaran disekolah sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.
Salah satu diantaranya adalah mengajar dengan menggunakan alat peraga/media.
Secara
umum pengertian alat peraga adalah benda atau alat-alat yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Alat peraga adalah seperangkat benda
kongkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja yang digunakan
untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
dalam pembelajaran (Djoko Iswadji, 2003). Alat peraga merupakan media
pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang
dipelajari (Sudjana, 2005:90). Alat peraga dalam proses pembelajaran memegang
peranan yang penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran
yang efektif. Alat bantu pembelajaran adalah perlengkapan yang menyajikan
satuan-satuan pengetahuan melalui stimulasi pendengaran, penglihatan atau
keduanya untuk membantu pembelajaran (Kochhar, 2008:214). Russefendi (1994:132)
memberikan definisi alat peraga, yaitu alat untuk menerangkan/ mewujudkan
konsep pembelajaran. Alat peraga adalah suatu alat yang dapat
diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar
mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002:59). Menegaskan
pendapat tersebut, Elly (1994) mengatakan bahwa alat peraga merupakan media
pembelajaran yang mengandung atau membawa ciri-ciri dari konsep yang
dipelajari. Karena alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran, maka
fungsinya juga sama dengan media pembelajaran.
Menurut
Anderson, alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang digunakan untuk
membantu para pengajar. Ahli lain mengemukakan bahwa alat peraga yaitu
alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru atau siswa dalam belajar mengajar
(Engkoswara, 1979:52). Menurut Estiningsih (1994), pengertian alat peraga
adalah media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep
yang dipelajari. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran. Kata
media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi
(Sadiman, 2002).
Piaget
(dalam Suherman, 2003: 40) berpendapat bahwa siswa yang tahap berfikirnya masih
pada tahap konkret mengalami kesulitan untuk memahami operasi logis dan konsep
pembelajaran tanpa alat bantu dengan alat peraga. Menurut Brunner (Suherman,
2003:43) dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda (alat peraga). Penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran oleh Brunner dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa
diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda konkret/alat peraga, sehingga
siswa langsung dapat berfikir bagaimana, serta pola apa yang terdapat dalam
benda-benda yang sedang diperhatikannya.
Fungsi
utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar
siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Penyampaian informasi
yang hanya melalui bahasa verbal memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya
siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang
terkandung dalam kata tersebut. Selain menimbulkan verbalisme dan kesalahan
persepsi, penyampaian dengan bahasa verbal menyebabkan semangat siswa untuk
menangkap pesan akan semakin kurang, karena siswa kurang diajak berfikir dan
menghayati pesan yang disampaikan, padahal untuk memahami sesuatu perlu
keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis (Sanjaya, 2007:169). Dengan
melihat, meraba, dan memanipulasi objek atau alat peraga maka siswa mempunyai
pengalamanpengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu
konsep.
Menurut
Hamalik (1982:23), ’Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah’. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:560) ’Media pengajaran adalah
sarana/alat bantu pembelajaran, agar siswa mudah memahami apa yang sedang
diajarkan oleh guru’. Alat peraga pengajaran menurut Usman (1996:31)
adalah’alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi
pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme
pada diri siswa’.
Belajar
akan efektif jika dimulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret
untuk menuju kepada pengalaman abstrak. Untuk itu perlu bantuan alat peraga
pengajaran. Alat peraga dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai seperti
di bawah ini.
1.
Peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir.
2.
Peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
3.
Peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga
hasil belajar dapat maksimal.
4.
Peragaan memberikan pengalaman nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa.
5.
Peragaan menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6.
Peragaan membantu tumbuhnya pemikiran dan berkembangnya kemampuan
berbahasa.
7.
Peragaan memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara
lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih
sempurna (Sudjana, 2005:100)
Ahli
lain mengatakan bahwa nilai-nilai lebih dari alat peraga antara lain
adalah a) meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, b)
memperbesar perhatian siswa, dan gairah belajar, c) membuat pelajaran
lebih menetap, tidak mudah dilupakan, d) menumbuhkan pemikiran yang
teratur dan kontinu, dan e) memberikan pengalaman yang nyata yang dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
Alat
peraga dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alat peraga jadi dan alat peraga
buatan sendiri. Alat peraga jadi yaitu alat peraga yang dibuat oleh suatu
perusahaan yang dapat dibeli oleh sekolah, siswa maupun guru tinggal
menggunakannya saja. Alat peraga buatan sendiri adalah alat peraga yang dibuat
sendiri oleh guru maupun siswa. Tidak semua sekolah mampu menyediakan alat
peraga karena harganya yang mahal. Oleh karena itu dapat disiasati dengan
membuat alat peraga sendiri, dengan biaya yang sedikit gurupun mampu
menggunakan alat bantu untuk menyampaikan materi sehingga materi itu dapat
diterima siswa dengan baik. Regional Education Centre of Science and Mathematic
(RECSAM), mengelompokkan alat peraga sebagai berikut.
- Alat praktik, adalah suatu alat atau set alat yang digunakan secara langsung untuk membentuk suatu konsep. Contoh alat praktek IPA: termometer. Termometer dapat digunakan untuk menanamkan konsep suhu dan kalor. Alat praktik IPA digunakan untuk melakukan kegiatan praktikum dan eksperimen.
- Alat peraga, adalah alat yang digunakan untuk membantu memudahkan memahami suatu konsep secara tidak langsung. Termasuk ke dalam kelompok ini antara lain: model, karta, dan poster.
- Alat pendukung, adalah alat yang sifatnya mendukung jalannya percobaan/eksperimen atau kegiatan pembelajaran yang lainnya. Contoh alat yang termasuk kelompok ini adalah pembakar spiritus, papan flanel, OHP, dan sebagainya.
Alat peraga sangat dibutuhkan oleh
guru karena guru dituntut untuk membuat relevan tentang apa yang terjadi
berabad-abad yang lalu. Dia harus merekonstruksi masa lampau,
penjelasan-penjelasan belaka tidak dapat membuat menjadi hidup, gamblang
dan relevan dengan kehidupan masa kini atau masa depan. Pelajaran bagi
siswa dikatakan menarik jika dikemas dengan tidak kaku dan ’agak’ bebas, yang
mampu membangun imajinasi peserta didik tentang pengetahuan dan pengalaman yang
menarik dari materi pembelajaran. Alat peraga dapat memperkuat pembelajaran,
antara lain :
- Membantu siswa mengenal pengetahuan secara langsung
- Menunjang kata terucap
- Membuat lebih nyata, jelas, menarik, dan seperti hidup
- Membantu mengembangkan kepekaan terhadap waktu dan tempat
- Mengembangkan kepekaan terhadap hubungan sebab akibat
- Membantu guru mengembangkan bahan pembelajarannya
- Menunjang bahan buku pelajaran
- Membantu pembelajaran permanen
- Menambah kesenangan dan minat pada pembelajaran (Kochhar, 2008:210).
Pembelajaran dengan alat peraga,
maksudnya adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan materi yang
diajarkan. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan
alat bantu adalah memudahkan guru dan siswa dalam mempelajari dan memahami
materi pelajaran yang akan diajarkan. Alat peraga akan sangat mudah sekali
penggunaanya apabila dipersiapkan, dirancang dan dipergunakan sebagai alat bantu
sendiri. Dalam pembuatan alat peraga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak
sedikit, untuk memilih, mempersiapkan bahan, pengayaan atau penjelasan.
Pergunakan kesempatan yang baik dalam menggunakan alat peraga sehingga ada
respon yang positif dari siswa, sehingga dapat melatih daya pikir dan
perkembangan siswa. Namun demikian manfaat lain dari alat peraga bisa
dipergunakan dilain waktu atau apabila materi pembahasan sama. Alat peraga yang
dibahas dalam tulisan ini berupa susunan konsep materi yang disesuaikan dengan
gambar sehingga menjadi satu konsep yang utuh. Konsep materi ini bertujuan
untuk mempermudah siswa dalam mempelajarai materi pelajaran, sehingga sesuai
dengan tujuan materi.
Gambar yang digunakan mampu membantu
menjelaskan kata-kata yang disampaikan. Sebagai alat komunikasi gambar dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa. Siswa lebih dapat memahami
berbagai perkembangan atau struktur melalui gambar (Sanjaya, 2007:168). Materi
gambar yang dipilih merupakan peristiwa-peristiwa penting serta tokoh-tokoh
yang berpengaruh. Gambar membuat lebih konkret karena generalisasi atau
pernyataan yang abstrak tidak selalu mudah dipahami. Gambar akan
menyederhanakan pengabstrakan dan membantu menciptakan serta mempertahankan
rasa ketertarikan (Kochhar, 2008: 265).
2.1.2 Prestasi Belajar Siswa
Prestasi
Belajar Siswa adalah
hasil yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan/dikerjakan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2003: 895), sedangkan menurut Tu’u
(2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru. Menurut Sukmadinata (2003: 101),
“Prestasi Belajar adalah realisasi atau
pemekaran dari kecakapa-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang”.
Prestasi Belajar
kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi Belajar harus memiliki tiga
aspek, yaitu kognitif, affektif dan psikomotor. Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada
seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi Belajar dari siswa adalah
hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses
pembelajaran. Prestasi Belajar
adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu
terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.
Winkel
(1996:226) mengemukakan bahwa Prestasi
Belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Maka Prestasi Belajar merupakan
hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa Prestasi Belajar adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi Belajar
di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang
relevan. Jadi Prestasi Belajar
adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi
Belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi
Belajar dapat diukur melalui tes yang
sering dikenal dengan tes Prestasi
Belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes Prestasi Belajar bila dilihat dari
tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada
hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Tes Prestasi Belajar
berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap
performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes Prestasi Belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes
sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian Prestasi Belajar adalah sesuatu yang
dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu Prestasi Belajar siswa harus mengalami
proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan
mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Maryanto (dalam Yulita, 2008) mengatakan bahwa seseorang
yang telah berusaha untuk mencapai tujuannya dan berhasil, maka orang itu
dinyatakan berprestasi. Lebih lanjut Maryanto menyatakan bahwa seseorang
dinyatakan berprestasi bila mampu memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang
lain, mampu melakukan sesuatu dengan baik dalam segala hal, membuat impian
menjadi kenyataan dan mampu menghentikan kebiasaan buruk.
Prestasi belajar siswa adalah
kecakapan yang sesungguhnya atau hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar pada periode tertentu (Nurkancana, dalam Sukiaiyana 2003).
Menurut Purwadarminto (dalam Yulita, 2008) prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada
waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan
Prestasi Belajar Siswa adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 :
11).
2.2. PEMBAHASAN
2.2.1 Manfaat Alat Peraga
Manfaat alat peraga menurut Suherman (1994:274) di antaranya
adalah membantu guru dalam a) memberi penjelasan konsep, b)
merumuskan atau membentuk konsep, c) melatih siswa dalam
keterampilan, d) memberi penguatan konsep pada siswa (reinforcement), e)
melatih siswa dalam pemecahan masalah, f) melatih siswa dalam pengukuran,
dan g) mendorong siswa untuk berfikir kritis dan analitik. Penelitian yang
dilaksanakan oleh Higgins dan Suydam tahun 1976 (Suherman, 1994:273) memberikan
hasil bahwa secara umum alat peraga berfungsi efektif dalam memotivasi belajar
siswa dan terdapat perbandingan 6 : 1
antara pengajaran yang menggunakan alat peraga dengan yang tidak
menggunakannya.
Kelebihan
dan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga
Kelebihan dan kekurangan penggunaan
alat peraga dalam pengajaran antara lain yaitu:
- Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
- Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya
- Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan
- Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
Ada beberapa kelemahan sehubungan
dengan gerakan pengajaran alat peraga itu, antara lain terlalu menekankan
bahan-bahan peraganya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain
yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan
pengelolaan bahan-bahan itu. Kelemahan lain adalah alat peraga dipandang
sebagai’alat Bantu’semata-mata bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat peraga
tersebut diabaikan. Di samping itu terlalu menekankan pentingnya materi
ketimbang proses pengembangannya dan tetap memandang materi audiovisual sebagai
alat Bantu guru dalam mengajar. Sedangkan ekurangan alat peraga yaitu:
a)
Mengajar
dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru.
b)
Banyak
waktu yang diperlukan untuk persiapan
c)
Perlu
kesediaan berkorban secara materiil
Jenis Jenis Alat Peraga
Alat peraga merupakan salah satu
jenis perlengkapan media pembelajaran yang memiliki peran penting. Penggunaan
alat peraga akan membuat proses pengajaran menjadi lebih efektif, menyenangkan
dan juga memberikan hasil pembelajaran yang lebih optimal. Karena alas an
itulah kemudian banyak lembaga pendidikan baik formal maupun non formal yang
mulai menerapkan penggunaan alat
peraga pembelajaran dalam berbagai
bidang studi. Selain untuk menunjang kegiatan pembelajaran demi tercapainya
hasil pembelajaran yang optimal, koleksi alat peraga pendidikan yang dimiliki
oleh sebuah lembaga pendidikan juga menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga
jangan heran jika sekolah atau lembaga pendidikan lain yang memiliki lebih
banyak koleksi alat peraga pendidikan akan lebih diminati dan memiliki jumlah
siswa yang lebih banyak.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
sekolah atau lembaga pendidikan lain yang aktif dan rutin menggunakan alat
peraga pembelajaran memiliki tingkat prestasi akademik siswa yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sekolah atau lembaga pendidikan yang tidak atau jarang
menggunakan alat peraga dalam proses belajar mengajar. Maka wajar saja jika
kemudian lebih banyak siswa atau orang tua siswa yang lebih mempercayai lembaga
pendidikan yang didukung dengan alat peraga pendidikan lengkap.
Berbicara mengenai alat peraga,
sebenarnya Jenis alat peraga sendiri ada banyak sekali, dimana dalam
pemilihannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan relevansinya dengan materi
yang akan diajarkan. Namun secara garis besar, jenis jenis alat peraga dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Alat peraga lihat atau visual aids
Alat
peraga ini berfungsi untuk menstimulasi indera penglihatan pada saat terjadinya
proses pembelajaran. Alat peraga jenis ini juga dibadi menjadi dua jenis yaitu
alat peraga yang diproyeksikan dan alat peraga yang tidak diproyeksikan.
Alat
peraga yang diproyeksikan meliputi slide, strip, film dan sebagainya, sementara
alat peraga visual yang tidak diproyeksikan meliputi benda baik 2 dimensi maupun
3 dimensi, peta, bagan, grafik, gambar, antagomi, globe dan sebagainya.
2. Alat peraga dengar audio aids
Alat
peraga ini berfungsi untuk menstimulasi indera pendengar pada saat terjadinya
proses pembelajaran, misalnya video cassette, pita suara, piringan hitam dan
sebagainya. Seperti halnya alat peraga visual, alat peraga audio ini juga
dibedakan dalam dua jenis yaitu alat peraga audio sederhana dan rumit. Alat
peraga audio sederhana adalah jenis alat peraga dengan menggunakan alat-alat
sederhana yang biasa didesain sendiri atau tersedia di lingkungan, sementara
alat peraga audio rumit adalah jenis alat peraga audio yang berteknologi
seperti misalnya slide film video, video cassette dan sebagainya.
Baik
alat peraga audio maupun alat peraga visual, masing-masing memiliki fitur dan
spesifikasi yang berbeda-beda, demikian juga dengan kelebihan serta
kekurangannya. Untuk menentukan pilihan yang paling tepat dan sesuai agar
mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal tentu saja harus dengan
menyesuaikan jenis alat peraga dengan materi yang akan diajarkan. Sebuah
penelitian mengemukakan bahwa mata merupakan indera manusia yang menyerap lebih
banyak informasi dibandingkan dengan indera lainnya yaitu sebesar 75%-85%.
Meski demikian pemilihan jenis alat peraga juga harus disesuaikan dengan
kebutuhan siswa serta relevan dengan materi yang akan dipelajari. Karena
berbeda materi pendidikan, kharakter siswa dan tujuan yang ingin dicapai, maka
akan berbeda juga jenis alat peraga yang tepat untuk digunakan. Pemilihan jenis
alat peraga ini harus dilakukan dengan tepat, sebab penggunaan alat peraga
dalam proses pendidikan adalah sebagai pengganti objek nyata sehingga dapat
memberikan stimulasi kepada siswa dalam memahami dan menangkap materi yang
disampaikan oleh guru. Pemilihan alat peraga yang salah atau kurang tepat juga
dapat berdampak fatal, yakni kesalahan penerimaan informasi atau materi
pendidikan oleh siswa.
Untuk
menentukan jenis alat peraga manakah yang paling sesuai dan tepat untuk
digunakan dalam proses belajar mengajar, ada banyak sekali hal yang harus
diperhatikan diantaranya adalah jenis materi yang akan disampaikan, lokasi
belajar, kharakteristik siswa dan tentu saja metode pengajaran yang digunakan.
Dengan pemilihan jenis alat peraga pendidikan yang tepat dan sesuai
didukung dengan penggunaan yang maksimal dan SDM pengajar yang mumpuni, tentu
saja akan memberikan hasil pembelajaran yang lebih maksimal.
2.2.1
Hubungan Penggunaan Alat Peraga Sebagai penunjang Prestasi Belajar Siswa
Hubungan
penggunaan alat peraga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
belajar siswa menuju prestasi yang lebih baik. Pengaruh itu terjadi karena
penggunaan alat peraga terhadap siswa disamping dapat menambah pengalaman
belajar siswa juga dapat menunjang siswa
dalam proses belajar mengajarnya selain itu dapat membantu siswa memperlancar
dalam mencapai tujuan pendidikannya. Sriyono
dkk. (1992: 123) menyatakan bahwa alat bantu mengajar atau alat peraga
pembelajaran yang digunakan dengan baik akan dapat menghilangkan penyakit yang
paling banyak di sekolah yaitu verbalisme. Lebih dari itu juga dapat
mempertinggi hasil belajar dan mengajar
Prestasi belajar dapat dipengaruhi
juga oleh pemilihan alat peraga (media) yang tepat dalam proses pembelajaran.
Dalam pemilihan media pembelajaran menurut H.M. Syarifudin (2005: 10)
menyatakan bahwa ada delapan faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
media, yaitu:
1. Sesuai dengan
tujuan yang dicapai;
2. Sesuai dengan
bahan yang akan disajikan;
3. Sesuai dengan
kemampuan guru yang bersangkutan;
4. Sesuai dengan
kematangan berfikir anak;
5. Kemudahan dalam
memperolehnya;
6. Sesuai dengan
situasi dan kondisi;
7. Kualitas
alat/teknik dapat dipertanggungjawabkan;
8. Efektifitas
biaya dan efisien dalam penggunaannya.
Menurut Arief S. Sadiman dkk. (2003:
83-84) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara
lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatan guna, kondisi siswa,
ketersediaan perngkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), mutu
teknis dan biaya.
Pada awalnya media hanya berfungsi
sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yakni berupa sarana yang dapat
memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi
belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak, menjadi
lebih sederhana, kongkrit dan mudah dipahami. Selanjutnya dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan, media pengajaran atau alat peraga pembelajaran
dapat memberikan pengalaman yang lebih kepada siswa. Dengan demikian media atau
alat peraga dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap anak terhadap materi
pembelajaran dan anak mempunyai nilai prestasi yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib,
Zainal. 2008. Tulisan Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.
Hasan,
S. Hamid. 2003. Strategi Pembelajaran Pada Era Otonomi Daerah sebagai
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah.
Kasmadi,
Hartono. 1996. Model-Model dalam Pembelajaran . Semarang:IKIP Semarang
Press.
Kasmadi,
Hartono. 2007. Pengkayaan Materi Pembelajaran IPS di Sekolah. Makalah.
Kochhar,
S.K. 2008. Pembelajaran . Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Lestari,
Tita. Supervisi Pembelajaran. Makalah.
Mulyasa.
2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosda Karya.
Pujiati.
2004. Penggunaan Alat
Peraga Dalam Pembelajaran . Yogyakarta. Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Arifin,
Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta.