BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Remaja adalah generasi
penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik yang mempunyai
pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri,
keluarga, dan lingkungan sekitar. Maka dari itu remaja tersebut harus
mendapatkan perhatian khusus, baik oleh dirinya sendiri, orang tua, dan
masyarakat sekitar.
Banyak kita baca di
media massa maupun kita lihat di media elektronik adanya remaja yang
berprestasi juga ada remaja yang melakukan tindakan atau perbuatan yang
merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Pada makalah ini
kami akan mencoba membahas cara mengatasi pergaulan bebas terhadap remaja.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Pergaulan Remaja Masa Kini?
2. Faktor
apa saja yang menyebabkan permasalahan remaja?
3. Bagaimana
cara mengatasi permasalahan remaja?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Menjelaskan keadaan pergaulan remaja
saat ini
2.
Menjelaskan faktor-faktor penyebab
permasalahan remaja
3.
Menjelaskan cara menanggulagi
permasalahan remaja
1.4 Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka
yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam pengumpulan data.
1
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian
Remaja
Remaja
didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun.Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan
oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan
belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Pergaulan
remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada masa sekarang
pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan perkembangan arus
modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral serta keimanan seseorang
khususnya remajanya pada saat ini. Ini sangat mengkhawatirkan bangsa karena
ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini
sangat tergantung dengan generasi muda.
Generasi
muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari
lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museum-museum
sejarah perjuangan bangsa, mengapa hal ini bisa terjadi? ada beberapa
kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni yang pertama
kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang
ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi
perkembangan anak selain itu hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak
mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat
menimbulkan rasa cinta tanah air.
Hal lain yang dapat
menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan
seseorang tidak tau akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan
ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka pemakai narkoba dan
adanya seks bebas dikalangan remaja, angka remaja yang melakukan seks bebas
hingga saat ini mencapai 50 persen ramaja melakukan hubungan seks diluar
nikah.Ini sangat mengkawatirkan bagi bangsa Indonesia krisis moral yang terjadi
dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.
2.2
Pengertian Pergaulan Remaja Masa Kini
Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu
pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai
kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu
bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya bagi dirinya, orang
lain, dan lingkungannya.
Pergaulan berasal dari
kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam
persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan
remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah ikut dalam trend,
mode, dan hal-hal yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus masuk ke dalam
geng-geng, sering bergabung, dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall,
tempat wisata, game center, dan lain-lain. yang mana pada akhirnya, gaul
dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Solidaritas dan
kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan
“setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras,
mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan
geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan, paradigma seperti
inilah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan
tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan
kesetiakawanan itu sendiri.
Jika ditinjau lebih dalam “Gaul” tidak akan menimbulkan banyak
dampak negatif jika standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu,
standar nilai yang sesuai dengan kebudayaan kita yang penuh dengan tata krama
dan kesopanan. Hanya saja, mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging di
sebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari
semua pihak, baik oranng tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang
tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan
menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri.
2.3 Ciri-ciri
Fisik dan Psikologis Remaja
Bila
merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap
perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama,
sembilan tahun kedua dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam
kehidupan kita dapat disebut sebagai masa kanak-kanak. Pada masa ini kita
hamper sepenuhnya bergantung pada perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya
orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan sekolah,
dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan orangtua
kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik yg
sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan
berpikir. Usia remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan
tahun kedua setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai
diajari tantang kemandirian dan bagaimana membuat keputusan untuk diri kita
sendiri. Selain itu, karakteristik umum dari pertumbuhan dan perkembangan fisik
kita pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap; pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.
Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap; pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.
Pada
tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah
berfungsi secara lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru
kita sudah hampir berkembang secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa.
Tekanan
darah meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa.
Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada
usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan
mental belum sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada
usia 10 thun, mata kita telah mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah
berkembang secara maksimal.
Masa remaja adalah saat
ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa
Meskipun
begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg
sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper sepenuhnya
kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa
kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya
mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa
kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk
membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau
kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam
ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama
ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang
lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi
tergugah untuk menemukan diri kita.
Ketergugahan
dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara masa
kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg
diaktualisasikan secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara
baik untuk menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki
nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban dan
kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg lebih
agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki
sedikit peran dan pengaruh.
Masa
remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah
“puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti
kelaki-lakian dan menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian
dan ditandai oleh kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar
kata ”pubes”, yg berarti rambut-rambut kemaluan, yg menandakan kematangan
fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak
sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun.
Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan
proses kematangn jenis kelamin.
Terlihat
pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita
dalam lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh
kepada orangtua, pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.
Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia.
Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia.
Beberapa
tokoh psikologi menekankan pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada
perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya.
Jean
Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap
penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan
terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup
dalam aspek kognitif seseorang.
Tokoh
lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses
perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F.
Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari
kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan
“mandiri”.
Sedangkan
E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas dalam diri
kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan
penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah
mengalami perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.
Dalam
pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja”
dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni
antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan
pada masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan
batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai
pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan
fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan
sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Pergaulan Remaja Masa Kini
Pergaulan
remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada masa sekarang
pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan perkembangan arus
modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral serta keimanan seseorang
khususnya remajanya pada saat ini. Ini sangat mengkhawatirkan bangsa karena
ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini
sangat tergantung dengan generasi muda.
Generasi
muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari
lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museum-museum
sejarah perjuangan bangsa, mengapa hal ini bisa terjadi? ada beberapa
kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni yang pertama
kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang
ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi
perkembangan anak selain itu hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak
mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat
menimbulkan rasa cinta tanah air.
Hal
lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat
menyebabkan seseorang tidak tau akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat
ini sangat mengkhawatirkan ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya
angka pemakai narkoba dan adanya seks bebas dikalangan remaja, angka remaja
yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50 persen remaja melakukan
hubungan seks diluar nikah. Ini sangat mengkawatirkan bagi bangsa Indonesia
krisis moral yang terjadi dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat
terjadi.
3.2 Faktor-faktor penyebab pergaulan
remaja
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya pergaulan remaja sebagai berikut :
1. Faktor orang
tua
Para orang tua perlu
menyadari bahwa zaman telah berubah. Sistem komunikasi, pengaruh media massa,
kebebasan bergaul dan modernisasi di berbagai bidang. Rumah tangga yang
dipenuhi kekerasan ntah antar orang tua atau pada anaknya jelas berdampak pada
anak. Ketika anak tumbuh remaja, ia akan belajar bahwa kekerasaan adalah bagian
dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar jika ia melakukan kekerasan pula.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya ketika remaja akan tumbuh
sebagai individu yang tidak mandiri dan dan tidak berani mengembangkan
indentitasnya yang unik. begitu bergabung dengan teman-temannya. Ia akan
menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari
identitas yang dibangunnya.
2. Sekolah
Sekolah pertama-tama
bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu.
Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya.
Karena itu lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar
misalnya, suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan, dengan
pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dll. Akan menyebabkan siswa lebih
senang melakukan kegiatan diluar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah
itu masalah pendidikan, dimana guru jelas memainkan peranan paling penting.
Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta
sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan dalam
mendidik siswanya meskipun caranya berbeda.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah
yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya
perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota
lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana
transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota
(bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk
belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang
berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
3.3
Tantangan yang dihadapi remaja masa kini
Saat
ini, kita banyak dibanjiri oleh berbagai informasi yang bisa dengan mudahnya
didapat. Baik melalui media cetak, media elektronik ataupun yang terbaru
melalui dunia maya atau internet. Informasi-informasi tersebut dapat berupa hal
yang positif maupun negatif. Salah satu informasi negatif yang banyak menjadi
perhatian adalah informasi mengenai konten-konten dewasa, yang dapat diakses
oleh semua orang dengan mudah terutama melalui internet. Dikhawatirkan dengan
banyaknya arus informasi tanpa batasan tersebut dapat merubah persepsi remaja
mengenai seks dan seksualitas. Keluarga dan sekolah merupakan tempat yang tepat
bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai pendidikan seks,
karena biasanya remaja mengambil contoh dari prilaku orang tua dan orang dewasa
lain di sekitarnya.
Memang
sampai saat ini banyak orang yang masih merasa tabu untuk membicarakan masalah
seks tersebut dengan sesama orang dewasa apalagi dengan anak-anak. Tetapi yang
harus disadari adalah, biasanya remaja akan mencari panutan dari orang tua,
jadi apabila orang tua hanya diam saja tanpa memberikan informasi yang tepat
mengenai seksualitas, maka remaja dapat memperoleh informasi yang salah dan
menjerumuskan mereka dalam bahaya.
3.4 Dampak
Pergaulan Remaja Masa Kini
1. Kenakalan
dalam keluarga
Remaja yang
labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang
tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal
tertentu. Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah
dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan
memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang
tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam
keluarga.
2. Kenakalan dalam pergaulan
Dampak kenakalan remaja yang
paling nampak adalah dalam hal pergaulan.
Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang
tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas.
Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja
sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu.
Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung
beban yang cukup berat.
3. Kenakalan dalam
pendidikan
Kenakalan dalam bidang
pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua
remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian
buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar.
Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau
mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.
3.5
Solusi Permasalahan remaja masa kini
1.
Pentingnya kasih sayang dan perhatian
yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2.
Pengawasan dari orang tua yang tidak
mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi
psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh,
tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya
sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu
yang tidak diajarkan orangtuanya.
3.
Seorang anak hendaknya bergaul dengan
teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal
tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak
sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya
yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4.
Pengawasan yang lebih terhadap media
komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5.
Perlunya bimbingan kepribadian bagi
seorang anak agar dia mampu memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia
maupun yang tidak baik.
6.
Perlunya pembelajaran agama yang
diberikan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai
agamanya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Masa
remaja adalah masa yang sulit dan kritis, karena itu perlunya pemahaman akan
arti remaja dan semakin berkembang menjadi dewasa itu seperti apa, sehingga
para remaja tidak langsung stres dan kemudian mengira perkembangan itu membuat
mereka takut. Maka keluarga lah yang seharusnya memberikan pemahaman pada anak
remajanya, supaya tidak bertambah lagi remaja bergaul sembarangan yang ada di
Indonesia. Selain orangtua, ternyata lingkungan dapat berpengaruh pada
kepribadian remaja. Jadi, para remaja pun dituntut untuk lebih peka terhadap
setiap pengaruh yang ada. Remaja harus bisa memilih mana yang baik dari setiap
perilaku yang akan mereka lakukan, agar tidak merugikan dirinya dan orang lain.
4.2
Saran
Perlu
kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di
sekolah maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan
restu dari orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
http://abygunlar.blogspot.com/2012/05/dampak-pergaulan-bebas-terhadap-remaja.html
Husniaty, E.Noor. 2006.
Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz publisher
Kartini ,Kartono,Dr
.Kenakalan Remaja.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar