cari

pengaruh pemberian kapas terhadap perkembangbiakan semut jepang (Tenebrio molitor)



BAB I
PENDAHULUAN



1.1   Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis, dengan beranekaragam kekayaan hayati ataupun hewani, berbagai jenis tumbuhan atau hewan dapat mudah kita jumpai, baik dari golongan mamalia, unggas, ikan sampai hewan kecil dari golongan serangga, mendorong pengusaha-pengusaha untuk mendirikan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pembudidayaan untuk kemudian dikonsumsi masyarakat umum. Kami memiliki ketertarikan untuk mendirikan perusahan yang juga bergerak dalam bidang pembudidayaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan kami bergerak dalam bidang budidaya, yaitu budidaya semut Jepang (Tenebrio molitor). Jenis perusahaan yang kami jalankan ini adalah perusahaan dagang yang diawali dari proses pembudidayaan produk, dalam hal ini semut Jepang (Tenebrio molitor) sampai kemudian produk kami tersebut dapat sampai ke tangan masyarakat untuk kemudian dapat dikonsumsi secara langsung tanpa melalui proses lainnya.
Proses pembudidayaan yang kami lakukan mulai dari pengawinan untuk mendapatkan semut Jepang yang baru, perawatan yang dimulai dari telur, larva hingga menjadi semut Jepang dewasa, pemberian pakan, pembersihan tempat penyimpanan, hingga pengemasan produk untuk selanjutnya dapat dikonsumsi masyarakat. Beberapa perusahaan lain yang bergerak dalam pemberdayaan semut Jepang (Tenebrio molitor) ini, hanya melakukan kegiatan pemasaran yang didapatkan dari pihak pembudidayatanpa melakukan proses budidaya sendiri. Berbeda dengan perusahaan yang lain, perusahaan kami melakukan proses pembudidayaan terlebih dahulu, sebelum akhirnya dapat dikonsumsi masyarakat dengan alasan kami ingin menjamin kualitas dari produk kami, dari awal hingga produk kami sampai ke tangan masyarakat untuk selanjutnya dikosumsi.

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian kapas terhadap perkembangbiakan semut jepang (Tenebrio molitor)?

1.3   Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: menjelaskan pengaruh pemberian kapas terhadap perkembangan semut jepang (Tenebrio molitor).
1.4   Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, melalui penelitian ini diharapkan pembaca dapat mengetahui pengaruh pemberian kapas terhadap perkembangan semut jepang (Tenebrio molitor).

1.5   Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ditentukan penulis maka hipotesi penulis adalah ada pengaruh perlakuan perlakuan pemberian kapas terhadap perkembangan semut jepang (Tenebrio molitor)..

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1  Klasifikasi Semut Jepang (Tenebrio Molitor)
Taxonomy / Klasifikasi dari serangga Tenebrio molitor adalah sebagai berikut: 
Kingdom        : Animalia (Animals)
Phylum          : Arthropoda (Arthropods)
Class              : Insecta (Insects)
Order              : Coleoptera (Beetles)
Suborder         : Polyphaga (Water, Rove, Scarab, Longhorn, Leaf and Snout   Beetles)
Superfamily  : Tenebrionoidea (Fungus, Bark, Darkling and Blister Beetles)
Family                        : Tenebrionidae (Darkling Beetles)
Subfamily      : Tenebrioninae
Tribe               : Tenebrionini
Genus                        : Tenebrio (Mealworm Beetles)
Species          : Tenebrio molitor (Yellow Mealworm)

Ordo coleoptera adalah ordo terbesar dari serangga. Salah satu sifat yang jelas dari serangga ini adalah struktur sayapnya. Sayap-sayap belakang berselaput tipis dan biasanya lebih panjang daripada sayap depan. Bagian mulut dari ordo coleoptera adalah tipe pengunyah. Famili tenebrionidae adalah kumbang yang hidup dalam gelap Menurut Busvine (1980), tenebrionidae adalah satu kelompok yang besar dalam bentuk dan karakteristiknya, kebanyakan berbentuk oval-oblong, berwarna coklat gelap atau hitam dan larvanya memiliki penampilan yang hampir sama. Larva tenebrio tumbuh dan dapat mencapai panjang sekitar 32 mm dengan bobot badan sekitar 0,140-0,150 g.

2.2  Anatomi Semut Jepang (Tenebrio molitor)
Serangga Semut jepang  L. memiliki rangka luar yang berlapis kitin keras dan disatukan oleh dinding lentur. Kumbang dewasa berwarna coklat gelap, panjangnya 17-25 mm serangga ini memiliki tiga pasang kaki dan tubuh dibedakan menjadi kepala, toraks dan abdomen. kepala serangga berfungsi sebagai tempat atau alat masukan makanan dan rangsangan syaraf serta untuk memproses informasi. Bagian kepala serangga terdapat mata, antena dan mulut. Menurut, sepasang mata majemuk pada serangga terdiri dari beberapa ratus bentuk segi enam. Mata majemuk ini biasanya besar dan terletak disamping dorsal kepala.
Antena pada serangga ini terletak disamping mata dan berfungsi sebagai alat sensoris. Bagian mulut serangga yang berfungsi untuk menggigit terdiri atas mandibula (rahang) yang kuat dan dilindungi oleh tudung berupa labrum (bibir atas) dan maksila (rahang kedua) yang memindahkan makanan kedalam mulut melalui labium (bibir bawah). Toraks atau dada sebagai pusat transportasi serangga terdiri atas tiga ruas yang biasanya bersatu menjadi satu unit. Setiap ruas terdapat sepasang kaki dan dua ruas terakhir terdapat sepasang sayap Abdomen (perut) pada serangga terdiri atas 11 segmen, tetapi segmensegmen ini mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Segmen-segmen perut biasanya sederhana, terdiri atas lapisan kerangka atas dan bawah yang keras dan dihubungkan oleh bagian-bagian yang mengandung membran pada kedua sisi. Peruasannya  dan sangat lentur. Sejumlah besar saluran pencernaan, sistem reproduksi dan organ vital terletak didalammya. Kelenturan abdomen merupakan syarat untuk keperluan kopulasi, bertelur dan menyengat.

2.3  Siklus Hidup Semut Jepang (Tenebrio molitor)

Kumbang ulat tepung mempunyai siklus hidup yang terdiri dari empat tahap yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa atau yang dikenal dengan metamorfosis sempurna,. Metamorfosis adalah perubahan bentuk yang dialami mulai dari bertelur sampai serangga dewasa .Telur. Telur Semut jepang  L. berbentuk oval, berukuran panjang 1 mm dan sangat sulit dilihat Kebanyakan telur serangga diletakkan dalam satu situasi dimana mereka memberikan sejumlah perlindungan sehingga pada waktu menetas akan mempunyai kondisi yang cocok bagi perkembangannya). Menurut Amir dan Kahono, kumbang betina meletakkan telur satusatu atau dibungkus dengan substansi yang dapat mengeras menjadi masa telur atau di dalam suatu kantong yang dikenal sebagai ooteka.

2.4   Manfaat Semut Jepang (Tenebrio molitor)
Semut  jepang sangat populer karena dipercaya mempunyai manfaat untuk kesehatan serta pengobatan. Semut ini sendiri berbeda dengan semut di Indonesia. Apabila dilihat dari segi fisik, semut jepang lebih besar dan lebih berisi. Namun semut ini hidup secara berkelompok, sama seperti semut pada umumnya. Sebenarnya ada lebih dari 150 jenis semut jepang dan semua jenis tersebut mempunyai ciri-ciri fisik yang hampir sama atau mirip.
Dari hasil peneletian semut jepang mengandung berbagai kandungan yang ternyata mempunyai manfaat untuk mengobati berbagai penyakit. Beberapa kandungan tersebut diantaranya yakni Protein, Asam Amino, Asam Laktat, Asam Hialuronat, Enzym Hmes, dan masih banyak lagi. Dari beberapa kandunga tersebut membuat semut jepang dipercaya mampu mengobati beberapa penyakit seperti: diabetes, liver, asam urat, dan stroke. Itulah beberapa manfaat semut jepang untuk kesehatan beserta cara mengonsumsinya. Sampai sekarang belum ada laporan mengenani efek samping, namun diharapkan tetap berhati-hati karena kemungkinan mengalami gangguan pencernaan bisa saja terjadi dan tergantung kondisi tubuh masing-masing.
2.5   Perkembangbiakan Pada Semut Jepang (Tenebrio molitor)
Reproduksi adalah kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya, reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkan Pada kumbang betina terdapat sepasang indung telur (ovari) yang terdiri dari ovariole. Tiap ovariole merupakan suatu buluh sel epitel yang berisi telur yang berbeda -beda perkembangannya. Kumbang jantan memiliki sistem reproduksi yang terdiri dari sepasang kelenjar kelamin, testes, saluran-saluran keluar dan kelenjar tambahan. Spermatogenesis pada kumbang jantan diselesaikan ketika mencapai tahapan dewasa.Pada serangga terdapat feromon yang merupakan aksi “bau” pada sistem syaraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku seksual. Feromon  merupakan senyawa kimia yang terdapat pada serangga untuk komunikasi antar individu serangga, penarik lawan jenis dan mekanisme dalam menemukan makanannya. Faktor  fisik (suhu, cahaya, kelembaban, angin dan lain-lain) dan faktor makanan mempengaruhi kemampuan berkembangbiak pada serangga. Telur yang dihasilkan serangga berbeda-beda jumlah, bentuk dan besarnya. Kadang-kadang serangga betina bertelur satu tetapi dalam keadaan ekstrim serangga bisa bertelur lebih dari satu juta. Kumbang Tenebrio dapat melontarkan 275 telur dalam waktu 22 sampai 137 hari.
2.6 Siklus Hidup Semut Jepang
Proses perkembangbiakan semut jepang sendiri, dimulai dengan aktivitas semut jepang dalam mencari pasangan. Semut ini memang hewan yang tergolong suka kawin.Setelah semut jepang menikah lalu kawin, semut ini akan menghasilkan telur. Mungkin secara kasat mata, kita tidak dapat melihat telur tersebut. Namun setelah telur menetas dan menjadi ulat, kita dapat melihat fase ini dengan sangat jelas.
a.    Fase Telur
Fase Ulat : fase ulat membutuhkan waktu selama 20 harian. Dalam fase ini, ulat sudah memakan ragi tape, sehingga pastikan ragi dalam toples/wadah semut ini tersedia untuk makan ulat ini.     
b.    Fase Kepompong : setelah ulat lewat berumur 20 harian, maka ulat akan berubah bentuk menjadi seperti kepompong 
c.    Fase Semut : pada saat berumur 1 bulan, maka terbentuklah anakan semut jepang yang sudah berada dalam bentuk yang sempurna
Umur semut jepang ini berkisar selama 6 bulan, setelah lewat 6 bulan semut jepang akan matI







BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode eksperimen. Dengan merangkai alat kemudian diuji coba dalam sebuah percobaan. Secara lebih rinci pengertian Metode eksperimen adalah suatu cara penelitian, di mana peneliti melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan dalam sebuah laporan.

3.2   Alat Dan Bahan
Dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan diperlukan alat dalam melakukan percobaan yang berupa 1 buah toples      dan bahan yang akan dijelaskan seperti berikut: BibitSemut Jepang perbandingan (1 Jantan : 5 Betina)300 ekor, Kapas kecantikan1 bungkus dan ragi tape (2-3butir).

3.3   Prosedur Penelitian 
Prosedur penelitian pengaruh pemberian kapas terhadap perkembangbiakan semut jepang akan di jelaskan dalam dua tahap berikut sebagai berikut ini:

1.   Persiapan Bibit Indukan dari Semut Jepang
Anda harus menyiapkan bibit semut Jepang, setidaknya 30 ekor (lebih banyak tentunya lebih bagus, karena perkembangannya akan lebih cepat/lebih banyak).


2.   Proses Pemeliharaan (Perkembangbiakan)
Anda harus menyiapkan tempat atau wadah yang berupa toples/nampan/baskom, namun yang kami gunakan adalah toples. kemudian beri kapas sebagai alasnya, untuk tempat semut Jepang berkembangbiak dan menyimpan telur hingga menetas. Wadah tempat penyimpanan semut Jepang tentunya yang licin sehingga tidak mudah dirambati oleh semut Jepang ataupun semut lain yang akan masuk untuk memangsa. Kemudian beri lubang pada tutup dari wadah.
Selanjutnya yang paling penting adalah tempat penempatan wadah semut Jepang yang dianjurkan di ruangan yang bersuhu kurang lebih 30 oC, memang benar semut Jepang mudah mati ketika ditempatkan pada suhu panas, jadi usahakan jauhkan dari sinar matahari langsung. Semut Jepang lebih cepat perkembangbiakkanya pada area lembab/sejuk tentunya pada saat musim penghujan sangat mendukung atau area dataran tinggi yang umumnya dingin. Kemudian beri ragi tape sebagai pakan dari semut Jepang, lalu kontrol jumlah pakan ragi tape jangan sampai habis dan menyebabkan semut mati kelaparan.

3.4   Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober- 29 nvember 2015.  Dan bertempat di Desa Nusa Jaya, Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian selama tujuh hari mengenai pengaruh pemberian kapas pada perkembangan semut jepang. dengan perlakuan yang sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ditetapkan, maka didapat hasil seperti yang tertera pada tabel berikut ini:
no
Hari ke
kegiatan
Gambar
Ket
1
1
Pembibitan
20151203_184559.jpg
-
2
7
Pengamatan
2 minggu.jpg
Mulai terlihat ada larva
3
37
Pengamatan
larva.jpg
Larva menjadi pupa

4
45
Pengamatan
1,5 month.jpg
Larva telah mengalami metamorfosis
5
50
Pengamatan
1,5 month.jpg
Menjelang dewasa
6
60
Pengamatan
2 month siap konsumsi.jpg
Semut jepang siap konsumsi
Tabel hasil penelitian

4.2  Pembahasan
Kumbang ulat tepung mempunyai siklus hidup yang terdiri dari empat tahap yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa atau yang dikenal dengan metamorfosis sempurna,. Metamorfosis adalah perubahan bentuk yang dialami mulai dari bertelur sampai serangga dewasa.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCDqverKGXsJ0iq1IiNyMFiSUN9RoTdPUTexYGOozgBIBgFb43Wt4LEFrAgKvucVeuSi8-tE-HWM0ngpD_NC5VqvN8EJvniUSfVBivtzAHfndKgSsXrmCc780JLhGVgTN5jK808L6OY9U/s1600/siklus+tenebrio+semut+jepang.jpg
Gambar proses metamorfosis semut jepang dari larva hingga dewasa
Pada proses pembibitan indukan semut jepang indukan dimasukan kedalam toples bersama kapas dan cadangan makanan berupa ragi. Selanjutnya yang paling penting adalah tempat penempatan wadah semut Jepang yang dianjurkan di ruangan yang bersuhu kurang lebih 30 oC, memang benar semut Jepang mudah mati ketika ditempatkan pada suhu panas, jadi usahakan jauhkan dari sinar matahari langsung. Biarkan selama satu minggu.
2 minggu.jpg
Gambar. Larva semut jepang

Setelah satu minggu kita dapat memeriksa kapas kita dapat membalik kapas dan melihat sudah terlihat larva semut jepang. Dapat saya jelaskan kembali bahwa reproduksi semut jepang sangat cepat dalam waktu 5 hari telur-telur semut jepang sudah menetas menjadi larva. Tidak hanya itu kumbang Tenebrio dapat melontarkan 275 telur dalam waktu 22 sampai 137 hari


23 hari
 
37 hari
 
20 hari
 
17 hari
 
14 hari
 
10 hari
 
7 hari
 
larva.jpg
Gambar perkembangan larva hingga menjadi pupa.

Pada umur hari ke tujuh larva-larva ini masih sangat kecil. Larva akan berganti kulit sebayak 15 kali sebelum menjadi kepompong. Pupa akan terus mengalami pertumbuhan dan terus mengalami perubahan hingga mengalami metamorfosis dan berubah menjadi kumbang muda berwarna putih kemudian akan mengalami pekembangang menjadi berwarna kecoklatan dan ketika dewasa akan berubah menjadi berwarna hitam mengkilap.
Dari penjelasan diatas semut jepang tampaknya sangat cocok untuk bekembang pada media kapas. ada beberapa alasan mengapa kapas mampu memberi perkembangan yang baik pada semut jepang. Berikut ini penjelasannya:
1.    Menjaga Suhu
Suhu, kelembapan dan curah hujan merupakan faktor penting yang mempengaruhi aktifitas serangga. Suhu tubuh serangga akan naik dan turun mengikuti suhu lingkungan. Menurut Borror et al. (1982), suhu yang optimum untuk pertumbuhan serangga sekitar 260C. Semut jepang  dapat bertahan hidup pada kisaran suhu antara 25-270C dengan kelembapan minimum 20%. Semut jepang  mampu mengekstraksi  uap air dari udara bila kelembapan melebihi 90% (Borror et al.1982). Semakin rendah suhu tempat hidup T. molitor, maka pertumbuhannya akan lambat. Dengan demikian, adanya perbedaan suhu dapat mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus pertumbuhan. Kapas akan sangat membantu suhu udara didalam toples untuk tetap stabil sehingga proses reproduksi dan pertumbuhan Semut jepang   dapat berjalan baik.

2.     Memberi Perlindungan
Kapas juga berfungsi sebagai tempat untuk meletakan telur dan perlindungan yang baik bagi telur dan larva. Saat telah menjadi pupa tentu dibutuhkan media untuk melindungi diri baik dari predator maupun lingkungan.
Dua alasan diataslah yang membuat semut jepang mampu berkembang dengan media kapas, jika dilihat dari siklus hidupnya penggunaan media kapas dan pakan ragi memberi perkembangan lebih cepat dari silkus semut jepang pada habitat aslinya. Hali in karena suhu yang relative stabil dan perlindungan yang cukup pada terlur larva dan pupa semut jepangserta ketersediaan pangan yang cukup. Jadi media kapas sangat membantu perkembangan pada semut jepang.




BAB V
Penutup


5.1  Kesimpulan
bersadarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan, mengenai pengaruh pemberian kapas terhadap perkembangbiakan semut jepang (Tenebrio molitor) didapatkan kesimpulan bahwa: Pemberian kapas pada semut jepang sebagai media sarang mempermudah perkembangan pada telur, larva dan pupa untuk bermetamorfosis.

5.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan maka peneliti menyarankan agar:
1.    Dalam proses budidaya semut jepang pemilihan media yang mampu menjaga suhu dan memberi perlindungan.
2.    Perlu  diadakan lagi penelitian yang lebih mendalam mengenai perkembangan semut jepang pada sebuah media.












DAFTAR PUSTAKA


Borror , D.J, C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1982. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Terjemahan : Partosoedjono, S. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Didik Sulistyanto, 2000. Pengendalian Hayati Serangga Hama Tanaman Pangan  dan Hortikultura dengan Nematoda Entomopatogen, Steinernema spp dan Heterorhabditis spp.Isolat Lokal.Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit         Tumbuhan,Fakultas Pertanian Universitas Jember.
ethney Foster. 2013. The Life cycle of tenebrio molitor. http://www.ehow.com/about_5339939_life_cycle_tenebrio_mollitor.html. diakses tanggal 3 Desember 2015.


Frost, W.S. 1959. Insect Life and Insect Natural History. Dover Publications, Inc. New York.

Sandra Parker. 2013. Tenebrio life cycle.  http://www.ehow.com/about_5330015_tenebrio_life_cycle.html. diakses tanggal 3 Desember 2015.