BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Generasi
muda sebagai penerus cita - cita perjuangan bangsa dan merupakan sumber insan
bagi pembangunan. Jadi perlu ditingkatkan pembinaan dan pengembangannya karena
generasi muda merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua,
keluarga,masyarakat, dan pemerintah serta ditujukan untuk meningkatkan kualitas
generasi muda. Dalam rangka pembinaan generasi muda, banyak cara yang telah
dilakukan dari kalangan pemuka masyarakat, para guru dan pihak aparat
kepolisian. Keberhasilan dari pembinaan tersebut masih jauh dari apa yang
diharapkan. Hal-tersebut terbukti dari perilaku remaja yang besifat negatif
seperti perkelahian, pencurian, cabut sekolah, merokok dan mengkonsumsi
narkoba. Hal ini dapat mengaburkan masa depan bangsa. Untuk menanggulangi
masalah remaja diperlukan berbagai pemikiran dari berbagai sudut pandang dari
masyarakat maupun pemerintah.
Menurut Soerjono : Pada umumnya remaja
melakukan kenakalannya dari keluarga broken home yang dapat mempengaruhi
perkembangan dari anak tersebut. Maksud dari kata broken home adalah kedua
orang tua masih utuh akan tetapi selalu sibuk urusan masing - masing sehingga tugas
terhadap anaknya menjadi, terabaikan. Apabila anak tidak mendapatkan perhatian
dari kedua orangtuanya, serta hubungan antara orang tua dengan anak yang
menjadi renggang tentu akan mengakibatkan anak tersebut akan kehilangan kontrol
sehingga anak dalam keluarga mulai keluar rumah dan mulai mencari kesenangan
sendiri, mulai berbohong untuk mencari perhatian orang tuanya dan menghalalkan
segala cara untuk mendapat keinginannya Kenakalan dilakukan merupakan
pelampiasan ketegangan, kerisauan di dalam hatinya sehingga remaja merasa tidak
bahagia karena dipenuhi anak tersebut malas sekolah dan tidak konsentrasi dalam
belajar sehingga prestasi menjadi menurun. Dari pemikiran diatas dapat
disimpulkan bahwabimbingan dan pengawasan orang tua sangatlah penting terhadap
pencegahan kenakalan remaja selain itu keluarga dan peranan masyarakat juga
sangat di butuhkan, hal ini yang melatar belakangi penulis untuk menyusun karya tulis
ilmiah dengan judul: “Pengaruh Kenakalan remaja Dengan Prestasi
Belajar.”
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di atas,
maka timbul beberapa pokok masalah dalam penulisan karya ilmiah ini, antara
lain sebagai berikut:
a.
Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa?
b.
Apa saja Faktor – faktor kenakalan remaja?
c.
Bagaimana upaya penanggulanan kenakalan remaja dalam
mempengaruhi prestasi belajar siswa?
1.3 Tujuan
1.
Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
2.
Apa saja Faktor – faktor kenakalan remaja.
3.
Bagaimana upaya penanggulanan kenakalan remaja dalam mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
1.4 Metode
Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini
adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam
pengumpulan data.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Prestasi Belajar Siswa
Menurut
Poerwadaminta dinyatakan bahwa "Prestasi adalah hasil yang dicapai.
Prestasi merupakan sesuatu yang sudah didapat atau sesuatu yang sudah
dikuasai". Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sering dinyatakan
dalam bentuk angka yang menunjukkan tingkat pemahaman seseorang mengenai bahan
pelajaran yang telah dipelajari Seperti yang dikemukakan oleh Nasution
menyatakan bahwa "Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau
kemampuan seorang siswa dalam melalakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang
dicapai. Dalam memperoleh hasil belajar yang baik minat juga sangat menentukan
seorang siswa berhasil atau tidak dalam belajarnya. Menurut Poerbakawatja
menyatakan, "Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk
menerima sesuatu dari luar belajar. Tiap - tiap pelajaran harus dapat menarik
minat dari murid - murid. Minat merupakan kaedah pokok dalam didaktif "
(2003 : 182). Memilih dan menggunakan metode yang dapat merupakan kewajiban bagi
seorang guru untuk mengetahui bagaimana cara menyusun strategi belajar mengajar
yang baik sesuai dengan materi belajar yang akan dibahasnya. Ahmadai mengatakan
"Masalah mengenai bagaimana cara yang paling baik menyajikan materi
pelajaran agar dapat diterima dengan mudah dan baik oleh siswa merupakan ruang
lingkup metodologi mengajar. Seperti yang di kemukakan oleh Nasution menyatakan
bahwa " Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan
seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapai .
Dalam memperoleh hasil belajar yang baik minat juga sangat menentukan seorang
siswa berhasil belajar atau tidak dalam belajarnya. Menurut Poerbakawatja,
menyatakan, " Minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk
menerima sesuatu dari luar belajar. Tiap-tiap pelajaran harus dapat menarik
minat dari murid- murid. Minat merupakan kaedah pokok dalam didaktif .Memilih
dan menggunakan metode yang tepat merupakan kewajiban bagi seorang guru untuk
mengetahui bagaiman cara menyusun startegi belajar mengajar yang baik sesuai
dengan materi belajar yang akan dibahasnya. Ahmadi mengatakan, "Masalah
mengenai bagaimana cara yang paling baik menyajikan materi pelajaran agar dapat
diterima dengan mudah dan baik oleh siswa merupakan ruang lingkup metodologi
mengajar Hal ini sesuai dengan pendapat Rusyan yang mengatakan,
"Menetapkan suasana belajar peserta didik, mengoptimalkan hasil belajar,
memberi contoh-contoh baik, menjelaskan tujuan yang nyata, menginformasikan
hasil-hasil dicapai peserta didik.
2.2
Definisi Remaja
Menurut
Sayogyo istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescore yang artinya
tumbuh dewasa. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana anak tidak
lagi merasa dibawah tingkat orang - orang yang lebih tua melainkan berada dalam
masalah hak. Usia remaja Asnawati Matondang: Hubungan Kenakalan Remaja dengan
Prestasi Belajar Siswa 34 berlangsung dari usia 13 tahun, akhir remaja sampai usia
17 tahun atau 18 tahun usia matang secara hukum . Pemahaman mengenai
"remaja" dikemukakan oleh Hurlock dalam rentangan kehidupan dalam
sebagai berikut:
1. Prenatal yaitu saat
konsepsi sampai lahir
2. Masa Neunatal yaitu lahir sampai akhir
minggu kedua sampai setelah lahir.
3. Masa bayi yaitu
akhir minggu kedua sampai tahun kedua.
4. Masa kanak-kanak
awal yaitu dua tahun sampai enam tahun.
5. Masa kanak-kanak
akhir yaitu enam tahun sampai sepuluh tahun atau sepuluh tahun atau sebelas
tahun. 6. Masa pubertas yaitu sepuluh tahun sampai enam belas tahun.
7. Masa remaja
akhir yaitu tujuh belas sampai dua puluh satu tahun.
8. Masa dewasa
awal yaitu dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun.
9. Masa setengah baya yaitu empat puluh satu
tahun sampai enam puluh tahun.
10. Masa tua
yaitu enam puluh sampai meninggal dunia.
Menurut
Koentjaningrat "Remaja adalah usia transisi, seorang individu telah
meninggalkan usia yang lemah dan penuh ketergantungan akan tetapi belum mampu
keusia yang penuh tanggung jawab. Jika seorang anak masih berada dalam
fase-fase usia remaja kemudian melakukan pelanggaran terhadap norma-norma
agama, maka perbuatan anak tersebut digolongkan kenakalan remaja Menurut
Kartini kenakalan remaja yang dilakukan oleh remaja dan murid disekolah
lanjutan maupun mereka yang sudah putus sekolah dapat dilihat dengan gejala:
1. Keluyuran, pergi sendiri, maupun
berkelompok tanpa tujuan dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang bersifat
negatif.
2. Membolos, pergi meninggalkan
sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah
3. Berbohong, memutar balikkan
kenyataan dengan tujuan menipu orang ataupun menutup kesalahan.
4. Kabur, meninggalkan rumah tanpa izin orang
tua.
5. Bergaul dengan teman
yang memberikan pengaruh buruk sehingga murah terjerat dalam perkara yng
bersifat criminal.
Berdasarkan
pembatasan tersebut dapat kita lihat bahwa antara kenakalan remaja dengan
kejahatan seolah-olah tidak ada garis pemisah mana yang dikatakan kenakalan dan
mana yang disebut kejahatan. Namun menurut Mappiare secara definitif kenakalan
remaja itu diartikan semua perbuatannya melawan hukum dan bertentangan dengan
norma-norma baik norma agama adat istiadat ataupun hal-hal yang sudah menjadi
kebiasaan di dalam masyarakat pengertian kenakalan Remaja
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Keberhasilan belajar peserta didik disekolah dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
ada dalam diri peserta didik dan faktor ektern adalah faktor yang ada dari luar
diri peserta didik.
3.1.1 Faktor
Intern
Dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga
faktor yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a. Faktor
Jasmani
Dalam faktor jasmaniah yang dapat mempengaruhi siswa dalam
proses belajarnya adalah kesehatan tentang kondisi tubuhnya, kurang bersemangat
ataupun cepat lelah, selain kondisi kesehatannya keadaan jasmaniah siswa yang
juga mempengaruhi proses belajarnya adalah cacat anggota tubuh misalnya buta,
tuli, patah kaki ataupun patah tangan.
b. Faktor
psikologis
Ada beberapa
faktor yang tergolong dalam faktor psikologis. Faktor-faktor tersebut antara
lain :
1.
Intelegensi
intelegensi
atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2.Perhatian
perhatian
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada
suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih
baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,
sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan
buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
3.Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan
kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi
pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.
4. Motif
motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam
belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
5. Kematangan
kematangan
adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat
tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan
adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri
makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing
kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam
belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk
mengkuti proses belajar mengajar.
6. Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip adalah preparedes to respon
or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi.
Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses
belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian
prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri
mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
c. Faktor
Kelelahan
Ada beberapa
faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto sebagai berikut:
“Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu.
Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang
berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai
dengan minat dan perhatian”.
3.1.2 Faktor
Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah dan faktor masyarakat
a.
Faktor keluarga
Faktor keluarga
sangat berperan aktif bagi siswa. Dalam buku Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya menyatakan bahwa siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar
belakang kebudayaan dan suasana rumah.
1. Cara orang
tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar
anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto mengemukakan bahwa
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat
besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan
mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.
2. Relasi
antar anggota keluarga
Penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu
juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut
mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang
atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
3. Suasana Rumah
Suasana rumah juga merupakan faktor
yang tidak termasuk disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ ramai dan semrawut
tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar
Berdasarkan pendapat di atas bahwa
suasana rumah tersebut dapat mengganggu belajar anak dan dapat pula memberi
pengaruh yang negative bagi anak. Agar anak nyaman dan tenang saat belajar,
selanjutnya keluarga diaharapkan dapat menciptakan suasana yang tenang dan
tentram agar anak dapat belajar dengan baik.
4.
Pengertian orang tua
Belajar
perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan
diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat,
orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk
mengatasi kesulitan yang dialaminya.
5.
Keadaan ekonomi keluarga
keadaan
ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar
selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan
kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
6.
Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam
belajar. Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik,
agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal
b. Faktor
sekolah
Faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c.
Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor lain yang
datang dari luar diri siswa yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa adalah
Masyarakat. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa didalam masyarakat.
Dalam lingkungan masyarakat yang menjadi pembahasannya adalah tentang kegiatan
siswa didalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar
Di
samping itu pemenuhan kebutuhan psikologis Secara umum diketahui bahwa dalam
perkembangan anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan, yaitu kebutuhan primer,
pangan, sandang, dan perumahan serta kasih sayang, perhatian, penghargaan
terhadap dirinya dan peluang mengaktualisasikan dirinya. Pemenuhan kebutuhan
dalam perkembangan ini banyak tergantung dari lingkungannya berinteraksi dengan
dirinya. Sebagaimana organisme ditentukan secara alamiah oleh sifat-sifat
keturunan dan ciri-ciri yang unik yang dibawa sejak lahir, keturunan dan
ciri-ciri yang unik yang dibawa sejak lahir, perkembangan organisme itu juga
ditentukan oleh cara-cara lingkungan berinteraksi dengan individu, yaitu
melalui pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang dan peluang
mengaktualisasikan diri. Menurut Semiawan, jika kewajiban sekolah untuk sebaik
mungkin mempersiapkan anak didik dengan bekal yang mencukupi menghadapi tantangan
masa depan, maka setiap orang tua bertugas untuk dalam proses pendidikan itu
membantu mengembangkan potensi anak didiknya. Banyak tergantung dari suasana
pendidikan lingkungan yang bersumber dari iklim pergaulan anatara orang tua dan
anak, bagaimana tugas tersebut diwujudkannya. Pendidikan secara potensial
berakar dari pergaulan biasa, khususnya antara orang tua dan anak didik. Jadi
setiap pergaulan tersebut adalah suatu lapangan yang memiliki kemungkinan
kesiapan untuk berubah menjadi situasi pendidikan dimana mendidik dilandasi
oleh nilai moral tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu,
yaitu suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologis (2007 : 40).
Intelegensi, emosi, dan motivasi Prestasi belajar, kita ketahui semua, bukan
saja dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor non kognitif seperti emosi, motivasi,
kepribadian serta juga berbagai pengaruh lingkungan. Pengembangan potensi anak
mencapai aktualitasi optimal bukan saja dipengaruhi faktor bakat, melainkan
juga faktor lingkungan yang membimbing dan membentuk perkembangan anak.
Perkembangan seluruh kepribadiannya selain dilatar belakangi kedua faktor
tersebut diatas juga terkait dengan kemampuan intelektual, motivasi,
pengetahuan, dan konsep dirinya. Memang keberhasilan belajarnya sangat
ditentukan antara lain oleh kemampuan kognitif, tetapi ternyata bahwa faktor
nonkognitif (yaitu antara lain motivasi, emosi) tidak kalah penting, bahkan
mempengaruhi tingkat kineija serta lingkungan, maupun perkembangan dirinya
sendiri
3.2
Faktor Kenakalan Remaja
Penyebab
kenakalan sebenarnya sangat kompleks baik dari faktor internal maupun dari
faktor eksternal. Menurut Depdiknas dari faktor internal biasanya pada umur
yang dihubungkan bergejolak itu didalam diri mereka teijadi perubahan-
perubahan phisikologis (2000 : 31). Hal ini membuat kerisauan dan kegoncangan
yang biasa membuat segala sesuatu dengan cara pelampiasan yang bersifat
negatif. Untuk itu perlulah pengarahan dari orang tua, guru, dan orang-orang
disekitar lingkungan. Dari faktor eksternal yaitu pembaharuan nilai-nilai
kehidupan dimasyarakat, contohnya nilai dalam kebudayaan kita beragam telah
direbut dengan nilai budaya yang bersifat negatif. Kebanyakan budaya tersebut
datangnya dari budaya asing atau budaya luar yang sudah membaur
dikalanganremaja tanpa diseleksi dulu oleh remaja, manabudaya yang bersifat
positif, dan mana budaya yang bersifat negatif.
Faktor
yang melatar belakangi kenakalan remaja adalah :
1.
Bersumber dari kenakalan remaja itu sendiri.
2.
Kekurangan dalam pembentukan hati nurani.
3.
Kegagalan prestasi sekolah atau dalam pergaulan.
4.
Masalah ekonomi yang kurang memadai.
Faktor
Lingkungan Lingkungan merupakan suatu tempat tinggal yang terdiri dari
kumpulan- kumpulan beberapa keluarga. Menurut Gerungan, Kesengsaraan dalam
kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap
individu berbeda satu dari yang lain, misalnya dipengaruhi oleh berbagai faktor
keturunan, lingkungan fisik, danlingkungan sosial yang berbeda. Pada saat ini
lingkungan keluarga merupakan faktor utama dalam menghadapi anak remaja yang
sedang bergejolak. Apabila orang tua kurang memperhatikan dan kurang memberi
arahan serta pengawasan kepada anak. Ini akan mengakibatkan ikatan orang tua
terhadap si anak akan semakin renggang, sehingga anak tersebut mencari
kesibukan di luar rumah (2000 : 79). Ditambah lagi kurangnya komunikasi antara
anak dengan orang tua yang mengakibatkan orang tua akan ketinggalan informasi
tentang keadaan anak tersebut. Ini disebabkan karena kesibukan orang tua dalam
berbagi aktivitas dalam upaya pemenuhan hidupnya, sehingga perhatiaan terhadap
anak-anaknya menjadi terabaikan. Menurut Kartini terjadinya kenakalan remaja
yang menyebabkan perkelahian serta dapat mengurangi minat belajar sehingga
dapat menurunkan prestasi belajar siswa bersumber dari:
1.
Faktor Internal
a.
Reaksi Frustasi Negatif Merupakan cara adaptasi yang salah karena semua
kebiasaan dan tingkah laku patologis merupakan akibat permasalahan konflik
batin.
b.
Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja:
Ø Gangguan
pengamatan dan tanggapan pada remaja.
Ø Gangguan
berpikir dan itelegensi pada diri remaja. Berpikir mutlak perlu bagi remaja
agar dapat berpikir secara cermat dan dapat menyelesaikan masalah.
Ø Gangguan
perasaan pada anak-anak remaja. Biasanya perasaan bergandengan dengan pemuasan
harapan keinginan dan kebutuhan manusia jika semua tadi terpuaskan orang akan
merasa senang dan bahagia dan apabila keinginan dan kebutuhan tidak terpenuhi akan
mengalami kekecewaan dan frustasi.
2.
Faktor Eksternal
a.
Broken home atau rumah tangga berantakan.
Bila
rumah tangga terus- menerus dipenuhi konflik yang serius dan akhirnya mengalami
perceraian maka anaklah yang menjadi korbannya.
b.
Perlindungan yang lebih dari orangtua. Bila orangtua terlalu banyak melindungi
memanjakan anaknya serta menghindarkan mereka dari berbagai kesulitan atau
ujian hidup yang kecil, maka anak-anak akan menjadi rapuh dan tidak sanggup
belajar mandiri.
c.
Pengaruh buruk dari orangtua misalnya tingkah laku kriminalitas atau asusila,
contohnya mabuk-mabukkan, berjudi, bertingkah sewenang-wenang dan sebagainya.
Dari orangtuaatau bisa memberikan pengaruh menular kepada si anak.
3.3
Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja Istilah penanggulan remaja bukan berarti
Menyudutkan
atau menyalahkan remaja akan tetapi penanggulangan dalam hal ini berarti
berusaha menciptakan, membuat program-program atau usaha-usaha dengan
antisipasi yang baik, sehingga kenakalan remaja tidak semakin bertambah dalam
jenis dan frekwensinya yang dapat menembus pada generasi berikutnya. Dalam
menciptakan usaha-usaha penanggulangan kenakalan-kenakalan remaja kita
dihadapkan pada masalah yang sangat luas serta kompleks, karena masa remaja merupakan
masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Anak remaja
merasa bukan kanak-kanak lagi akan tetapi belum mampu memegang tugas sebagai
orang dewasa. Masa kanak-kanak adalah yang penuh dengan ketergantungan,
sedangkan masa dewasa adalah masa hidup tidak tergantung pada siapapun. Karena
itu anak remaja hidup diantara rasa ketergantungan dengan masa
ketidaktergantungan. Hal ini menyebabkan tingkah lakunya labil tidak mampu
menyesuaikan diri secara sempurna terhadap lingkungannya karena lingkungan
sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku sebagai manusia yang masih dalam
pertumbuhan menuju usia dewasa. Para remaja mulai menelusuri tentang
kehidupannya dan diajar oleh pengalamannya masing-masing. Maka jelas bagi kita
bahwa kenakalan remaja bagaimanapun akan berakibat negatif buruk bagi
masyarakat maupun bagi diri sendiri. Sebagaimana manusia anak remaja mempunyai
kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi dan merupakan sumber timbulnya problema
didalam dirinya terutama dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Problema tersebut ada yang dapat dipecahkan sendiri. Ada juga yang sulit
dipecahkan. Dalam hal ini memerlukan bantuan kaum pendidik agar tercapai
kesejahteraan dan juga bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu, betapa pentingnya
rumah tangga atau keluarga bagi kehidupan seorang anak dalam membentuk
pribadinya Dari kutipan tersebut mencerminkan bahwa keluarga yang baik
merupakan tempat pendidikan yang baik pula bagi anak. Salah kunci dari
pendidikan yang baik adalah memberitahu mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dan pada waktu mana harus dilarang serta cara-cara untuk melarang.
Didalam
pembentukan pembentukan kepribadian anak, tingkah laku, dan pergaulan serta
kerukunan orangtua selalu dijadikan perhatian dan teladan bagi si anak. Adapun
keadaan keluarga menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja dikarenakan berupa
yang tidak normal atau broken home (2001:52). Menurut Wijaya mengemukakan
keluarga yang kurang harmonis atau broken home terjadinya perceraian pada
orangtua dapat menyebabkan kenakalan remaja. Karena tidak pernah mendapat
bimbingan di dalam keluarga (2002 : 107). Pengaruh kehidupan sehari-hari
terhadap perkembangan jiwa anak dan sikap mereka terhadap sekelilingnya. Sikap
saling menghargai dan saling tolong-menolong sangat penting penting dibina
dalam keluarga. Orangtua mempunyai kehidupan terhadap anak-anaknya begitu pula
anak mempunyai tanggung jawab yang harus mereka laksanakan di dalam keluarga.
Cinta kasih dan saling mengasihi adalah landasan yang penting agar diperoleh
ketentraman batin. Dari uraian tersebut dapatlah dilihat bahwa sikap yang
bersifat presentasi yang dapat diberikan orang tua seperti:
1.
Menanamkan rasa disiplin terhadap anak.
2.
Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak.
3. Pencurian kasih sayang orang tua terhadap
anak.
4.
Menjaga agar tetap terjalin suatu ikatan yang harmonis di dalam keluarga.
Asnawati Matondang: Hubungan Kenakalan Remaja dengan Prestasi Belajar Siswa 37
B. Suryo mengatakan Anak Remaja yang menjadi nakal karena keadaan keluarga
sekolah dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Sering melakukan perbuatan yang
meresahkan masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya, masyarakat juga
bertanggung jawab dipandangnya sebagai masalah yang tersebut dari menimpanya
kelompok umur tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problem sosiai yang muncul
dari perubahan masyarakat secara global (2002 : 51 ). Memang sulit untuk
menemukan cara yang terbaik didalam menanggulangi kenakalan remaja, maka
masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindakan preventif dan
penanggulangan secara kultural melalui bimbingan kerohanian dan pendidikan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kenakalan
remaja bukan saja berasal dari faktor internal tetapi juga fakta internal,
prestasi belajar siswa dipengaruhi faktor bakat melainkan juga faktor
lingkungan yang membimbing dan membentuperkembangan anak.
4.2
Saran
Hendaknya
orangtua memberikan perhatian yang lebih terhadap kegiatan si anak, terutama
dalam kegiatan belajar. Perlu ditingkatkan pelajaran iman dan keluarga agar si anak (siswa) dapat lebih terpimpin dan
mempunyai moral dan etika yang baik dilingkungan keluarga dan masyarakat,
kiranya para pengelola sekolah tidak segan- segan memberikan tindakan tegas
terhadap siswa remaja yang nakal dan melanggar peraturan sekolah agar perbuatan
serupa tidak terulang dan dilakukan oleh orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
B. Suryo Subaroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Jakarta : Dirjen Olah Raga dan
Pemuda. Gerangan, W.A. 2000. Psikologi Sosial. Cetakan ke - VII. Bandung -
Jakarta : Erosco. Hurlock, Elizabet. B.2001.
Kartono, K. 1992. Patologi Sosial II Kenakalan
Remaja. Jakarta: Rajawal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar