BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang Lahirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Budi
Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan
para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu
Goenawan, Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji serta R.T Ario Tirtokusumo, yang
didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi,
kebudayaan serta tidak bersifat politik.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo)
Berdirinya
Budi Utomo tak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Walaupun bukan
pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Dr.Sutomo dan
kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Dr.Wahidin
Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di
kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan
dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan
sekolah. Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di
Jakarta, dan ternyata mereka menyambut baik gagasan mengenai organisasi
tersebut dan dari sinilah awal perkembangan menuju keharmonisan bagi orang Jawa
dan Madura.
1.2
Tujuan Berdirinya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Budi utomo sebagai organisasi
pelajar yang baru muncul ini, secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk
kemajuan Hindia, dimana yang jangkauan gerak semulanya hanya terbatas pada
Pulau Jawa dan Madura yang kemudian diperluas untuk penduduk Hindia seluruhnya
dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan agama. Namun
dalam perkembangannya terdapat perdebatan mengenai tujuan Budi Utomo, dimana
Dr.Cipto Mangunkusumo yang bercorak politik dan radikal, Dr.Radjiman
Wedyodiningrat yang cenderung kurang memperhatikan keduniawian serta
Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) yang lebih banyak memperhatikan reaksi dari
pemerintah kolonial dari pada memperhatikan reaksi dari penduduk pribumi.
Setelah perdebatan yang panjang,
maka diputuskan bahwa jangkauan gerak Budi Utomo hanya terbatas pada penduduk
Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang
kegiatan yang dipilihnya pendidikan dan budaya. Pengetahuan bahasa Belanda
mendapat prioritas utama, karena tanpa bahasa itu seseorang tidak dapat
mengharapakan kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian kolonial. Dengan
demikian Budi Utomo cenderung untuk memejukan pendidikan bagi golongan priyayi
dari pada bagi penduduk pribumi pada umumnya. Slogan Budi Utomo berubah dari perjuangan
untuk mempertahnkan penghidupan menjadi kemajuan secara serasi. Hal ini
menunjukkan pengaruh golongan tua yang moderat dan golongan priyayi yang lebih
mengutamakan jabatannya. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto
: 1984 : 178)
1.3
Reaksi Belanda terhadap berdirinya Organisasi Budi Utomo di
Indonesia
Kehadiran Budi Utomo di Indonesia
mengundang reaksi yang kurang enak dari orang Belanda yang tidak senang dengan
kehadiran “si Molek “ dan mengatakan bahwa orang Jawa makin banyak “cincong”.
(Prof.Dr.Suhartono : 2001 : 30)
Lain halnya menurut M.C.Ricklefs
dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern yang menyebutkan bahwa Gubernur Jenderal
van Heutsz yang menyambut baik Budi Utomo, sebagai tanda keberhasilan politik
ethis yang menghendakaki adanya suatu organisasi pribumi yang progresif-moderat
yang dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Namun pejabat –pejabat Belanda
lainnya mencurigai Budi Utomo yang dianggap sebagai gangguan yang potensial.
1.4
Perkembangan Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Pancaran eksistensi Budi Utomo di
Indonesia dibuktikan dengan diadakannya konggresnya yang pertama di Yogyakarta
pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam waktu singkat Budi Utomo mengalami
perubahan orientasi. Kalau semula orientasinya terbatas pada kalangan priyayi
maka menurut edaran yang dimuat dalam Bataviaasch
Nieuwsblad tanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang Jakarta menekankan cara
baru bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat.
Di dalam konggres tersebut
menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :
1.
Tidak mengadakan kegiatan politik
2.
Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan
3.
Terbatas wilayah Jawa dan Madura
4.
Mengangkat Raden Adipati Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) sebagai ketua Budi
Utomo.
Semenjak
dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang
bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak anggota
muda yang memilih untuk
menyingkir. Dibawah kepengurusan generasi tua, kegiatan Budi Utomo yang awalnya
terpusat di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di
bidang politik. Strategi perjuangan BU juga ikut berubah dari yang awalnya
sangat menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan
pemerintah kolonial belanda.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode
yang paling lamban bagi Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan
majalah bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang di buatnya kepada
pemerintah berhubung dengan usaha meninggikan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala
kepemimpinan pengurus pusat makin melemah, maka cabang-cabang BU melakukan
aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi
perkembangan BU sejak berdirinya, dengan penuh perhatian dan harapan akhirnya
menarik kesimpulan bahwa pengaruh BU terhadap penduduk pribumi tidak begitu
besar.
Pada tahun 1912 terjadi pergantian pemimpin
dari Tirtokusumo ke tangan Pangeran Noto Dirodjo yang berusaha dengan sepenuh
tenaga mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru itu,perkembangan Budi Utomo
tidak begitu pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama di capainya yaitu perbaikan
pengajaran di daerah kesultanan dan kasunanan. Budi utomo mendirikan organisasi
darmoworo. Tetapi hasilnya tidak begitu pesat. Dalam masa kepemimpinannya
terdapat dua organisasi nasional lainnya yaitu syarekat Islam dan Indische
Partij. Kedua partai tersebut merupakan unsur-unsur yang tidak puas terhadap
Budi Utomo.
Kekuatan Budi Utomo kembali bangkit sejak
mulai pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914. Berdasarkan adanya kemungkinan
intervemsi kekuasaan asing maka Budi Utomo melancarkan isu pentingnya
pertahanan sendiri dan yang pertama mengajukam gagasan wajib militer pribumi.
Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam pertemuan-pertemuan setempat justru
menggeser perhatian rakyat dari soal wajib militer kearah soal perwakilan
rakyat, sehingga dikirimlah ebuah misi kenegri Belanda oleh komite” Indie
Weerbaar “ untuk pertahanan India dalam tahun 1916-1917 yang merupakan pertanda
masa yang amat berhasil bagi Budi Utomo.
Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam
misi tersebut berhasil mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda
terkemuka keterangan menteri urusan jajahan tentang pembentukan Volksraad
(Dewan Rakyat) yang waktu itu dibicarakan didalam dewan perwakilan rakyat
Belanda, dimana ia menekankan badan itu akan dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat
yang nantinya akan menggembirakan anggota misi Budi Utomo. Undang-undang wajib
militer gagal sebaliknya undang-undang pembentukan Volksraad disahkan pada
bulan November 1914 .
Di dalam sidang Volksraad wakil-wakil Budi
Utomo masih tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan
politik pemerintah. Sebaliknua para anggota pribumi yang lebih radikal dan juga
anggota sosialis Belanda di dalam Volksraad melaukan kritik terhadap pemerintah
dengan memakai kesempatan adanya krisis bulan November 1918 di negeri Belanda
mereka menuntut perubahan bagi Volksraad dan kebijakan politik negeri Belanda
umumnya sampai akhirnya dibentuk sebuah komisi pada tahun 1919.
1.5
Penyebab ketidakhadiran Organisasi Budi Utomo dalam Lapangan Politik Indonesia
Mengapa Budi Utomo tidak langsung
terjun ke lapangan politik seperti organisasi yang kemudian lahir? Rupanya Budi
Utomo menempuh cara dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu
sehingga wajar jika Budi Utomo berorientasi pada kultural. Tindakan yang tepat
ini berarti Budi Utomo tanggap terhadap politik kolonial yang sedang berlaku.
Contohnya ialah bahwa pemerintah sudah
memasang rambu Regeerings
Reglement (RR) pasal 111 yang bertujuan membatasi hak untuk rapat dan
berbicara, dengan perkataan lain adanya pembatasan hak berpolitik.
Selama RR masih berlaku maka
kegiatan Budi Utomo hanya terbatas pada bidang sosio-kultural. Ini merupakan
bukti bahwa Budi Utomo selalu menyesuaikan diri dengan keadaan sehingga gerakan
kultural lebih mewarnai kegiatan Budi Utomo pada fase awal. Kebudayaan sendiri
dijunjung tinggi guna menghargai harkat diri agar mampu menghadapi kultur asing
yang masuk. (Prof.Dr. Suhartono : 2001 : 32)
1.6
Penyebab berakhirnya Organisasi Budi
Utomo di Indonesia
Pada dekade ketiga abad XX
kondisi-kondisi sosio-politik makin matang dan Budi Utomo mulai mencari
orientasi politik yang mantap dan mencari massa yang lebih luas. Kebijakan
politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, khususnya tekanan terhadap
pergerakan nasional maka Budi Utomo mulai kehilangan wibawa, sehingga
terjadilah perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam Budi Utomo. Selain itu
juga, karena Budi Utomo tidak pernah mendapat dukungan massa, kedudukannya
secara politik kurang begitu penting, sehingga pada tahun 1935 organisasi ini
resmi dibubarkan. (M.C.Ricklefs : 1998 : 251)
Tujuan organisasi Budi Utomo tidak
maksimal karena banyak hal, yaitu :
1.
Adanya kesulitan finansial.
2.
Adanya sikap Raden Adipati Tirtokusumo yang lebih memperhatikan kepentingan
pemerintah kolonial dari pada rakyat.
3.
Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4.
Keluarnya anggota dari gologan mahasiswa.
5.
Bahasa Belanda lebih menjadi prioritas utama dibandingkan dengan Bahasa
Indonesia.
6.
Priyayi yang lebih mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan jiwa
nasionalisnya.
BAB II
PENUTUP
2.1
Simpulan
Budi Utomo merupakan sebuah
organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA
(School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan, Dr.Cipto
Mangoenkeosoemo dan Soeraji seta R.T Ario Tirtokusumo. Berdirinya Budi Utomo
tak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jangkauan gerak Budi Utomo
hanya terbatas pada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri
dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya pendidikan dan budaya.
Kehadiran Budi Utomo di Indonesia
mengundang reaksi yang baik. Budi Utomo dianggap sebagai tanda keberhasilan
politik ethis yang menghendakaki adanya suatu organisasi pribumi yang
progresif-moderat yang dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Namun pejabat
–pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo yang dianggap sebagai gangguan
yang potensial. Dalam perekembangannya Budi Utomo mengalami fluktuasi. Budi
Utomo menempuh cara dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu
sehingga wajar jika Budi Utomo berorientasi pada kultural. Tindakan yang tepat
ini berarti Budi Utomo tanggap terhadap politik kolonial yang sedang berlaku.
Pada dekade ketiga abad XX
kondisi-kondisi sosio-politik makin matang dan Budi Utomo mulai mencari
orientasi politik yang mantap dan mencari massa yang lebih luas. Kebijakan
politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, khususnya tekanan terhadap
pergerakan nasional maka Budi Utomo mulai kehilangan wibawa, sehingga
terjadilah perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam Budi Utomo. Selain itu
juga, karena Budi Utomo tidak pernah mendapat dukungan massa, kedudukannya
secara politik kurang begitu penting, sehingga pada tahun 1935 organisasi ini
resmi dibubarkan.
2.2 Saran
Penulis
menyadari bahwa hasil makalah ini yang membahas tentang Organisasi
Pergerakan Nasionala Indonesia belum lengkap dan masih jauh dari pengharapan,
Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur yang penulis miliki
pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan terutama dari pembaca dan
teman-teman. Adanya kritikan yang membangun yang bisa melengkapi
makalah ini di masa mendatang.
Daftar Pustaka
Suhartono. 2001. Sejarah pergerakan Nasional dari Budi Utomo
sampai Proklamasi 1908 - 1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ricklefs. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 1984.
Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta
: Balai Pustaka.