cari

pengaruh pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi pada balita di Desa Cahaya Mas Kampung 1, Kabupaten Ogan Komering Ilir.



BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang  memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Selain itu tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan. (FKM UI, 2007 : 176) 1 Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental.
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas contohnya penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan di konsumsi.Kekurangan gizi dapat menyebabkan efek yang serius yaitu kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya perkembangan kecerdasan, menurunnya produktivitas, dan menurunnya daya tahan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Balita yang kekurangan gizi sangat berpengaruh pada perkembangan otak yang proses pertumbuhannya terjadi pada masa itu,menyebutkan bahwa status gizi balita dapat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, pemeliharaan kesehatan, program pemberian makanan tambahan, pengetahuan,pendidikan, pola asuh keluarga, dan jumlah anak dalam keluarga.Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi status gizi pada balita. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu tentang pentingnya gizi pada balita. Pengetahuan ibu tentang gizi makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangan gizi balita, dimana kurangnya pengetahuan ibu akan bahan makanan yang bergizi, dan tidak mengerti bagaimana cara memberikan makanan yang benar, dapat menyebabkan asupan gizi kurang.

 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat   dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana    pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi kepada balita di Desa Cahya Mas Kampung 1 Kabupaten Ogan Komering Ilir?

1.3   Batasan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas tidak melebar dari rumusan masalah yang ditentukan maka ditentukan batasan masalah hanya pada pengaruh pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi pada balita di Desa Cahaya Mas Kampung 1, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

1.4 Tujuan Penelitian
 Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.    Menjelaskan pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi kepada balita didesa cahya mas kampung 1 Kabupaten Ogan Komering Ilir.

1.5  Perumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini peneliti mengambil hipotesis bahwa: ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan asupan gizi yang akan diberikan kepada balita.



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1  Pengertian Pengetahuan
Menurut Maman Rachman (2003:93), pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui,sedangkan mengetahui artinya mempunyai bayangan tentang sesuatu. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:122-123), pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1.    Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.     Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3.     Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasiatau kondisi sebenarnya.
4.    Analisis (analysis)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.    Sintesis (synthetis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru di formulasi-formulasi yang ada.


6.    Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi/objek.

2.2  Pengertian Gizi Balita
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan seimbang.
Gizi Balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua jika ingin tumbuh kembang putra putrinya maksimal.
2.3 Asupan  Kebutuhan Gizi pada Balita
Kebutuhan gizi balita adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
  1. Kebutuhan Energi
    Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
  2. Kebutuhan zat pembangun
    Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
  3. Kebutuhan zat pengatur
    Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
  4. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Peran Makanan Bagi Balita adalah sebagi berikut:
a.      Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
b.     Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
c.        Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
d.        Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan.


2.4 Tujuan Gizi Bagi Balita
a.  Memberitahukan bahwa gizi sangat penting bagi kesehatan tubuh.
b.  Memberikan pada ibu dan calon ibu untuk berhati-hati dalam pemilihan makanan untuk sang buah hati.
c.   Memberitahukan pada masyarakat bahwa gizi merupakan suatu kebutuhan yang mendesak bagi tubuh sehingga perlu dipenuhi agar tubuh menjadi sehat.
d.  Menjelaskan berbagai faktor fisiologis yang mempengaruhi keadaan gizi anak balita.
e.  Menyebutkan kebutuhan berbagai zat gizi terhadap perkembangan berbagai organ tubuh anak balita.
f.    Menjelaskan faktor di masyarakat yang dapat mempengaruhi keadaan gizi anak balita.
g.  Menjelaskan pengaruh faktor sosioekonomi orangtua pada keadaan gizi anak balita.
h.  Menjelaskan pengaruh faktor pendidikan orangtua pada keadaan gizi anak balita.
i.    Menyebutkan masalah perkembangan tubuh pada anak balita.
j.    Pengaruh Status Gizi Terhadap Balita
Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah tersrang penyakit, karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh.
Beberapa penyakit yang timbul akibat kurangnya gizi antar lain diare, disentri, gondok, busung lapar. Defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP), Defisiensi Vit. A, Defisiensi Yodium, Anemia, Marasmus, Kwashiorkor dan beberapa penyakit lainnya.
Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga mempengaruhi kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi genetiknya.

2.5  Pengaruh Status Gizi Dapat Dilihat Dari Segi:
1.   Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih memahami makanan dan memiliki makanan yang baik untuk anak balita.
2.    Sosial Budaya
Ada sebagian masyarakat yang mempunyai adat istiadat tertentu terutama tentang pemberian makanan yang boleh dan tidak boleh. Misalnya, tidak boleh makan telur jika ada luka, karena akan menyebabkan terjadinya pembusukan pada luka dan lain sebagainya. Seharusnya telur merupakan sumber gizi yang tinggi kadar protein dan baik untuk penyembuhan luka.
3.  Serat Makanan
Serat baik untuk kesehatan pencernaan. Anak-anak yang diberi makanan yang berserat akan baik untuk untuk kesehatan dan pertumbuhannya.
4.  Kemudahan Cerna
Nutrient dalam bahan makanan yang lazim tersedia biasanya mudah dicerna. Persentase nutrien yang dapat diasimilasi dalam sebagian besar bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari cukup tinggi, misalnya untuk karbohidrat 97% dan lemak 95%. Walaupun demikian beberapa faktor dapat dipengaruhi proses kemudahan cerna tersebut, diantaranya cara menyimpan, mengolah dan memasak bahan makanan, serta terdapatnya bahan senyawa lain secara bersamaan.



5.    Rasa Kenyang
Selain terhadap kepuasan dan terpenuhnya rasa kenyang, pemberian makanan harus dapat pula memenuhi persyaratan segi kesehatan. Beberapa jenis makanan mempunyai nilai rasa kenyang yang tinggi, berarti cepat memberikan rasa kenyang, seperti susu, telur, makanan yang berlemak. Sedangkan roti, kentang, daging tanpa lemak, ikan, sayur buah mempunyai nilai rendah.
6.    Sumber Makanan
Tersedianya makanan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Semakin sulit atau jauh mendapat makanan yang mengandung gizi akan semakin sulit juga bagi seseorang untuk mendapatkan makanan yang mengandung cukup gizi atau gizi yang baik.
2.6 Gizi Seimbang Bagi Balita
Seorang anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan normal. Secara fisik, anak sehat dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan yang teratur dan proporsional. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Sehat tampak aktif, gesit dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Meskipun kekurangan gizi bukan merupakan hal baik bagi balita, bukan berarti apabila seorang balita diberikan asupan gizi secara berlebih (misalnya memberikan berbagai pil vitamin) akan membuat tubuhnya menjadi kebal terhadap berbagai penyakit. Tubuh balita justru akan mengalami kehilangan kemampuan untuk ’membentengi’ tubuh, sehingga mempermudah masuknya penyakit.
Sejak masa kanak-kanak, otak manusia sudah mempunyai dendrit yang berfungsi untuk mengantarkan rangsangan. Lebih banyak dendrit yang terbentuk dalam otak berarti lebih banyak sinapsis yang berkempuan dalam belajar. Jika pada puncak pembentukan dendrit gizi yang tersedia tidak cukup maka jumlah sinapsis yang terbentuk akan berkurang sehingga mengakibatkan fungsi mentalnya berkurang seperti: daya ingat dan kapasitas belajar kurang. Pada anak usia dua sampai tiga tahun mulai mendapatkan masukan gizi-gizi yang khusus, seperti seng dan vitamin A.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
dari jenis jenis metode penelitian. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Dengan demikian metode penelitian deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis), akan tetapi juga memadukan hasil observasi dan data kuatitatif yang diperoleh.
1.    Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian.

2.     Metode  wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel.Dalam penelitian dikenal teknik wawancara-mendalam .Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif.

3.2 Prosedur Penelitian
Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan secara sistematis, empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang dipandu oleh prosedur berikut:
1.    Menyiapkan target pengamatan beserta indikatornya
2.    Menjalankan pengamatan.
3.    Menyiapkan bahan pertanyaan wawancara kepada responden
4.    Memperdalam temuan dengan wawancara
5.    Mengumpulkan temuan pengamatan dan wawancara.
6.    Menganalisis temuan.
7.    Menyusun laporan penelitian



3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 Desember – 10 Desember 2015. Penelitian akan dilakukan Di desa Cahaya Mas, Kampung 1 Kecamatan Mesuji Makmur, Kabupaten Ogan Komering Ilir.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
Setelah menjalankan prosedur penelitian dan menganalisa setiap temuan dalam kegiatan observasi dan wawancara dengan responden yang terpilih, mengenai tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi kepada balita didesa cahya mas kampung 1 Kabupaten Ogan Komering Ilir, maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel Hasil Penelitian
No.
Pertanyaan
Jawaban
No.
1.
Apakah pendidikan terakhir anda
SMK
11.
SMP
22.

Paket C
33.
MA
44.
SD
55.
SMP
66.
SMK
77.
SD
88.
SMA
99.
SD
110.
22.
Berapa usia anda ?
21 Tahun
11.
44 Tahun
22.
27 Tahun
33.
25 Tahun
44.
.38 Tahun
55.
18 Tahun
66.
45 Tahun
77.
40 Tahun
88.
.24 Tahun
99.
25 Tahun
110.
33.

m
Menurut pendapat anda apakah pendidikan mempengaruhi terhadap pentingnya pemberian gizi kepada balita?
Ya sangat penting
11.
Ya, karena pemberian gizi sangat penting bagi usia balita untuk pertumbuhannya

22.
Ya penting karena tanpa mempunyai pendidikan kita tidak bisa mengetahu I tentang pemberian gizi yang baik

33.
Ya sangat penting agar para balita menjadi sehat dan pintar
44.
Ya sangat penting
55.
Ya karena dapat mempengaruhi perkembangan anak
66.
Ya karena semakin tinggi pendidikan ibu semakin banyak juga pengetahuan ibu
77.
Ya, sangat penting agar balita bisa bertumbuh dengan baik
88.
Ya, karena jika anak tidak di beri asupan gizi yang seimbang maka kecerdasan anak berkurang
99.
Ya, baik buruknya kesehatan anak tergantung pada orang tua yang memberikan gizi
110.
4.
Apakah anda sudah memberikan gizi yang seimbang untukanak anda?
sudah.
11.
Sangat cukup
22.
Sudah 
33.
Ya sudah
44.
Sudah 
55.
Sudah 
66.
Sudah 
77.
Sudah 
88.
Sudah 
99.
Sudah 
110.
55.
Apakah penting memberikan gizi kepada anak anda?.


penting
11.
Sangat penting.
22.
Sangat penting.
33.
Sangat penting.
44.
Sangat penting.
55.
Sangat penting.
66.
Sangat penting.
77.
Sangat penting.
88.
Sangat penting
99.
Sangat penting.
110.
66.
Apakah anda selalu memperhatikan setiap perkembangan anak anda?
Ya
11.
Tentu saja
32.
Ya  selalu
33.
tentu
44.
ya
55.
Ya
66.
Ya
77.

Ya
8.8
Ya 
99.
Ya
110.
77.

8
Menurut pendapat anda apakah kesehatan anak anda sangat lah penting?
Ya penting sekali
11.
ya
22.

ya
33.
Ya tentu saja
44.
Ya

55.
Penting sekali
66.
Ya
77.
Ya tentu
88.
Ya sangat penting
99.
Ya
10

4.2 Pembahasan
Dari hasil wawancara diketahui 30% responden memiliki pendidikan sekolah dasar, 20% adalah lulusan sekolah menengan dan 50% adalah lulusan SMA sederajat.  Dengan kelompok usia  2 responden dibawah 20 tahun, 4  berusia antara 20 sampai 30 tahun dan 4 berusia diatas 40 tahun.
Mengenai pengetahuan umum terhadap pemberian asupan gizi terhadap balita 100% responden tahu bahwa pemberian gizi sangat penting terhadap perkembangan balita. Dan seluruh responden merasa telah emberikan gizi yang cukup terhadap anak. Saat diminta menilai perekmbangan balita hampir seluruh responden menyatalan pertumbuhan dan perkembangan balita mereka baik dan sehat.
Tetapi berdasarkan pendekatan observasi penulis didapatkan hasil yang bertolak belakang dengan hasil wawancara. Keseluruhan responden memang telah menyiapkan dan meneydiakan cadangan makanan yang bergizi terhadap balita mereka tetapi dalam prosedur pemberiannya. Orang tua sering mengabaikan jadwal makan, jumlah, dan kualitas makanan.
Mengenai jadwal makan pada orang tua dengan pendidikan sekolah dasar kurang memperhatikan kapan memberi makan balita yang baik, mereka cenderung lebih tertarik untuk membuat anak diam tidak menangis daripada memperhatikan jumlah dan waktu makan dan minum asupan gizi sehingga anak tumbuh lebih gemuk dan susah untuk melakukan aktivitas bermain mereka.
Pada orang tua pada pendidikan menengah pertama justru orang tua hanya berorientasi pada pekerjaan sehingga pada pola pemberian makan justru akan kurang diperhatikan sehingga anak sering telat makan meski kebutuhan makan sebenarnya tersedia. Tetapi kesibukan bekerja dan aktivitas lain lebih diprioritaskan dibanding merawat dan mengasuh anak mereka.
Pada orang tua  yang memiliki pendidikan sekolah menengah atas orang tua yang cenderung memprioritaskan kebutuhan anak dan mengurangi aktivitas lain untuk memeberikan waktu kepada anak, sehingga anak mendapat perhatian penuh.
Tetapi dari keseluruhan sampel 75% masih belum dapat menghindarkan anak dari makanan ringan yang berbahan pengawet dan mengandung perasa kimia tinggi. Hal ini ditunjukan bahwa balita sering mengonsumsi makanan seperti chiki, sosis, minuman kemasan, dan bakso kemasan. Tentu kita ketahui bahwa makanan dan minuman tersut sangat berdapak buruk bagi pertumbuhan anak baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Berdasarkan hasil observasi ibu yang berpendidikan SD sebanyak 20 % dengan status gizi balita mayoritas kurang, ibu yang berpendidikan SMP sebanyak dengan status gizi balita mayoritas baik sebanyak 25% balita, ibu yang berpendidikan SMA sebanyak 40 % dengan status gizi balita kurang sebanyak 15% balita dan sisanya dengan status gizi balita baik dan sedang. Sehingga kesimpulannya ada Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita Di desa Cahaya Mas kampung 1.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas ibu memiliki balita yang status gizinya kurang yaitu ibu dengan pendidikan SMP sebanyak 43,6%. Dimana pendidikan ibu mempengaruhi status gizi balita. Karena tingkat pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak tanduknya dalam menghadapi berbagai masalah. Seorang ibu mempunyai peran yang penting dalam kesehatan dan pertumbuhan anak. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kenyataan antara lain anak-anak dari ibu yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik dan mudah menerima wawasan lebih luas mengenai gizi . Anak dengan ibu berpendidikan rendah memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dari pada anak dengan ibu berpendidikan tinggi . Peran orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya . Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan.


Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan mengenai pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi kepada balita didesa cahya mas kampung 1 Kabupaten Ogan Komering Ilir, ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Peran orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya .
2.    Anak - anak dari ibu yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan tumbuh kembang lebih baik karena mudah menerima wawasan lebih luas mengenai gizi .

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat maka peneliti memberikan saran berikut ini:
1.    Pemerintah harus mensosialisakan kesadaran gizi dan pola asuh kepada ibu-ibu melalui posyandu, bidan dan unit kesehatan lain.
2.    Diadakan penelitian lebih lanjut, karena penelitian ini masih bersifat rintisan.




DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
BPS,Unicef,Bappeda,2000. Peningkatan Kemasyarakatan Propinsi ProfilKesehatan Propinsi Jateng,1999.Semarang: Proyek Jawa Tengah
Budiyanto, Agus.2001, Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Edisi Revisi, Malang
Dainur, 1995. Ilmu Kesehatan Masyarakat KIA di Puskesmas dan Permasalahannya Jakarta: EGC
Depkes RI.Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di Puskesmas danRumahTangga
 Hidayat Syarif, Asep Rustiawan; Vandal Julia, 1992.Petunjuk Laboratorium KajiTindak Partisipatif dalam Pangan dan Gizi Masyarakat, Bogor :DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tingkat PusatAntar Universitas Pangan dan Gizi, IPB Bogor
Khomsan, Ali, 2002,Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, PT, Rajagafrindo Persada:Jakarta
Kodyat, AB, Minarto R, Golopong S, Iryonis, 1996.
Status Konsumsi Gizi di Indonesia, Gizi Indonesia. Persagi;Bogor
Notoatmojo, Suekidjo, 2002.Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta
Notoatmojo Soekidjo. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar Rineka Cipta: Jakarta
Roedjito, 1989,Kajian Penelitian Gizi,Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Singarimbun, Masri.1998.Penduduk dan Perubahan.Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Supariasa, Bakrie, dan Fajar. 2002.Penilaian Status Gizi, EGC; Jakarta
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004. Angka Kecukupan Gizi.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia :Jakarta
 Winarno, F.G,1997.Keamanan Pangan, ITB : Bandung