download dan baca selengkapnya disini
5. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah
adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran untuk
mengembangkan para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Sistem ini yang
membuat para siswa bisa mengalami kemajuan dengan melalui serangkaian sekolah
tersebut. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum
beberapa tujuaan negara Indonesia, yang salah satunya yaitu “Mencerdaskan
kehidupan bangsa” (Alenia Ke-4 Pembukaan UUD 1945) , dan untuk mencapai tujuan
tersebut maka harus terselenggara pendidikan nasional yang bermutu, yang pada
akhirnya membawa perubahan bagi Indonesia ke arah yang lebih baik. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dalam sebuah negara,
karena pendidikan sebagai jembatan menuju peradaban yang lebih maju.
Meski
pemerintah sudah menyuarakan pendidikan gratis, tetap saja angka putus sekolah
dinegeri ini tidak berkurang (komnasham,
2011). Angka putus sekolah merata diberbagai daerah
begitu juga pada anak-anak di desa karang jadi kecamatan Belitang III
Kabupaten OKU Timur,. Mengingat penting pendidikan untuk masa depan bangsa dan
terlebih kemajuan pribadi anak, semestinya kita peduli untuk mulai mempelajari
sebab dari tingginya angka putus sekolah di lingkungan kita. Hal inilah yang
menarik peneniliti untuk mendalami faktor penyebab banyaknya pelajar putus
sekolah desa karang jadi, Kecamatan
Belitang III kabupaten OKU Timur.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apa
faktor penyebab anak putus sekolah desa karang jadi ?
2. Bagaimana menanggulangi anak putus sekolah desa karang jadi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan
faktor penyebab anak putus sekolah desa karang jadi.
2. Menjelaskan
upaya menanggulangi anak putus sekolah desa karang jadi.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan latar
belakang dan rumusan penelitian penulis mengambil sebuah hipotesis bahwa
ekonomi menjadi penyebab banyaknya jumlah anak putus sekolah di desa
karang jadi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Sekolah
Sekolah adalah tempat didikan bagi anak -
anak. Tujuan dari sekolah adalah mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu
memajukan bangsa.Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran
siswa / murid di bawah pengawasan guru. ( Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, 2015)
Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib.
Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara (dibahas pada bagian
Daerah di bawah), tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan
dasar.
Selain sekolah-sekolah inti, siswa di
negara tertentu juga mungkin memiliki akses dan mengikuti sekolah-sekolah baik
sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK atau pra-sekolah menyediakan
sekolah beberapa anak-anak yang sangat muda (biasanya umur 3-5 tahun). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi yang tersedia setelah sekolah
menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang tertentu,
seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat menyediakan kurikulum
dan metode non-tradisional.
Ada juga sekolah non-pemerintah, yang disebut sekolah swasta. Sekolah swasta mungkin untuk
anak-anak dengan kebutuhan
khusus
ketika pemerintah tidak bisa memberi
sekolah khusus bagi mereka keagamaan,
seperti sekolah Islam,
sekolah Kristen, hawzas, yeshivas dan lain-lain, atau
sekolah yang memiliki standar
pendidikan yang lebih tinggi atau
berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya. Sekolah untuk orang dewasa meliputi lembaga-lembaga pelatihan perusahaan dan pendidikan dan pelatihan militer.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola
yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana
ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di
tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati
masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam
kegiatan scola anak-anak
didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan
yang besar kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas. (Edukasimedia, 2011)
Sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
sendiri sekolah berarti lembaga untuk
belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya.
Saat ini, kata sekolah berubah arti
menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Bangunan
sekolah memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran
penting dalam terlaksananya proses pendidikan. (Wikipedia, 2015)
2.2 Faktor Umum Penyebab Anak Putus Sekolah
Beberapa penyebab umum yang sering mempengaruhi
anak sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah, wajar saja terjadi karena anak
dihadapkan oleh beberapa kendala, baik yang datang dari diri sendiri maupun
yang datang dari luar diri anak yaitu lingkungan Hal-hal yang
mempengaruhi anak itu antara lain adalah latar belakang pendidikan orang tua,
lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya minat anak untuk sekolah, kondisi
lingkungan tempat tinggal anak, serta pandangan masyarakat terhadap pendidikan.
1.
Latar belakang pendidikan orang tua
Pendidikan
orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar, hal
ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan
anaknya. Cara pandangan orang tua dengan
pendidikan rendah tentu tidak sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan
lebih tinggi. Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu
hal yang mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah
dalam usia sekolah. Akan tetapi ada juga orang tua yang telah mengalami dan
mengenyam pendidikan sampai ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan
tinggi tetapi anaknya masih saja putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu
mengkaitkannya dengan minat anak itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai minat
ini akan dijelaskan pada uraian berikutnya.
2. Lemahnya
Ekonomi Keluarga
Kurangnya
pendapatan keluarga menyebabkan orang tua terpaksa bekerja keras mencukupi
kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak kurang diperhatikan
dengan baik. Bahkan membantu orang tua dalam mencukupi keperluan pokok untuk
makan sehari-hari dianggap meringankan beban orang tua anak di ajak ikut orang
tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup
lama. Dan apa lagi yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk membantu pekerjaan
orang tua, setelah merasa enaknya membelanjakan uang hasil usaha sendiri
akhirnya anak tidak terasa sekolahnya ditinggalkan begitu saja. Hal-hal
tersebut di atas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai suksesnya bersekolah.
Pendapatan keluarga yang serba kekurangan juga menyebabkan kurangnya perhatian
orang tua terhadap anak karena setiap harinya hanya memikirkan bagaimana
caranya agar keperluan keluarga bisa terpenuhi.
3. Kurangnya
minat anak untuk bersekolah
Anak
usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan,
namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik terhadap
perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang
mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
4. Kondisi
lingkungan tempat tinggal anak
Lingkungan
tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
kegiatan dan proses belajar/pendidikan. Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan
tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut
serta di dalam membina kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif. Untuk
membina anak kearah yang lebih positif dan bermanfaat adalah dengan adanya
saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga anak timbul saling
pengaruh dengan proses pendidikan akan berjalan dengan lancar dan baik.
5. Pandangan masyarakat terhadap pendidikan
Pandangan
masyarakat terhadap pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
anak dalam menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pandangan masyarakat yang
maju tentu berbeda dengan masyarakat yang keterbelakangan dan tradisional,
masyarakat yang maju tentu pendidikan mereka maju pula, demikian pula anak-anak
mereka akan menjadi bertambah maju pula pendidikannya dibanding dengan orang
tua mereka. Maju mundurnya suatu masyarakat, bangsa dan negara juga ditentukan
dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan.
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari
apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif
haruslah orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian
kualitatif dengan baik dan benar bearti telah memiliki jendela untuk memahami
dunia psikologi dan realitas sosial. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan oleh peneliti
adalah metode wawancarayaitu merupakan pertemuan antara dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara merupakan alat
mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara
peneliti dan sampel.Dalam penelitian dikenal teknik
wawancara-mendalam .Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian
kualitatif.
3.2 Prosedur Penelitian
Untuk mempermudah jalannya proses penelitian maka perlu
dibuat prosedur penelitian, sebagai berikut:
1. Menyiapkan pertanyaan wawancara
kepada responden
2. Melakukan wawancara
3. Mengumpulkan dan menganalisis data.
4. Menyusun laporan.
3.3
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 17
November sampai dengan 2 Desember 2015. Dan bertempat di desa karang jadi, Kecamatan
Belitang II Kabupaten OKU Timur
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
4.1 Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam
kehidupan manusia yang sekaligus dapat membedakan antara manusia dan hewan.
Hewan juga belajar tapi lebih ditentukan oleh instinknya. Sedangkan bagi
manusia belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan, guna mencapai
kehidupan yang lebih kita kenal dengan istilah sekolah. Sekolah adalah bagian
dari suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Sekolah dalam hal
ini pendidikan menempati posisi yang sangat sentral dan strategis
dalam membangun kehidupan secara tepat dan terhormat.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu
keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan. Setiap manusia berhak
mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal maupun non
formal. Sehingga nantinya ia akan memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang
kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan tugas,
kewajiban dan tanggung jawabnya dalam masyarakat.
Namun jika kita lihat dari kenyataan dalam
pelaksanaannya khususnya dikecamatan Bangkinang Barat banyak anak-anak remaja
yang putus sekolah, dengan berbagai faktor penyebabnya. Berdasarkan keterangan masyarakat
desa karang jadi bahwa seorang anak putus
sekolah disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
4.1.1 Faktor Ekonomi
Berdasarkan keterangan dari pihak sekolah
yang di survei,diketahuilah bahwa profesi orang tua siswa dan siswi yang
bersekolah di Kecematan Bangkinang Barat yaitu terdiri dari profesi Tani,Pedagang,Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data diatas kita bisa melihat dan mengetahui
mata pencaharian yang mayoritas pada masyarakat Bangkinang Barat adalah petani
dengan 80%. Yang terdiri dari petni karet,petani sayur,petani sawit,dan
berkebun.
Masyarakat yang berfrofesi sebagai petani
karet akhir –akhir ini semakin kesulitan akibat krisis global. Selain harga
barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat.pada peteni
karet,harga jual karet menjadi turun sampai Rp 5.000,00 perkilonya, denagan
harga seperti ini membuat satu-satunya penghasilan mereka tidak bisa lagi
menompang kebutuhan hidup mereka secara maksimal. Jangankan untuk biaya
pendidikan anak-anak mereka,biaya untuk kebutuhan sahari-hari saja mereka sudah
kesulitan.Namun ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat. Dan juga luas perkebunan karet yang mereka kerjakan bukanlah
berhektar-hektar,tetapi hanya beberapa bidang yang tidak terlalu luas.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih besar
diperlukan pekerjaan dan tenaga yang lebih besar pula,tidak cukup dengan tenaga
ayah dan ibu saja. Untuk itu orang tua tersebut membutuhkan tambahan orang
untuk memebantu mereka bekerja. Dalam hal ini mereka tidak mengambil pekerja
dari orang luar yang sedang mencari pekerjaan,melainkan mereka
mengambil tenaga dari anak-anak mereka. Karna kalau mereka mengambil tenaga
dari luar keluarga maka diperlukan lagi dana untuk membayar upah orang
tersebut,padahal kondisi keuangan terus menurun. Tetapi kalau pekerjaannya di
bantu oleh pekerja dari anggota keluarga,maka tidak perlu digaji. Sehingga
pemasukan keuangan bertambah tanpa harus mengeluarkan dana seperti mengambil
tenaga pekerja dari luar keluarga
Dengan adanya orang tua yang mengambil tenaga
pekerja dari anaknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga,maka sekolah anak akan
terganggu,seperti tidak semngatnya anak dalam belajar disekolah akibat
kelelahan karna bekerja. Tidak hanya akibat krisis global yang membuat
pendapatan petani karet menurun. Faktor lainnya adalah cuaca. Sebagaimana kita
ketahui semenjak petengahan bulan Agustus cuaca di desa
karang jadi adalah musim kemarau yang terus berlanjut sehingga getah karet
semakin sussut dan harga menurun Dengan keadaan cuaca seperti ini petani karet
tidak bisa memproduksi karetnya secara maksimal.
Profesi pedagang dengan 10% juga
menurun,ini di sebabkan karna pendapatan para petani menurun yang menyebabkan
daya beli masyarakat juga menurun. Masyarakat mengutamakan membeli bahan-bahan
pokok dan juga membatasi pembelian untuk menghemat pendanaan dalam keluarga.
Dengan keadaan perekonomian masyarakat di desa
karang jadi ini tidak sedikit yang menjadi faktor anak putus sekolah,
selain penghasilan yang tidak menetap. Jumlah anak yang ditanggung orang tua
tidak seperti diperkotaan yang hanya satu atau dua orang. Kebanyakan setiap
keluarga memiliki anak yang banyak. Sehingga pendapatan yang tidak
menetap,tidak mampu membiayai semua biaya pendidikan anak mereka yang berakibat
tidak semua anak mendapatkan pendidikan formal secara maksimal. Sehingga anak
yang sedang menuntut ilmu dilembaga pendidikan terpaksa meninggalkan sekolah
atau keluar dari sekolah.
Setelah itu mereka membantu orang tuanya
mencari nafkah, seperti membantu orang tua menyadap karet,mengurus peternakan
orang tuanya dan ada juga yang mencari pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan
keahlian mereka. Seperti ada yang bekerja di tempat-tempat pembuatan
perabot,perbengkelan motor dan bekerja dengan pemilik barang dagangan. Ini
mereka lakukan untuk membantu perekonomian keluarga, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
4.1.2
Faktor Lingkungan
Pendidikan yang diterima seorang anak sebelum
memasuki pendidikan formal adalah pendidikan non formal yang bersumber dan
keluarga dan lingkungan masyarakat, disinilah awal pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Namun, tidak semua lingkungan yang mendukung pendidikan anak.
Ada lingkungan yang memberi pengaruh negatif kepada anak yang mengganggu proses
pembelajaran anak di sekolah.
Pengaruh negatif dari lingkungan banyak yang
menyebabkan anak putus sekolah. Lingkungan tersebut adalah :
a. lingkungan
keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama kali ditemui oleh setiap individu. Semenjak
seorang anak dilahirkan hingga mencapai usia sekolah, keluargalah yang paling
sering ditemui. Didalam keluarga inilah pembentukan karakter dan kepribadian
seorang anak. Karakter yang telah ada tersebut dibawa seorang anak ke
lingkungan luar,sepeti lingkungan masyarakat,termasuk lembaga pendidikan.
Pada
keluarga yang kurang harmonis atau tidak harmonis, anak tidak bisa tumbuh dan
berkembang secara baik. Baik secara fisik mupun secara psikologis. sehingga
anak tumbuh menjadi anak yang nakal. Disekolah, anak yang tumbuh dilingkungan
keluarga yang tidak baik, mereka sering melanggar aturan dan tidak bisa
menerima pelajaran dengan baik karna batin dan pemikiran mereka terganggu oleh
persoalan di rumah. Ada juga anak yang putus sekolah akibat perceraian orang
tua. Selain karna beban mental yang diterima,mereka memilih untuk putus sekolah
karena harus mengurus adik-adiknya.
Selain
akibat keluarga yang tidak harmonis. Anak putus sekolah karna anak tidak
mendapatkan perhatian dan kasih sayang secara penuh dari orang tua dan
keluarganya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua ini disebabkan
karna orang tua dengan ekonomi menengah kebawah,sibuk bekerja mencari
nafkah.Anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua dan
keluarganya ini, seringkali mencari kasih sayang diluar rumah. Seperti
pacaran,dengan adanya pacaran yang kebanyakan membuat pendidikan terganggu dan
pacaran yang tidak dibatasi dan dikontrol apalagi diusia-usia remaja yang
tingkat rasa ingin tahunya tinggi serta dalam pencarian jati diri,banyak anak
sekolah yang terjerumus kedalam perbuatan maksiat yang dari segi agama dan
pemerintahan tidak bisa di toleransi lagi,seperti perbuatan zina,narkoba akibat
pergaulan bebas. Ini menyebabkan anak dikeluarkan dari sekolah dan putus
sekolah kembali terjadi.
b. Lingkungan
teman pergaulan
Selain
lingkungan keluarga,lingkungan teman pergaulan juga membentuk
karakter dn kepribadian dari anak. Lingkungan teman pergaulan ini juga bisa
membuat anak putus sekolah
Dikalangan
siswi sebahagian putus sekolah karena dipengaruhi oleh pacarnya,karma pacarnya
mengajak siswi tersebut untuk menikah. berbeda dikalangan siswa. Walaupun,
telah diprioritasikan untuk bersekolah oleh orang tuanya, siswa tetap tidak
mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan sering melanggar aturan, ini
disebabkan karena pengaruh teman diluar sekolah yang tidak bersekolah.
Bagi
siswa ditingkat SMA/sederajat, siswa yang putus sekolah karena teman pergaulan
ini yaitu karena siswa tersebut berteman dengan anak yang tidak bersekolah dan
terbawa-bawa oleh kebiasaan temannya tersebut seperti merokok, minm-minuman
keras, berjudi dan ngumpul-ngumpul sampai larut malam bahkan sampai dini hari.
Dengan
terbawa-bawa oleh kebiasaan teman yang tidak bersekolah tersebut akan membuat
siswa tidak bisa mengikuti pelajaran disekolah dengan baik karena rasa ngantuk
akibat kurang tidur dan juga malas untuk sekolah. Dan apabila kebiasaan
merokok, minim-minuman keras, dan berjudi itu diketahui pihak sekolah tentunya
akan membuat siswa itu dikeluarkan dari sekolah dan putus sekolah pun terjadi.
Bagi
siswa ditingkat sekolah dasar siswa terpengaruh kemajuan teknologi informasi
dan komuniksi. Jika tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka anak-anak
didik akan terbawa kearah yang negatif, yang nantinya akan membuat kepribadian
mereka negatif yang bisa membuat mereka dikeluarkan dari sekolah.
4.1.3 Kepribadian Anak
Anak
usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan
namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik terhadap
perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang
mendapat perhatian sebagaimana mestinya, adapun yang menyebabkan anak kurang
berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang mendapat perhatian dari orang tua
terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar
sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah
sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang.
Anak seusia wajib belajar sudah mengenal
bahkan sudah mampu untuk mencari uang terutama untuk keperluannya sendiri
seperti jajan dan lain-lain, hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap cara dan
sikap anak dalam bertindak dan berbuat. Karena sudah mencari uang sendiri dan
merasakan enaknya membelanjakan uang akhirnya tanpa terasa sekolah ditinggalkan
begitu saja.Selain itu tinggi rendahnya minat untuk meneruskan sekolahnya juga
di pengaruhi oleh prestasi belajar anak itu sendiri.
4.2 Dampak Dari Anak Putus Sekolah
Adapun terkait upaya penanggulangan anak putus sekolah
sebagai masalah pokok dalam studi kasus ini dianalisis melalui analisis
deskriptif yakni pencacahan atau rekapitulasi dari persebaran hasil wawancara
pada setiap responden. Dari hasil wawancara peneliti dengan responden ada 4
orang anak yang mengikuti program Paket B, 7 orang anak yang mengikuti program
Paket C, 8 orang anak yang mengikuti program pendidikan non reguler di SMP
Terbuka dan dari peserta didik di SMP Terbuka terdapat 90% yang mendapat
Bantuan Siswa Miskin (BSM) serta 6 orang yang tidak sama sekali mengikuti
program-program pendidikan dalam rangka penanggulangan kasus putus sekolah di desa
karang jadi. Hasil wawancara ini juga didukung oleh dokumen-dokumen pada
lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada di desa karang jadi terkait
dengan nama peserta didik yang terdaftar ikut pada lembaga yang bersangkutan.
Penanggulangan anak
putus sekolah di desa karang jadi yang memang sudah menjadi
tanggung jawab semua unsur masyarakat berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa beragamnya faktor penyebab anak putus sekolah di desa karang jadi
ditanggulangi dengan upaya atau program-program yang tidak monoton pula. Program
dan upaya penanggulangan ini merupakan bentuk tanggung jawab semua unsur
masyarakat baik melalui lembaga formal, nonformal dan informal yang ditujukan
untuk membantu masyarakat atau anak putus sekolah pada khususnya dalam rangka
membangun anak bangsa sebagai penerus cita-cita pembangunan menuju masyarakat
yang mandiri dan memiliki SDM yang berkualitas.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Anak putus sekolah adalah keadaan dimana
anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa
memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak.
2. Faktor
penyebab banyaknya anak putus sekolah di desa karang jadi antaralain, faktor
ekonomi, faktor lingkungan dan faktor kepribadian anakintu sendiri.
4.2 Saran
Berdasarkan pada
kesimpulan yang telah diambil peneliti menyarankan agar:
1. Pemerintah
diharapkan lebih gencar dalam sosialisasi program yang dapat merangsang
perekonomian rakyat karena ekonomi masih menjadi alasan utama angka putus
sekolah pada masyarakat desa.
2. hendaknya
orang tua lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya dalam bergaul
dan mengarahakan anak untuk bergaul secara positif.
3. Sebaiknya
anak yang putus sekolah diberikan
pelatihan khusus untuk menambah keahlian mereka karena ini akan sangat membantu
mereka dalam mengahdapi kehidupannya kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu, Sosiologi Pendidikan, (Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2007)
Buchori, Muchtar, Transformasi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995)
Danes, Simon, dan P.
Hardono Hadi, Masalah-masalah
moral sosial aktual dalam perspektif iman Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 2000)
Mastuhu, Pendidikan Indonesia Menyongsong
“Indonesia Baru” Pasca Orde Baru, dalam
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan GEMA Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, Edisi 1,
Jakarta
Munir, Mahmud Samir Al-, al-mu’alim arrabbany, terjemahan Uqinu Attaqi dengan judul
“Guru Teladan di bawah Bimbangan Allah”, (Cet. I, Jakarta: Gema Insani, 2003)
Nasir, H. Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama Terhadap
Pemecahan Problem Remaja, (Cet.
I, Jakarta: Kalam Mulia, 1999)
Nata, Abuddin, Paradigma Pendidikan Islam Kapita
Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT
Grasindo, 2001)
“Pengangguran
Intelektual di Indonesia Meningkat”, Media
Indonesia, Kolom 4-5, Edisi
Jum’at, 15 Pebruari 2008
Rahardjo, M. Dawam,
(Ed.), Keluar dari Kemelut
Pendidikan-Menjawab Tantangan Kualitas Sumber Daya Manusia Abad 21, ( Jakarta : Intermasa, 1997 )
Rais, Mohammad Amien, Agenda-Mendesak Bangsa: Selamatkan
Indonesia!(Cet. III, Yogyakarta: PPSK Press, 2008)
Santrock, John W., Adolescence: Perkembangan Remaja, Terjemahan, Edisi 6, (Surabaya:
Erlangga, t.th.)
Suprayogo, Imam, Pendidikan Berpradigma Al-Qur’an,
Pergulatan Membangun Tradisi dan Aksi Pendidikan Islam, (Cet I, Malang: UIN
Malang, 2004)
Wahono, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, (Cet. 3,
Jakarta: Rineka Cipta, 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar