BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumbuh
kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.Perilaku
kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar
berita ditelevisi maupun di radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja
diantaranya tawuran , pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMA ,
pemakain narkoba dan lain-lain.Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan.
Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi
menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka
cenderung merosot. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Karena
permasalahan – permasalahan remaja yang sulit mereka atasi maka berakibat pada
timbulnya kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu harus diatasi, dicegah dan
dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang
lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan
masa depan bangsa.Oleh karena itu , kami sebagai remaja yang berpendidikan
sadar bahwa kenakan remaja harus segera dihilangkan, kami mengangkat
permasalahan ini sebagai bahan karya tulis yang berjudul” Kenakalan Remaja dan Dampaknya
Bagi Masa Depan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dijabarkan maka
yang menjadi rumusan masalah penulis yaitu :
a. Bagaimana
Dimensi Kehidupan remaja?
b. Bagaimana
dampak dari kenakalan remaja?
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Definisi Kenakalan Remaja
Kenakalan
remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari
bahasa Latinjuvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri
karakteristik pada masa muda, sifat sifat khas pada periode remaja,
sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang
berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas
artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar
aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain
sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah
perilaku jahat atau kenakalan anakanak muda, merupakan gejala sakit
(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaian sosial, sehingga merekamengembangkan bentuk perilaku
yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang
luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai
pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003). Mussen dkk
(1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar
hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia
16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan
mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan
remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja,
dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang
melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger (1976) & Dusek
(1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan
oleh seseorang individu yangberumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan
perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.
Sarwono
(2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yangmenyimpang
dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa
kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan
menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999)
juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku,
dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai
tindakan kriminal. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian
dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang
dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.
2.2
Pengertian Masa Depan
Masa
depan diartikan "Cara pandang dan pengelolaan rencana hidup kita di
masa yang akan datang ", kecuali bagi mereka yang mempunyai kelainan
mental atau pikiran. Setiap orang di dunia ini wajib dan harus mempunyai
cita-cita, dengan cita-cita kita akan mempu memacu diri, mengembangkan diri dan
berusaha untuk menjadikan cita-citanya demi meraih masa depan yang
gemilang
Untuk mencapai kesuksesan, seseorang haruslah mampu membangun karakter-karakter yang bisa membantu untuk menggali potensi yang ada dalam dirinya.
Untuk mencapai kesuksesan, seseorang haruslah mampu membangun karakter-karakter yang bisa membantu untuk menggali potensi yang ada dalam dirinya.
Beberapa
kunci kesuksesan tersebut antara lain :
1. Imajinasi,
adalah faktor utama yang harus dipikirkan. karena dalam imajinasi kita dapat
mengembangkan suatu pemikiran yang lebih luas dari yang pernah kita lihat,
dengar dan rasakan.
2. Percaya
diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri
serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak
terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Berikut 6 tips
tampil percaya diri:
Ø Berdiri
Tegak
Ø Bersikap
Asertif (tahu kapan waktu berbicara)
Ø Obyektif
Menilai Diri Sendiri
Ø Buang
Rasa Takut !
Ø Sedikit
Basa-Basi (tahu waktu)
Ø Bicaralah
yang lugas dan tegas
3. Berani
mengambil resiko adalah berani menjalani kehidupan itu sendiri. Juga
menunjukkan bahwa kita yakin akan mendapatkan suatu pelajaran berharga dari
setiap risiko yang diambil. Tentu saja bukan berarti melangkah tanpa
perhitungan yang matang. Satu rahasia orang-orang yang telah sukses, seperti
yang mereka ungkapkan, adalah bahwa mereka sering mengambil risiko dalam
bertindak dan menerima segala macam apa yang akan diterimanya. entah itu baik
atau buruk
4. Keberanian.
mempunyai hati yg mantap dan rasa percaya diri yg besar dalam menghadapi
bahaya, kesulitan, dsb; tidak takut (gentar, kecut)
5. Keteguhan
hati adalah kekuatan atau ketetapan (hati, iman, niat, dsb)
kekukuhan hati dan ketabahan jiwa yg beginilah yg menunjukkan sifat
keperwiraannya, setianya tidak diragukan lagi
Intinya
kita jangan selalu cepat menyerah jika kita mengalami suatu kegagalan, karena
kata orang marketing “Semakin kita banyak menemukan atau mengalami KEGAGALAN
maka kita akan semakin mendekati kata KESUKSESAN”.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Dimensi Kehidupan Remaja
a.
Dimensi Biologis
Pada
saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas,
hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing
Hormone (LH).
Pada
anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesterone itu adalah dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan
secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa
sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik
seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan
tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat
sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan
kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations).
Pada
periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak
lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Pada
kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak
remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir
yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan system pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa
juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
c.
Dimensi Moral
Masa
remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai
membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat
adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan
dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan
seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu
lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan
berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena
mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu
merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan”
yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan”
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima
d.
Dimensi Psikologis
Masa
remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini suasana hati bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari suasana hati “senang luar biasa”
ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan yang drastis pada para remaja ini, seringkali dikarenakan
beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah.
Meski suasana hati remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam
hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang
dramatis dalam kesadaran diri mereka. Mereka sangat rentan terhadap pendapat
orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau
selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka
sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra
yang direfleksikan. Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik
dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan
ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia
percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra
akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan
“hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan
sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja
akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak
selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya.
Anggapan
remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak
berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali
mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan
impulsif sering dilakukan sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa
memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja
yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan
tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan
mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang
sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiri positif pada remaja.
Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa
hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat
dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai
“seseorang yang baru”, berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk
dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para idolanya
untuk menyelesaikan masalah seperti itu.
Pemilihan
idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja dari beberapa dimensi
perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini.
Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negatif pada
remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti
penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya, aktivitas sosial yang berganti –
ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara,
dan layang gantung. Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam –
macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik rasa takut dianggap tidak
cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti
tekanan teman sebaya.
3.2
Dampak Kenakalan Remaja
Ø Dampak kenakalan
remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani,
ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.
Ø Remaja
yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah
dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai
pengganggu dan orang yang tidak berguna.
Ø Akibat
dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa
mengalami gangguan kejiwaan.
Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa
terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci
orang-orang sekitarnya.
Ø Akibat
kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang
harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja
yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban
keluarganya.
Ø Masa
depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan
kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh
pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki masa
depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak
sempat memperbaikinya.
Ø Kriminalitas bisa
menjadi salah satu akibat kenakalan remaja. Remaja yang terjebak hal-hal
negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak
kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga.
Itulah beberapa akibat kenakalan remaja yang sudah semestinya harus dihindari. Peran orang tua atau keluarga, guru di sekolah, dan juga teman-teman, adalah orang-orang yang sangat berperan penting dalam kehidupan remaja.Keikutsertaan mereka dalam mengontrol seorang remaja, bisa berdampak cukup besar demi mencapai masa depan yang lebih cerah.
3.3
Penyebab Terjadi Kenakalan Remaja
Perilaku 'nakal' remaja
bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal). Faktor internal:
a. Krisis
identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b. Kontrol
diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
3.4
Hal – Hal Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dapat
ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah:
a. Pengaruh
Teman Sepermainan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas.
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas.
b. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak
pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas,
biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun
bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang
sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya
adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan
sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
c. Penggunaan
waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan.
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan.
d. Uang
Saku
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’ seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’ seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
Pemberian
uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun, sebaiknya uang
saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang
diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:
Ø Anak
menjadi boros
Ø Anak
tidak menghargai uang, dan
Ø Anak
malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.
e. Perilaku
Seksual
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan.
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan.
3.5
Hal-hal Yang Bisa dilakukan Untuk Mengatasi Kenakalan Remaja
Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
Adanya
motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
Kemauan
orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
Remaja
pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan
dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
Remaja membentuk
ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kenakalan
remaja adalah sikap yang sangat negatif, banyak sekali dempak buruk dari
kanakalan remaja yang membahayakan remaja-remaja yang sedang berkembang,
kegiatan itu hanya buang-buang waktu dan kesempatan karena mereka
melewatkan kesempatan untuk berkarya dan menuntut ilmu guna meningkatkan
taraf hidup mereka juga.
banyak
rintangan yang perlu kita sama – sama sadari bahwa masih banyak para remaja
bangsa ini yang masih terjerumus masalah kenakalan remaja ini, padahal jika
mereka tidak terjerumus dalam masalah yang disebut kenakalan remaja ini , tentu
mereka akan menjadi anak bangsa yang berguna dan dapat berkarya dan menjadi
anak bangsa yang kelak menjadi pemimpin bangsa ini dan memajukan-nya, karena
teman-teman kita ini bisa belajar dan tidak berbuat yang tidak perlu yang tentu
dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Bayangkan
saja jika semua remaja jarang atau tidak melakukan tindakan yang disebut
kenakalan remaja dan memanfaatkan waktu , pikiran dan fisik mereka ke sesuatu
yang positif seperti membantu orang tua , belajar dan berdoa, bukan tidak
mungkin kelak negara kita menjadi negara yang maju karena para remaja nya kini
menjadi pemimpin yang sukses memajukan negerinya
Bangsa
ini menantikan para penerusnya membawa nama Indonesia ke negara lain dan
mengharumkannya, bangsa ini pun menantikan inovasi-inovasi yang dibuat oleh
putra bangsa kelak dikemudian hari dengan tujuan menghapus ketergantungan
kepada negara lain menuju negara yang mandiri . Padahal para pemimpin sadar
bahwa masih banyak saudara – saudara kita yang tidak bersekolah karena kemauan
sendiri maupun karena keadaan
Harapan
masyarakat terhadap remaja dapat dipenuhi melalui suatu proses berkesinambungan
dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan. Sebagai hasil dari kinerja timbal
balik yang majemuk antara pertumbuhan dari dalam dengan perangsangan dari
lingkungan tergantung dari reaksi lingkungan dan pemahaman lingkungan terhadap
munculnya perubahan-perubahan akan timbul atau tidak masalah bagi remaja.
4.2
Saran
Sebagai
remaja yang baik,mestinya harus mengetahui, mana yang baik dan mana yang buruk,
kita juga harus pintar memilah-milah mana yang sebaiknya di ikuti atau
diteladani dan mana yang sebaiknya ditinggalkan,seperti yang kita ketahui
Kenakalan remaja membuat masa depan kita hancur,dengan sisi negatifnya kita
akan terjerumus, menjadi seorang remaja yang rusak,
Misalnya
pada lingkungan sekolah, jika kita bergaul dengan teman-teman yang menkonsumsi
narkoba, dengan sifat yang mudah terpengaruh, kita bisa dengan mudah mengikuti
teman-teman kita itu, maka dari itu seleksitif memilih teman harus dilakukan
dengan baik, pergaulan dengan teman-teman yang baik akan membawa kita ke jalan
yang baik pula, dengan masa depan cerah,mempunyai cita-cita dan selalu
berinovatif menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi seluruh lingkungan
sekitar kita.
DAFTAR
PUSTAKA
.
http://www.siduta.com/kenakalan-remaja-dapat-mengakibatkan-masa-depan-suram-madesu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar